Indonesia disebut-sebut layak menjadi anggota BRICS, entitas ekonomi yang beranggotakan lima negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat (emerging market) yang diisi Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
"Patut dipertimbangkan (untuk masuk BRICS)," kata Novi Basuki, sekjen Forum Sinologi Indonesia, Selasa (2/2).
Basuki menilai, BRICS menawarkan kerja sama yang lebih inklusif dengan adanya pemahaman multikultural tanpa memandang sistem ekonomi ataupun politik anggotanya.
"Bagusnya, karena (BRICS) tidak banyak membicarakan hal-hal politis. China, misalnya, dia itu pedagang, bukan politikus," terangnya.
Namun demikian, Basuki menjelaskan, untuk menjadi anggota BRICS Indonesia perlu melakukan banyak pembenahan.
"Misalnya, infrastruktur Indonesia harus terus diperbaiki. Baik infrastruktur kerasnya maupun infrastruktur lunaknya." ungkapnya.
Dijelaskannya dalam hal infrastruktur keras, tantangannya adalah bagaimana Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia ini bisa terkoneksi satu sama lain. Konektivitas sangat penting untuk efisiensi.
Terkhusus infrastruktur lunak, Indonesia perlu membenahi sarana kesehatan, pendidikan, dan korupsi yang menurut Basuki masih menjadi persoalan pelik.
Dengan menjadi anggota BRICS, diharapkan Indonesia mendapatkan akses pasar yang lebih besar dan mempunyai semakin banyak kesempatan untuk saling belajar dari kesuksesan masing-masing.
"China itu bisa mengentaskan kemiskinan rakyatnya hanya dalam waktu 40 tahun. Penduduk dan produknya berdaya saing tinggi. Kemarin ada koruptor, namanya Lai Xiaomin, baru saja ditembak mati. Itu semua layak kita pelajari," tandas Basuki.
© Copyright 2024, All Rights Reserved