\"Sebagai kepala daerah, saya menjalankan amanah Pemerintah Pusat dan juga Gubernur, terkait edaran untuk menaikkan Bendera Merah putih di depan setiap rumah/kantor/tempat usaha dan gedung-gedung lainnya, mulai tanggal 1 sd 31 Agustus 2019, dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Ke-74 RI. Kemudian kepada seluruh warga Sibolga, saya tindak lanjuti edaran Pemerintah Pusat dan Gubernur tersebut, melalui edaran saya selaku Walikota,\" terang Syafri, seperti dilansir Antaranews.com, Senin (19/8).
Kekesalan Syarfi berujung pada curhatannya kepada wartawan.
Syarfi menceritakan pangkal kekesalannya. Dikatakan Syarfi, untuk memastikan warganya menjalankan imbauan tersebut, Syarfi melakukan monitoring berkeliling seputaran kota Sibolga.
Adanya warga yang tak mengikuti imbauan untuk memasang bendera kemudian menjadi pangkal kekesalan Walikota.
\"Selaku kepala daerah di Kota Sibolga, apakah kekesalan saya itu berlebihan?\" tanya Syarfi.
Syarfi juga menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang rasis seperti yang dituduhkan.
Tentulah, lanjut mantan aktivisHimpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, dirinya telah melewati berbagai pelatihan tentang nasionalisme, penataran kewaspadaan Nasional dan Suspadnas, Kursus kewaspadaan Nasional, serta berbagai kegiatan bela negara tingkat Nasional.
\"Jadi jangan diplintir kekesalan dan kemarahan saya kepada pihak-pihak yang enggan menaikkan bendera. Sekali lagi saya Merah Putih dan anti rasis,\" demikian Syarfi. [hta] " itemprop="description"/>
\"Sebagai kepala daerah, saya menjalankan amanah Pemerintah Pusat dan juga Gubernur, terkait edaran untuk menaikkan Bendera Merah putih di depan setiap rumah/kantor/tempat usaha dan gedung-gedung lainnya, mulai tanggal 1 sd 31 Agustus 2019, dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Ke-74 RI. Kemudian kepada seluruh warga Sibolga, saya tindak lanjuti edaran Pemerintah Pusat dan Gubernur tersebut, melalui edaran saya selaku Walikota,\" terang Syafri, seperti dilansir Antaranews.com, Senin (19/8).
Kekesalan Syarfi berujung pada curhatannya kepada wartawan.
Syarfi menceritakan pangkal kekesalannya. Dikatakan Syarfi, untuk memastikan warganya menjalankan imbauan tersebut, Syarfi melakukan monitoring berkeliling seputaran kota Sibolga.
Adanya warga yang tak mengikuti imbauan untuk memasang bendera kemudian menjadi pangkal kekesalan Walikota.
\"Selaku kepala daerah di Kota Sibolga, apakah kekesalan saya itu berlebihan?\" tanya Syarfi.
Syarfi juga menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang rasis seperti yang dituduhkan.
Tentulah, lanjut mantan aktivisHimpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, dirinya telah melewati berbagai pelatihan tentang nasionalisme, penataran kewaspadaan Nasional dan Suspadnas, Kursus kewaspadaan Nasional, serta berbagai kegiatan bela negara tingkat Nasional.
\"Jadi jangan diplintir kekesalan dan kemarahan saya kepada pihak-pihak yang enggan menaikkan bendera. Sekali lagi saya Merah Putih dan anti rasis,\" demikian Syarfi. [hta] "/>
\"Sebagai kepala daerah, saya menjalankan amanah Pemerintah Pusat dan juga Gubernur, terkait edaran untuk menaikkan Bendera Merah putih di depan setiap rumah/kantor/tempat usaha dan gedung-gedung lainnya, mulai tanggal 1 sd 31 Agustus 2019, dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Ke-74 RI. Kemudian kepada seluruh warga Sibolga, saya tindak lanjuti edaran Pemerintah Pusat dan Gubernur tersebut, melalui edaran saya selaku Walikota,\" terang Syafri, seperti dilansir Antaranews.com, Senin (19/8).
Kekesalan Syarfi berujung pada curhatannya kepada wartawan.
Syarfi menceritakan pangkal kekesalannya. Dikatakan Syarfi, untuk memastikan warganya menjalankan imbauan tersebut, Syarfi melakukan monitoring berkeliling seputaran kota Sibolga.
Adanya warga yang tak mengikuti imbauan untuk memasang bendera kemudian menjadi pangkal kekesalan Walikota.
\"Selaku kepala daerah di Kota Sibolga, apakah kekesalan saya itu berlebihan?\" tanya Syarfi.
Syarfi juga menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang rasis seperti yang dituduhkan.
Tentulah, lanjut mantan aktivisHimpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, dirinya telah melewati berbagai pelatihan tentang nasionalisme, penataran kewaspadaan Nasional dan Suspadnas, Kursus kewaspadaan Nasional, serta berbagai kegiatan bela negara tingkat Nasional.
\"Jadi jangan diplintir kekesalan dan kemarahan saya kepada pihak-pihak yang enggan menaikkan bendera. Sekali lagi saya Merah Putih dan anti rasis,\" demikian Syarfi. [hta] "/>
Kekesalan Walikota Sibolga Syarfi Hutauruk kepada warganya yang mengabaikan imbauan untuk mengibarkan bendera pada bulan kemerdekaan Agustus mendapat reaksi yang ekstrim dari sekelompok orang.
Tak, tanggung-tanggung, julukan "Walikota Rasis" pun kemudian diarahkan kepada Syarfi.
"Sebagai kepala daerah, saya menjalankan amanah Pemerintah Pusat dan juga Gubernur, terkait edaran untuk menaikkan Bendera Merah putih di depan setiap rumah/kantor/tempat usaha dan gedung-gedung lainnya, mulai tanggal 1 sd 31 Agustus 2019, dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Ke-74 RI. Kemudian kepada seluruh warga Sibolga, saya tindak lanjuti edaran Pemerintah Pusat dan Gubernur tersebut, melalui edaran saya selaku Walikota," terang Syafri, seperti dilansir Antaranews.com, Senin (19/8).
Kekesalan Syarfi berujung pada curhatannya kepada wartawan.
Syarfi menceritakan pangkal kekesalannya. Dikatakan Syarfi, untuk memastikan warganya menjalankan imbauan tersebut, Syarfi melakukan monitoring berkeliling seputaran kota Sibolga.
Adanya warga yang tak mengikuti imbauan untuk memasang bendera kemudian menjadi pangkal kekesalan Walikota.
"Selaku kepala daerah di Kota Sibolga, apakah kekesalan saya itu berlebihan?" tanya Syarfi.
Syarfi juga menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang rasis seperti yang dituduhkan.
Tentulah, lanjut mantan aktivisHimpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, dirinya telah melewati berbagai pelatihan tentang nasionalisme, penataran kewaspadaan Nasional dan Suspadnas, Kursus kewaspadaan Nasional, serta berbagai kegiatan bela negara tingkat Nasional.
"Jadi jangan diplintir kekesalan dan kemarahan saya kepada pihak-pihak yang enggan menaikkan bendera. Sekali lagi saya Merah Putih dan anti rasis," demikian Syarfi. [hta]
Kekesalan Walikota Sibolga Syarfi Hutauruk kepada warganya yang mengabaikan imbauan untuk mengibarkan bendera pada bulan kemerdekaan Agustus mendapat reaksi yang ekstrim dari sekelompok orang.
Tak, tanggung-tanggung, julukan "Walikota Rasis" pun kemudian diarahkan kepada Syarfi.
"Sebagai kepala daerah, saya menjalankan amanah Pemerintah Pusat dan juga Gubernur, terkait edaran untuk menaikkan Bendera Merah putih di depan setiap rumah/kantor/tempat usaha dan gedung-gedung lainnya, mulai tanggal 1 sd 31 Agustus 2019, dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan Ke-74 RI. Kemudian kepada seluruh warga Sibolga, saya tindak lanjuti edaran Pemerintah Pusat dan Gubernur tersebut, melalui edaran saya selaku Walikota," terang Syafri, seperti dilansir Antaranews.com, Senin (19/8).
Kekesalan Syarfi berujung pada curhatannya kepada wartawan.
Syarfi menceritakan pangkal kekesalannya. Dikatakan Syarfi, untuk memastikan warganya menjalankan imbauan tersebut, Syarfi melakukan monitoring berkeliling seputaran kota Sibolga.
Adanya warga yang tak mengikuti imbauan untuk memasang bendera kemudian menjadi pangkal kekesalan Walikota.
"Selaku kepala daerah di Kota Sibolga, apakah kekesalan saya itu berlebihan?" tanya Syarfi.
Syarfi juga menegaskan bahwa dirinya bukanlah seorang rasis seperti yang dituduhkan.
Tentulah, lanjut mantan aktivisHimpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, dirinya telah melewati berbagai pelatihan tentang nasionalisme, penataran kewaspadaan Nasional dan Suspadnas, Kursus kewaspadaan Nasional, serta berbagai kegiatan bela negara tingkat Nasional.
"Jadi jangan diplintir kekesalan dan kemarahan saya kepada pihak-pihak yang enggan menaikkan bendera. Sekali lagi saya Merah Putih dan anti rasis," demikian Syarfi. [hta]