Amanat reformasi sangat jelas yakni menciptakan pemerintahan yang bersih dari kolusi, korupsi dan nepotisme.
Kemudian penegakan supremasi hukum dan penegakan iklim demokrasi di Indonesia.
Namun amanat itu saat ini hilang akibat keserakahan untuk mempertahankan kekuasaan meskipun dengan keculasan politik.
Demikian disampaikan tokoh masyarakat Karo, Barata Sembiring dalam diskusi ringan bersama sejumlah akademisi seperti Dr Bakhrul Khair Amal, Roy Fachrabi Ginting SH, MKN, kalangan praktisi politik dan kalangan jurnalis di Hotel JW Marriot beberapa waktu lalu.
Barata mengaku sangat prihatin, sebab amanat reformasi itu sendiri rusak parah di saat para pejabat yang merupakan produk dari reformasi itu yang berkuasa.
“Padahal mereka yang berkuasa sekarang ini adalah orang yang berteriak-teriak pada tahun 98 meminta reformasi,” katanya.
Barata kemudian mengatakan, rusaknya amanat reformasi ditangan para pejuang reformasi 98 itu dikarenakan mereka tidak mampu menjaga semangat reformasi itu dalam seluruh sendi kehidupan mereka. Amanat reformasi hanya mereka gaungkan sebagai alat untuk tetap ambil bagian dalam kekuasaan tanpa mempedulikan orang lain di sekitar mereka.
“Reformasi itu diuji dari rumah kita. Bisa tidak kita perlakukan orang lain sebagaimana layaknya seorang manusia?,” ungkapnya.
Dalam hal ini, Barata yang merupakan sosok pengusaha ini menganalogikakan cara para pemimpin dan pejabat dalam memperlakukan asisten rumah tangga atau pembantu. Tidak jarang menurutnya, anjing peliharaan pejabat justru lebih diperlakukan sangat istimewa dibanding pembantu.
“Kita semua tau bahwa pembantu itu bekerja sangat keras untuk kita, dia lebih dulu bangun untuk memasak mempersiapkan semua keperluan rumah tangga dan baru tidur setelah majikannya tidur dan itu aktivitas yang berulang setiap hari. Namun, lihatlah berapa persen pejabat yang memberikan fasilitas yang sama pada kamar tidurnya dengan fasilitas pada kamar tidur pembantu? sangat minim. Kamar pembantu biasanya ditempatkan di belakang, dibawah tangga dan fasilitasnya seadanya. Apakah itu menghargai manusia?,” ujarnya.
Barata mengaku berkisah dirinya sempat dianggap aneh oleh tukang yang membangun rumahnya, karena permintaannya untuk membangun kamar dengan fasilitas yang sama baik untuk majikan dan pembantu.
“Saya dianggap aneh saat bilang buatkan fasilitas air panas di kamar pembantu, tempat tidur yang nyaman dan lainnya,” sebutnya.
Kembali soal reformasi dan berbagai keculasan dalam memainkan aturan dalam memenangkan kontestasi politik. Hal ini menurut Barata karena gagalnya para pejabat produk reformasi itu sendiri dalam memberikan nilai bagi manusia lain. Produk hukum menurutnya akan mengikuti berbagai keculasan ini saat mereka nantinya duduk menikmati kekuasaan dari hasil keculasan yang mereka lakukan.
“Itu makanya saya lihat, sampai sekarang tidak pernah disahkan undang-undang perlindungan pembantu. Kenapa? karena kalau itu terjadi maka para anggota dewan termasuk ketua DPR nya akan kesusahan karena dengan undang-undang itu mereka tidak bisa sesuka hati lagi kepada pembantunya,” demikian ungkapan yang disebut oleh Barata sebagai bentuk kritikan dan keprihatinannya saat ini.
© Copyright 2024, All Rights Reserved