Menurut wanita kelahiran Lhokseumawe 37 tahun silam lalu ini daerah yang paling kumuh dikota Medan berada didaerah Medan Area.
\"Saya melihat kecamatan Medan Area menjadi salah satu daerah dikota Medan yang paling kumuh\", ungkapnya.
Menurut salah satu penguji dalam sidang tersebut Prof.Suwardi Lubis, kesadaran masyarakat harus ditingkatkan dalam memerangi kumuh ini, tetapi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ini sangat sulit.
\"Dalam menyadarkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya sendiri ini sangat sulit, karakter masyarakat juga mempengaruhi tingkat kesadaran ini\", jelas Prof. Suwardi.
Lebih lanjut guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara ini menjelaskan hal seperti ini harus memerlukan peran pemerintah untuk memunculkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan.
Mellihat fenomena ini Cut Alma yang merupakan doktor ke 297 di Universitas Islam Negeri Sumatera ini dalam penelitiannya yang melihat dari sisi komunikasi, peran tokoh agama dan tokoh masyarakat harus dapat menjalankan fungsinya sebagai agen pembangunan, dan pemerintah juga harus ikut menggerakkan fungsi dari agen pebangunan dan perubahan ini.
\"Peran tokoh-tokoh agama maupun masyarakat dikota Medan ini harus difungsikan sebagai agen dari perubahan untuk membangun kota yang bersih tanpa kumuh yang bersinergi dengan program pemerintah kota sendiri\", harapnya.[top] " itemprop="description"/>
Menurut wanita kelahiran Lhokseumawe 37 tahun silam lalu ini daerah yang paling kumuh dikota Medan berada didaerah Medan Area.
\"Saya melihat kecamatan Medan Area menjadi salah satu daerah dikota Medan yang paling kumuh\", ungkapnya.
Menurut salah satu penguji dalam sidang tersebut Prof.Suwardi Lubis, kesadaran masyarakat harus ditingkatkan dalam memerangi kumuh ini, tetapi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ini sangat sulit.
\"Dalam menyadarkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya sendiri ini sangat sulit, karakter masyarakat juga mempengaruhi tingkat kesadaran ini\", jelas Prof. Suwardi.
Lebih lanjut guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara ini menjelaskan hal seperti ini harus memerlukan peran pemerintah untuk memunculkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan.
Mellihat fenomena ini Cut Alma yang merupakan doktor ke 297 di Universitas Islam Negeri Sumatera ini dalam penelitiannya yang melihat dari sisi komunikasi, peran tokoh agama dan tokoh masyarakat harus dapat menjalankan fungsinya sebagai agen pembangunan, dan pemerintah juga harus ikut menggerakkan fungsi dari agen pebangunan dan perubahan ini.
\"Peran tokoh-tokoh agama maupun masyarakat dikota Medan ini harus difungsikan sebagai agen dari perubahan untuk membangun kota yang bersih tanpa kumuh yang bersinergi dengan program pemerintah kota sendiri\", harapnya.[top] "/>
Menurut wanita kelahiran Lhokseumawe 37 tahun silam lalu ini daerah yang paling kumuh dikota Medan berada didaerah Medan Area.
\"Saya melihat kecamatan Medan Area menjadi salah satu daerah dikota Medan yang paling kumuh\", ungkapnya.
Menurut salah satu penguji dalam sidang tersebut Prof.Suwardi Lubis, kesadaran masyarakat harus ditingkatkan dalam memerangi kumuh ini, tetapi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ini sangat sulit.
\"Dalam menyadarkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya sendiri ini sangat sulit, karakter masyarakat juga mempengaruhi tingkat kesadaran ini\", jelas Prof. Suwardi.
Lebih lanjut guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara ini menjelaskan hal seperti ini harus memerlukan peran pemerintah untuk memunculkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan.
Mellihat fenomena ini Cut Alma yang merupakan doktor ke 297 di Universitas Islam Negeri Sumatera ini dalam penelitiannya yang melihat dari sisi komunikasi, peran tokoh agama dan tokoh masyarakat harus dapat menjalankan fungsinya sebagai agen pembangunan, dan pemerintah juga harus ikut menggerakkan fungsi dari agen pebangunan dan perubahan ini.
\"Peran tokoh-tokoh agama maupun masyarakat dikota Medan ini harus difungsikan sebagai agen dari perubahan untuk membangun kota yang bersih tanpa kumuh yang bersinergi dengan program pemerintah kota sendiri\", harapnya.[top] "/>
RMOLSumut. Cut Alma Nuraflah berhasil raih gelar Doktor dan mempertahankan disertasinya dalam promosi Doktor yang berlangsung diruang sidang kampus Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara jalan IAIN Medan, Senin (22/7/2019).
Adapun yang bertindak sebagai penguji sidang yang hadir dalam sidang tersebut adalah Prof. Suwardi Lubis, Prof. Lahmuddin Lubis, Prof. Yusnadi dan Dr. Akhyar Zein.
Dalam paparanya Cut Alma yang berprofesi sebagai dosen ini melihat banyaknya pemungkiman kumuh di kota Medan yang sangat memperihatinkan membuat dirinya untuk meneliti program pemerintah kota Medan yaitu Pembangunan Kota Tanpa Kumuh atau Kotaku.
"Dikota Medan ini masih banyak daerah-daerah yang sangat kotor dan jauh dari kata layak untuk kesehatan, bahkan daerah tersebut berada ditengah kota Medan", ujar Cut Alma.
Menurut wanita kelahiran Lhokseumawe 37 tahun silam lalu ini daerah yang paling kumuh dikota Medan berada didaerah Medan Area.
"Saya melihat kecamatan Medan Area menjadi salah satu daerah dikota Medan yang paling kumuh", ungkapnya.
Menurut salah satu penguji dalam sidang tersebut Prof.Suwardi Lubis, kesadaran masyarakat harus ditingkatkan dalam memerangi kumuh ini, tetapi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ini sangat sulit.
"Dalam menyadarkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya sendiri ini sangat sulit, karakter masyarakat juga mempengaruhi tingkat kesadaran ini", jelas Prof. Suwardi.
Lebih lanjut guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara ini menjelaskan hal seperti ini harus memerlukan peran pemerintah untuk memunculkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan.
Mellihat fenomena ini Cut Alma yang merupakan doktor ke 297 di Universitas Islam Negeri Sumatera ini dalam penelitiannya yang melihat dari sisi komunikasi, peran tokoh agama dan tokoh masyarakat harus dapat menjalankan fungsinya sebagai agen pembangunan, dan pemerintah juga harus ikut menggerakkan fungsi dari agen pebangunan dan perubahan ini.
"Peran tokoh-tokoh agama maupun masyarakat dikota Medan ini harus difungsikan sebagai agen dari perubahan untuk membangun kota yang bersih tanpa kumuh yang bersinergi dengan program pemerintah kota sendiri", harapnya.[top]
RMOLSumut. Cut Alma Nuraflah berhasil raih gelar Doktor dan mempertahankan disertasinya dalam promosi Doktor yang berlangsung diruang sidang kampus Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara jalan IAIN Medan, Senin (22/7/2019).
Adapun yang bertindak sebagai penguji sidang yang hadir dalam sidang tersebut adalah Prof. Suwardi Lubis, Prof. Lahmuddin Lubis, Prof. Yusnadi dan Dr. Akhyar Zein.
Dalam paparanya Cut Alma yang berprofesi sebagai dosen ini melihat banyaknya pemungkiman kumuh di kota Medan yang sangat memperihatinkan membuat dirinya untuk meneliti program pemerintah kota Medan yaitu Pembangunan Kota Tanpa Kumuh atau Kotaku.
"Dikota Medan ini masih banyak daerah-daerah yang sangat kotor dan jauh dari kata layak untuk kesehatan, bahkan daerah tersebut berada ditengah kota Medan", ujar Cut Alma.
Menurut wanita kelahiran Lhokseumawe 37 tahun silam lalu ini daerah yang paling kumuh dikota Medan berada didaerah Medan Area.
"Saya melihat kecamatan Medan Area menjadi salah satu daerah dikota Medan yang paling kumuh", ungkapnya.
Menurut salah satu penguji dalam sidang tersebut Prof.Suwardi Lubis, kesadaran masyarakat harus ditingkatkan dalam memerangi kumuh ini, tetapi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ini sangat sulit.
"Dalam menyadarkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya sendiri ini sangat sulit, karakter masyarakat juga mempengaruhi tingkat kesadaran ini", jelas Prof. Suwardi.
Lebih lanjut guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara ini menjelaskan hal seperti ini harus memerlukan peran pemerintah untuk memunculkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan.
Mellihat fenomena ini Cut Alma yang merupakan doktor ke 297 di Universitas Islam Negeri Sumatera ini dalam penelitiannya yang melihat dari sisi komunikasi, peran tokoh agama dan tokoh masyarakat harus dapat menjalankan fungsinya sebagai agen pembangunan, dan pemerintah juga harus ikut menggerakkan fungsi dari agen pebangunan dan perubahan ini.
"Peran tokoh-tokoh agama maupun masyarakat dikota Medan ini harus difungsikan sebagai agen dari perubahan untuk membangun kota yang bersih tanpa kumuh yang bersinergi dengan program pemerintah kota sendiri", harapnya.[top]