Edy Rahmayadi menjadi sosok jenderal yang gagal dalam memimpin Sumatera Utara dalam kurun 5 tahun kepemimpinannya.
Tata kelola birokrasi yang ditandai dengan kekacauan dalam penempatan pejabat menjadi salah satu fakta yang tidak terbantahkan mengenai hal itu.
“Edy Rahmayadi menjadi pemimpin Sumatera Utara terburuk dalam sejarah,” kata Sekretaris DPD Gerindra Sumatera Utara, Sugiat Santoso dalam diskusi publik ‘Refleksi Akhir Masa Kepemimpinan Eramas’ di Serayu Coffe, Medan, Senin (4/9/2023).
Sugiat tidak membantah jika Partai Gerindra menjadi salah satu pendukung Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah saat maju pada Pilgubsu 2018 lalu. Hal ini tidak terlepas dari tingginya ekspektasi mereka terhadap sosok Edy Rahmayadi yang memiliki karir politik mentereng diantara Pangdam I/BB dan Pangkostrad.
“Karir jenderalnya itu kan membuktikan kalau jiwa kepemimpinan dia itu tidak diragukan lagi. Namun faktanya, semua rusak dibuatnya. Sebagai seorang Jenderal, persoalan narkoba saja di Sumut tidak bisa dituntaskannya,” ungkapnya pada diskusi yang dihadiri kalangan akademisi, jurnalis dan para aktifis kampus ini.
Buruknya kepemimpinan Edy menurut Sugiat masih berpotensi berimbas hingga beberapa waktu kedepan. Salah satunya yakni persoalan pembangunan infrastruktur dan pembangunan stadion untuk PON XXI 2024 mendatang.
“Kalau sampai kita gagal menjadi tuan rumah pon 2024 mendatang, maka itu adalah karena kegagalan Edy Rahmayadi yang tidak mampu melobi pusat dan kacau balau dalam melakukan proses pembangunan stadion mulai dari pembayaran ganti rugi dan pembangunan fisik. Bisa disimpulkan, Edy Rahmayadi menjadi jenderal yang gagal memimpin Sumtera Utara,” pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved