Warga Tionghoa dan para pemuka agama di wilayah Priangan Timur menyambut tahun baru Imlek 2574 dengan menggelar tradisi Cia Ciu (makan minum).
Cia Ciu ini menjadi bentuk rasa syukur sekaligus momentum untuk berkumpul bersama.
Rohaniwan Katolik di Wilayah Priangan Timur Yandie Buntoro menjelaskan, bahwa Imlek merupakan Pesta Rakyat dan bentuk rasa syukur yang bukan hanya untuk agama dan etnis tertentu.
"Bukan hanya untuk agama dan etnis tertentu saja. Ada beberapa yang dicampur dengan budaya tertentu, seperti Jawa dan yang lainnya, ini bisa bercampur bahkan melebur," terang Yandie saat sambutannya dalam tradisi Cia Ciu Tahun Baru Imlek 2575, Minggu malam (29/1).
Ada banyak pelajaran dan hikmah yang bisa diambil dalam Imlek, kata Yandie, terutama bagaimana orang Tionghoa menghormati dan berbakti kepada Orangtua.
" Bagaimana mereka memaafkan musuhnya dan bagaimana berkumpul bersama untuk makan. Kalau kata Sun Tzu, kenali dirimu kenali musuhmu, maka akan kau menangkan pertempuran," paparnya.
Pepatah Sun Tzu ini, Ucap Yandie, memang taktik perang, namun ia mengartikannya lain dengan agar bisa bekerjasama dalam kebaikan. Seperti malam Imlek, tambah ia, orang berkumpul makan bersama, dengan makanan yang sama.
"Mau berpangkat ataupun tidak, besar atau kecil, duduk bersama untuk makan bersama. Agama bisa beda, tapi dengan duduk dan makan bersama, semua dianggap beres," jelasnya.
Lebih lanjut, dalam sambutannya Yandie juga menjelaskan beberapa hal filosis yang terdapat dalam perayaan imlek, dari jenis makanan yang disantap, bentuk penghormatan gong xi fa cai hingga ornamen warna merah yang melekat dalam tradisi tersebut.
" Imlek adalah bersyukur yang sebenarnya, Kita pantas bersyukur senantiasa atas apa yang diberikan Tuhan kepada kita. karena itu patut dirayakan oleh siapapun," tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved