Rentetan kekalahan jagoan PDI Perjuangan dalam beberapa pilkada di Sumatera Utara menunjukkan kajian internal mereka yang selalu lemah dan atau dikalahkan oleh pertimbangan subjektif. Hal ini disampaikan Pengamat Politik, Sohibul Ansor Siregar menanggapi sinyal kuat dukungan Partai Demokrat terhadap Akhyar Nasution pada Pilkada Medan 2020. "Pilkada langsung ini mempersyaratkan dikenal oleh rakyat serta mengenal daerah dan rakyat yang akan dipimpin," katanya kepada RMOLSumut, Rabu (17/6). Sohibul menjelaskan PDI Perjuangan memang memiliki kebiasaan untuk 'menugaskan' kader mereka untuk maju pada Pilkada. Dan dua sosok yang kini namanya terus menjadi sorotan yakni Akhyar Nasution dan Bobby Nasution sudah memenuhi kriteria tersebut. Dan perebutan sesama kader untuk maju di Pilkada Medan kali ini merupakan hal yang wajar. Namun kata Sohibul, meski sama-sama berstatus kader PDI Perjuangan seharusnya untuk menentukan siapa yang akan ditugaskan maju Pilkada Medan 2020 harus melalui penelaahan yang lebih mendalam. Mengingat istilah kaderisasi juga akan menjadi penentu apakah kader di kalangan bawah akan bekerja maksimal atau tidak terhadap sosok yang diusung. "Mengusung kader sendiri atau figur lain memang harus mempertimbangkan faktor popularitas dan elektabilitas secara sungguh-sungguh. Dan itu tidak bisa hanya sekadar mempublikasi hasil survei yang dipesan dengan biaya mahal. Pencalonan dalam pilkada seyogyanya juga menghitung dampak "pemberontakan" kader. Berapa besar jumlah yang akan apatis dan sekadarnya saja mengkampanyekan calon yang tak mereka sukai meski biaya operasional sosialisasi dan perkampanyean bisa membengkak juga," ujarnya. Ia mengatakan hal yang hampir mirip dengan situasi antara Akyar Nasution dengan Bobby Nasution jika nantinya rekomendasi PDI Perjuangan jatuh kepada Bobby adalah apa yang terjadi antara Rudolf Pardede dengan Tri Tamtomo pada Pilgubsu 2008 silam. Saat itu, Tri Tamtomo diusung DPP PDI Perjuangan menggeser Rudolf Pardede yang berstatus petahana dan mendapat dukungan dari kader di Sumatera Utara untuk maju pada Hasil akhir dari kebijakan partai ini adalah kekalahan Tri Tamtomo yang kala itu berpasangan dengan Benny Pasaribu. Pemenang Pilgubsu saat itu adalah Syamsul Arifin yang berpasangan dengan Gatot Pujo Nugroho.[R]
Rentetan kekalahan jagoan PDI Perjuangan dalam beberapa pilkada di Sumatera Utara menunjukkan kajian internal mereka yang selalu lemah dan atau dikalahkan oleh pertimbangan subjektif. Hal ini disampaikan Pengamat Politik, Sohibul Ansor Siregar menanggapi sinyal kuat dukungan Partai Demokrat terhadap Akhyar Nasution pada Pilkada Medan 2020. "Pilkada langsung ini mempersyaratkan dikenal oleh rakyat serta mengenal daerah dan rakyat yang akan dipimpin," katanya kepada RMOLSumut, Rabu (17/6). Sohibul menjelaskan PDI Perjuangan memang memiliki kebiasaan untuk 'menugaskan' kader mereka untuk maju pada Pilkada. Dan dua sosok yang kini namanya terus menjadi sorotan yakni Akhyar Nasution dan Bobby Nasution sudah memenuhi kriteria tersebut. Dan perebutan sesama kader untuk maju di Pilkada Medan kali ini merupakan hal yang wajar. Namun kata Sohibul, meski sama-sama berstatus kader PDI Perjuangan seharusnya untuk menentukan siapa yang akan ditugaskan maju Pilkada Medan 2020 harus melalui penelaahan yang lebih mendalam. Mengingat istilah kaderisasi juga akan menjadi penentu apakah kader di kalangan bawah akan bekerja maksimal atau tidak terhadap sosok yang diusung. "Mengusung kader sendiri atau figur lain memang harus mempertimbangkan faktor popularitas dan elektabilitas secara sungguh-sungguh. Dan itu tidak bisa hanya sekadar mempublikasi hasil survei yang dipesan dengan biaya mahal. Pencalonan dalam pilkada seyogyanya juga menghitung dampak "pemberontakan" kader. Berapa besar jumlah yang akan apatis dan sekadarnya saja mengkampanyekan calon yang tak mereka sukai meski biaya operasional sosialisasi dan perkampanyean bisa membengkak juga," ujarnya. Ia mengatakan hal yang hampir mirip dengan situasi antara Akyar Nasution dengan Bobby Nasution jika nantinya rekomendasi PDI Perjuangan jatuh kepada Bobby adalah apa yang terjadi antara Rudolf Pardede dengan Tri Tamtomo pada Pilgubsu 2008 silam. Saat itu, Tri Tamtomo diusung DPP PDI Perjuangan menggeser Rudolf Pardede yang berstatus petahana dan mendapat dukungan dari kader di Sumatera Utara untuk maju pada Hasil akhir dari kebijakan partai ini adalah kekalahan Tri Tamtomo yang kala itu berpasangan dengan Benny Pasaribu. Pemenang Pilgubsu saat itu adalah Syamsul Arifin yang berpasangan dengan Gatot Pujo Nugroho.© Copyright 2024, All Rights Reserved