Toleransi menjadi poin penting agar Indonesia dapat meraih tujuan bangsa yakni untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat. Karena itu, menjaga toleransi menjadi hal yang harus diperjuangkan dimanapun kita berada.
Hal ini disampaikan Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan dalam webinar dengan tema "Tapanuli Menuju Daerah Pusat Toleransi" yang digelar oleh Pemuda Desa Mandiri (PUSARI), Jumat (5/2)
"Selalu saya ajak masyarakat untuk menjadikan Tapanuli Utara menjadi miniaturnya Pancasila," kata Nikson.
Dijelaskannya, Tapanuli Utara merupakan kabupaten yang memiliki berbagai hal yang membuatnya layak diberi simbolisasi golongan tertentu. Dari sisi kepercayaan 90 persen masyarakat memeluk agama Kristen Protestan, disitu juga merupakan pusat dari HKBP yakni di Pea Raja dan juga tempat wisata rohani seperti Salib Kasih.
"Ini tentu memunculkan ekslusifitas tersendiri. Tidak berbeda dengan ekslusifitas di daerah lain seperti Aceh misalnya atau Sumatera Barat. Namun, eksklusifitas tersebut tidak boleh serta merta memicu pemaksaan kepada pihak lain yang berbeda. Kita tidak melakukan hal yang mohon maaf seperti yang terjadi di Sumatera Barat kemarin mengharuskan memakai jilbab," ujarnya.
Menurut Nikson, perbedaan-perbedaan yang ada harus ditempatkan pada posisi sebagai bagian dari kekayaan Indonesia. Dan inilah yang menjadikan dirinya tetap berkomitmen, hal-hal yang berbau intoleransi tidak akan ditolerir disana.
"Tidak boleh disini ada membeda-bedakan karena perbedaan agama, suku dan lainnya. Saya sebagai kepala daerah sudah berkomitmen hingga akhir masa jabatan saya, Pemkab Taput tidak akan membeda-bedakan perhatian kepada semua," pungkasnya.
Webinar ini diikuti oleh berbagai kalangan seperti akademisi, mahasiswa, pejabat Pemkab Tapanuli Utara. Selain Bupati Nikson Nababan, praktisi hukum Ranto Sibarani juga menjadi pemateri dalam webinar ini.
© Copyright 2024, All Rights Reserved