Puluhan petani asal Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun melakukan aksi unjuk rasa di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Jalan Diponegoro Medan, Selasa (1/3/2022).
Aksi ini mereka lakukan karena mengalami gagal panene akibat pupuk bersubsidi jenis Urea dan Phonska sangat sulit mereka dapatkan.
Koordinator aksi Lipen Simanjuntak mengatakan selain sulit, harga pupuk juga sangat mencekik leher petani. Harga Eceran Tertinggi (HET) Urea misalnya dari Rp 2.250 per kilo atau 112.500 per zak dan Phonska Rp 2.300/ kg atau Rp 115/zak kini naik menjadi dua kali lipat. Padahal, sebleumnya Petani Simalungun sudah membuat harga kesepakatan antara kelompok tani, kios penyalur pupuk dan Dinas Pertanian dengan harga Rp 140.000/ zak.
"Namun setiap petani datang ke kios, selalu dibilang tidak masuk dalam Dencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK). Tapi, apabila dibeli dengan harga Rp 200 ribu per zak pupuk selalu tersedia. Lebih aneh lagi, di Pajak Horas Pematang Siantar selalu ada pupuk bersubsidi dengan harga pupuk Urea Rp 230 ribu per zak dan Phonska Rp 250 ribu per zak," katanya.
Imbas dari mahalnya harga pupuk tersebut membuat petani mengalami gagal panen. Kondisi ini dipastikannya berimbas pada kondisi para keluarga petani di Simalungun yang juga memiliki tanggungan seperti kebutuhan anak untuk sekolah dan lainnya.
"Ini akan terjadi putus sekolah dan akan menambah kemiskinan," ungkapnya.
Dijelaskannya, naiknya harga pupuk ini juga terindikasi karena adanya permainan oknum-oknum yang memanfaatkan situasi untuk mengambil keuntungan pribadi. Atas kondisi itulah mereka meminta aparat kepolisian melakukan penyelidikan atas kelangkaan pupuk tersebut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved