Selain persoalan harga, produktivitas sawit juga menjadi salah satu persoalan krusial di Sumatera Utara. Hal ini membuat produksi sawit di Sumatera Utara masih jauh tertinggal di banding provinsi lain. Hal ini disampaikan Sekda Provinsi Sumatera Utara, Sabrina saat mengelar rapat bersama Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) terkait solusi permasalahan sawit di Sumut. “Kita dikenal sebagai pelopor sawit, namun saat ini masalah sawit tidak sedikit, jadi perlu kajian bagaimana membuat sawit kita sustainable (berkelanjutan). Salah satu yang menjadi permasalahan adalah harga yang kadang naik kadang turun drastis, ini tentu menyulitkan petani kita," katanya, Rabu (17/9). Saat ini kata Sekda, Sumut memiliki perkebunan sawit 1,2 juta Ha atau terbesar kedua di Indonesia setelah Riau. Akan tetapi produktivitas sangat rendah karena pengelolaan yang tidak profesional. "53% perkebunan sawit di Sumut merupakan perkebunan rakyat sehingga tidak sedikit yang dikelola secara tidak profesional. Produktivitas lahan kita itu lebih sedikit dibandingkan daerah lain, karena lebih 50% perkebunan sawit kita itu milik rakyat. Jadi mungkin kita perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas seperti pembinaan dan pemberian bibit unggul,” terang Sabrina. Selanjutnya Sabrina berharap kajian Lemhannas nantinya bisa memberikan manfaat baik secara ekologi maupun ekonomi, apalagi di Sumut ini banyak masyarakat yang hidup dari sawit. “Kita harap kajian Lemhannas nantinya bisa menyelesaikan masalah-masalah sawit di Sumut,” tambah Sabrina. Direktur Pengkajian Ekonomi dan Sumber Kekayaan Alam Kedeputian Pengkajian Lemhannas RI Brigjen TNI Ramses Lumban Tobing mengatakan saat ini Lemhanas sedang fokus dalam mencari solusi persoalan sawit tersebut. Hasil dari pertemuan ini akan dianalisis untuk disampaikan kepada presiden guna dicari kebijakan yang tepat. "Beberapa permasalahan lain yang juga masuk ke dalam kajian Lemhannas terkait sawit di Sumut adalah lahan, tenaga kerja, hilirisasi produk dan pemasaran. Masalah-masalah ini nantinya akan dianalisa Lemhannas dan kemudian disampaikan kepada Presiden RI sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan. Kita datang langsung ke sini untuk mendapat gambaran riil permasalahan yang sebenarnya, sehingga kebijakan yang diambil nantinya sesuai dengan kenyataan di lapangan," pungkasnya.[R]
Selain persoalan harga, produktivitas sawit juga menjadi salah satu persoalan krusial di Sumatera Utara. Hal ini membuat produksi sawit di Sumatera Utara masih jauh tertinggal di banding provinsi lain. Hal ini disampaikan Sekda Provinsi Sumatera Utara, Sabrina saat mengelar rapat bersama Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) terkait solusi permasalahan sawit di Sumut. “Kita dikenal sebagai pelopor sawit, namun saat ini masalah sawit tidak sedikit, jadi perlu kajian bagaimana membuat sawit kita sustainable (berkelanjutan). Salah satu yang menjadi permasalahan adalah harga yang kadang naik kadang turun drastis, ini tentu menyulitkan petani kita," katanya, Rabu (17/9). Saat ini kata Sekda, Sumut memiliki perkebunan sawit 1,2 juta Ha atau terbesar kedua di Indonesia setelah Riau. Akan tetapi produktivitas sangat rendah karena pengelolaan yang tidak profesional. "53% perkebunan sawit di Sumut merupakan perkebunan rakyat sehingga tidak sedikit yang dikelola secara tidak profesional. Produktivitas lahan kita itu lebih sedikit dibandingkan daerah lain, karena lebih 50% perkebunan sawit kita itu milik rakyat. Jadi mungkin kita perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas seperti pembinaan dan pemberian bibit unggul,” terang Sabrina. Selanjutnya Sabrina berharap kajian Lemhannas nantinya bisa memberikan manfaat baik secara ekologi maupun ekonomi, apalagi di Sumut ini banyak masyarakat yang hidup dari sawit. “Kita harap kajian Lemhannas nantinya bisa menyelesaikan masalah-masalah sawit di Sumut,” tambah Sabrina. Direktur Pengkajian Ekonomi dan Sumber Kekayaan Alam Kedeputian Pengkajian Lemhannas RI Brigjen TNI Ramses Lumban Tobing mengatakan saat ini Lemhanas sedang fokus dalam mencari solusi persoalan sawit tersebut. Hasil dari pertemuan ini akan dianalisis untuk disampaikan kepada presiden guna dicari kebijakan yang tepat. "Beberapa permasalahan lain yang juga masuk ke dalam kajian Lemhannas terkait sawit di Sumut adalah lahan, tenaga kerja, hilirisasi produk dan pemasaran. Masalah-masalah ini nantinya akan dianalisa Lemhannas dan kemudian disampaikan kepada Presiden RI sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan. Kita datang langsung ke sini untuk mendapat gambaran riil permasalahan yang sebenarnya, sehingga kebijakan yang diambil nantinya sesuai dengan kenyataan di lapangan," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved