Serapan APBD Sumatera Utara dan APBD Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang masih rendah membuat Edy Rahmayadi berang.
Apalagi, hal ini dinilainya menjadi salah satu pemicu inflasi di Sumatera Utara.
Edy menjelaskan, inflasi di Sumut naik dari 4,2 naik ke 5,6 inflasi ini. Hal ini cukup mengkhawatirkan walaupun saat ini Sumatera Utara bukan menjadi salah satu provinsi dengan inflasi tertinggi.
"Saat ini, inflasi sudah mulai mengkhawatirkan walaupun kita masuk di 12 provinsi Permasalahannya. Pertama yakni, karena penyerapan anggaran itu kita itu masih berada di (Kabupaten/Kota) 35 persen yang paling tinggi dan provinsi 38 persen," katanya kepada wartawan di Aula Tengku Rizal Nurdin di Jalan Surdiman, Kota Medan, Senin (22/8) pagi.
Menurut Edy, hal ini menjadi catatan penting bagi semua pihak, terutama para kepala daerah dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkpimda) baik provinsi maupun kabupaten/kota. Dalam waktu dekat, ia mengaku akan membahas hal ini bersama seluruh kepala daerah dan unsur forkopimda
"Penyerapan anggaran APBD maksudnya untuk tahun 2022 di Agustus ini baru di 35 persen. Ini lah hari Kamis nanti akan mengumpulkan bupati, wali kota, kajari, kapolres, dandim (Forkopimda) untuk rapat disini untuk menyikapi ini," ujarnya.
Edy menyebutkan, inflasi di Sumut mencapai 5,6 saat ini pemicu terbesarnya adalah Bawang Merah dan Cabai Merah.
"Kedua bawang merah dan cabai merah menjadi persoalan inilah yang membuat inflasi semakin parah. Inflasi ini tidak boleh main-main kalau ini terus naik kita tidak punya cadangan devisa. Kita tak punya kekuatan-kekuatan ini akan sulit. Maka rakyat akan sengsara," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved