Pergantian sosok ketua partai di daerah saya kira menjadi hal yang sangat lumrah dalam dunia perpolitikan. Terlepas dari persoalan dan kajian yang melatarbelakangi pergantian tersebut, para pengurus akan sangat mudah mengatakan bahwa hal itu bagian dari strategi kebijakan untuk penyegaran internal.
Tidak salah, karena memang harus begitulah seharusnya disampaikan kepada publik selaku pihak eksternal. Urusan internal tentu akan berbeda lagi.
Kejadian terbaru soal pergantian pimpinan partai ini ada di Sumatera Utara yakni pergantian pimpinan partai politik PDI Perjuangan di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Jabatan Ketua DPC PDI Perjuangan dicopot dari Dosmar Banjarnahor yang notabene saat ini menjabat Bupati Humbahas dan menyerahkannya kepada Oloan Paniaran Nababan yang notabene adalah wakil Bupati Humbahas alias pendamping Dosmar dalam memimpin pemerintahan disana.
Kok diganti? pertanyaan ini yang kemudian dijawab oleh para petinggi PDI Perjuangan di Sumatera Utara dengan menyebut alasan seperti yang saya tulis diatas yakni penyegaran organisasi.
Kali ini penulis tentu tidak akan membahas lebih lanjut “penyegaran organisasi” karena itu memang ranah internal mereka. Yang menarik untuk dibahas adalah sosok Dosmar yang notabene menjabat Bupati saat ini.
Bagi kita kalangan eksternal partai, ini agak diluar nalar. Sebab, biasanya partai politik akan berupaya agar pimpinan partai mereka di daerah adalah sosok kepala daerah seperti bupati maupun walikota, atau kalau pun bukan kepala daerah biasanya pilihan jatuh kepada sosok yang sedang menjabat ketua DPRD atau minimal anggota DPRD. Ini malah kebalikannya.
Oleh beberapa pengamat politik, pergantian ini dinilai sebagai bagian dari suksesi PDI Perjuangan kepada Oloan Nababan untuk nantinya diharapkan meneruskan kursi kepemimpinan Dosmar setelah Pemilu 2024. Diketahui, Dosmar dipastikan tidak akan maju menjadi calon bupati lagi di sana karena saat ini ada periode keduanya menjadi Bupati Humbahas.
Itu analisis pengamat. Kalau penulis menduga ini karena berkaca pada Pilkada Humbahas tahun 2020 lalu. Pada pilkada itu, pasangan Dosmar-Oloan merupakan calon tunggal. Mereka bertarung tanpa ‘penantang’ setelah partai Golkar yang seharusnya bisa mencalonkan sendiri jagoan mereka, justru memilih bergabung dengan seluruh parpol lain yang sudah merapat ke Dosmar-Oloan.
Hasil perhitungan suara memang Dosmar-Oloan akhirnya menang, tepatnya menang di injury time. Perhitungan quick count yang diposting secara online saat itu sempat mengejutkan dimana hingga 80 persen suara masuk, mereka mengklaim pasangan ini masih kalah suara. Beruntung Dosmar-Oloan pada akhirnya dapat menyalip jumlah surat suara yang memilih kotak kosong dan menang dengan raihan suara 52,40 persen, sedangkan kotak kosong 47, 60 persen. Terdapat selisih 4.741 suara.
Kalau pun harus mengamini komentar pengamat politik, saya kira suksesi kepada Oloan Nababan yang menjadi pilihan PDI Perjuangan ini lebih dikarenakan tidak ingin kejadian yang sama berulang. Sebab, waktu itu desas-desus gerakan massif kotak kosong begitu kuat karena menilai Dosmar gagal menunjukkan kinerja memuaskan pada periode pertama pemerintahannya.
Artinya, jika pada periode kedua pemerintahannya ini juga dianggap sama, maka siap-siaplah PDI Perjuangan ditinggal oleh pemilih. Mereka akan menjatuhkan pilihan kepada calon yang bukan diusung PDI Perjuangan.
Tapi sekali lagi, itu hanya pandangan penulis selaku pihak luar. Karena sejauh ini memang alasan riil yang melatari pergantian itu tetap jadi rahasia PDIP.
Mudahkah suksesi ke Oloan? saya kira tidak. Perlu diingat, saat ini Oloan adalah wakil bupati yang berarti satu paket dengan Dosmar. Agak sulit diterima akal jika pendelegasian jabatan Ketua Partai diantara mereka berdua disebut tidak berpengaruh pada hubungan psikologis keduanya.
Namun, itulah politik. Hubungan psikologis keduanya bisa saja bukan poin yang terlalu penting dibandingkan upaya untuk menjalin hubungan psikologis baru dengan rakyat yang nantinya menjadi pemilih.
Ada istilah ‘politik belah bambu’, yang secara harfiah jika dipahami, ya seperti membelah bambu. Satu sisi dipijak dan satu sisi diangkat, sehingga bambu menjadi terbelah.
Pentingkah itu, bisa jadi iya. Karena kalau bambunya masih utuh, sulit untuk memoles bagian sebelah agar lebih menarik. Memolesnya juga butuh waktu panjang agar benar-benar bagus.***
© Copyright 2024, All Rights Reserved