Tony Situmorang: Partisipasi di Pileg Naik Gegara Isu Pilpres, Itu Demokrasi yang Ironis

DR Tony Situmorang berbicara pada Diskusi Publik ‘Perihal Kesiapan Penyelenggara Pemilu’ yang digelar Sekolah Kebangsaan Pemuda Indonesia (SKPI) di Roman Kopi, Jalan Bunga Tanjung XI, Medan, Rabu (27/9/2023)/RMOLSumut
DR Tony Situmorang berbicara pada Diskusi Publik ‘Perihal Kesiapan Penyelenggara Pemilu’ yang digelar Sekolah Kebangsaan Pemuda Indonesia (SKPI) di Roman Kopi, Jalan Bunga Tanjung XI, Medan, Rabu (27/9/2023)/RMOLSumut

Peningkatan partisipasi pemilih diprediksi akan naik kembali pada tahun 2024 mendatang.


Namun demikian, peningkatan partisipasi ini lebih karena didorong oleh adanya isu Pemilihan Presiden (Pilpres) yang dilaksanakan bersamaan dengan Pemilu Legislatif (Pileg).

“Ini adalah kondisi yang ironis. Karena sesungguhnya teori demokrasi itu akan lebih ‘tegak’ berjalan di Pemilu Legislatif,” katanya Pengamat Politik FISIP USU, DR Tony P Situmorang saat berbicara pada Diskusi Publik ‘Perihal Kesiapan Penyelenggara Pemilu’ yang digelar Sekolah Kebangsaan Pemuda Indonesia (SKPI) di Roman Kopi, Jalan Bunga Tanjung XI, Medan, Rabu (27/9/2023).

Tony yang juga menjabat KEtua PRogram Magister Ilmu Politik FISIP USU ini mengatakan, Pemilu 2024 hanya akan menjadi pengulangan dari Pemilu 2019. Isu politik identitas akan tetap menjadi hal yang mengemuka mengiringi jalannya kontestasi politik. Meski hal ini pada sebagian orang sudah menjadi hal yang lumrah, namun menurutnya politik identitas tetap tidak memberikan kebaikan bagi bangsa Indonesia.

“Kita mau mengatakan itu tidak baik, karena menggunakan identitas sebagai cara memenangkan kontestasi. Itu jadi tantangan karena itu harus dilawan oleh KPU,” ujarnya.

Ditambahkan Tony, saat ini KPU memiliki berbagai tagline yang mengarah kepada pemilu yang cerdas. Menurutnya, Pemilu yang cerdas hanya akan bisa dihasilkan oleh penyelenggara yang berintegritas yang mampu mengajak masyarakat menjadi pemilih yang cerdas.

“Karena itu perlu kreatifitas untuk mengedukasi pemilih agar menjadi pemilih cerdas. Pemilih cerdas ditandai dengan orang yang menentukan pilihannya berdasarkan dua hal, isu yang dibawa dan kualitas orangnya,” ungkapnya.

Secara garis besar kata Tony, ada ketimpangan besar yang terjadi dalam menggaungkan isu Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif. Harusnya di tingkat daerah, gaung pemilu legislatif harus lebih kuat karena menurutnya para calon legislatif inilah yang akan langsung bersentuhan dengan masyarakat.

“Partisipasi besar 2024 harus dipelihara dengan baik, tapi tidak hanya partisipasi karena pilpres. Ada ketimpangan antara pileg dan pilpres, padahal menurut saya pileg itulah kontestasi yang harus kita pelihara,” pungkasnya.