Kantor Berita RMOLSumut, Jumat (3/5).
Bila dibandingkan dengan pemimpin yang haus kekuasaan, sikap Edi yang gentlemen itu sepatutnya dinilai sebagai hal yang baik.
\"Mestinya kan positif. Kita tau tak mungkinlah beliau mengundurkan diri. Dia Gubernur pilihan rakyat. Tak mungkin tak ada warga yang tak sudi dipimpinnya. Saya melihat itu semacam refleksi saja. Pak Edi yang seorang militer memiliki sifat ksatria dan bertanggung jawab serta tegas,\" kata aktivis PA 212 ini.
Lebih lanjut dikatakan Sani, pernyataan Gubsu itu berbanding balik dengan fenomena kecurangan hasil pilpres. Dimana menurut Sani, terjadi banyak kecurangan untuk mempertahankan posisi petahana, sementara sebagian besar rakyat sudah tak menghendaki kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
\"Ini sebuah refleksi saja. Berbeda dengan pasangan 01 yang tetap memaksakan kehendak untuk dapat memimpin negeri ini walaupun dengan berbagai cara curang padahal rakyat sudah tidak menghendakinya. Jadi, seharusnya pemimpin itu adalah yang dicintai, didukung oleh rakyatnya agar negeri itu menjadi damai, tenteram, adil dan makmur,\" kata Sani.
\"Jika saja ada pemimpin yang tidak dikehendaki rakyatnya tapi tetap memaksakan dirinya dengan berbagai macam cara maka sebaliknya akan terjadi kekacauan dan konflik di negeri itu,\" demikian Sani. [hta]
" itemprop="description"/>
Kantor Berita RMOLSumut, Jumat (3/5).
Bila dibandingkan dengan pemimpin yang haus kekuasaan, sikap Edi yang gentlemen itu sepatutnya dinilai sebagai hal yang baik.
\"Mestinya kan positif. Kita tau tak mungkinlah beliau mengundurkan diri. Dia Gubernur pilihan rakyat. Tak mungkin tak ada warga yang tak sudi dipimpinnya. Saya melihat itu semacam refleksi saja. Pak Edi yang seorang militer memiliki sifat ksatria dan bertanggung jawab serta tegas,\" kata aktivis PA 212 ini.
Lebih lanjut dikatakan Sani, pernyataan Gubsu itu berbanding balik dengan fenomena kecurangan hasil pilpres. Dimana menurut Sani, terjadi banyak kecurangan untuk mempertahankan posisi petahana, sementara sebagian besar rakyat sudah tak menghendaki kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
\"Ini sebuah refleksi saja. Berbeda dengan pasangan 01 yang tetap memaksakan kehendak untuk dapat memimpin negeri ini walaupun dengan berbagai cara curang padahal rakyat sudah tidak menghendakinya. Jadi, seharusnya pemimpin itu adalah yang dicintai, didukung oleh rakyatnya agar negeri itu menjadi damai, tenteram, adil dan makmur,\" kata Sani.
\"Jika saja ada pemimpin yang tidak dikehendaki rakyatnya tapi tetap memaksakan dirinya dengan berbagai macam cara maka sebaliknya akan terjadi kekacauan dan konflik di negeri itu,\" demikian Sani. [hta]
"/>
Kantor Berita RMOLSumut, Jumat (3/5).
Bila dibandingkan dengan pemimpin yang haus kekuasaan, sikap Edi yang gentlemen itu sepatutnya dinilai sebagai hal yang baik.
\"Mestinya kan positif. Kita tau tak mungkinlah beliau mengundurkan diri. Dia Gubernur pilihan rakyat. Tak mungkin tak ada warga yang tak sudi dipimpinnya. Saya melihat itu semacam refleksi saja. Pak Edi yang seorang militer memiliki sifat ksatria dan bertanggung jawab serta tegas,\" kata aktivis PA 212 ini.
Lebih lanjut dikatakan Sani, pernyataan Gubsu itu berbanding balik dengan fenomena kecurangan hasil pilpres. Dimana menurut Sani, terjadi banyak kecurangan untuk mempertahankan posisi petahana, sementara sebagian besar rakyat sudah tak menghendaki kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
\"Ini sebuah refleksi saja. Berbeda dengan pasangan 01 yang tetap memaksakan kehendak untuk dapat memimpin negeri ini walaupun dengan berbagai cara curang padahal rakyat sudah tidak menghendakinya. Jadi, seharusnya pemimpin itu adalah yang dicintai, didukung oleh rakyatnya agar negeri itu menjadi damai, tenteram, adil dan makmur,\" kata Sani.
\"Jika saja ada pemimpin yang tidak dikehendaki rakyatnya tapi tetap memaksakan dirinya dengan berbagai macam cara maka sebaliknya akan terjadi kekacauan dan konflik di negeri itu,\" demikian Sani. [hta]
"/>