Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan dampak dari resesi ekonomi sangat fatal bagi sebuah negara. Bahkan, jatuhnya seorang pemimpin sangat berpotensi terjadi akibat persoalan ini. Demikian disampaikannya dalam diskusi virtual dengan thema menyelamatkan ekonomi Indonesia yang digelar RMOL Network dan Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Jumat (21/8). "Tidak ada yang percaya kalau tahun 98 itu Soeharto akan jatuh. Karena saat itu beliau sangat kuat, namun mereka lupa bahwa ada krisis besar. Makanya hanya dalam kurun Mei '98 dia bisa jatuh," katanya. Menko Perekonomian para era Presiden Gusdur ini menyebutkan, saat ini Indonesia semakin terbenam dalam jurang resesi dan sangat butuh upaya-upaya penyelamatan yang tepat. Ironisnya, ia tidak melihat adanya kemampuan untuk melakukan hal itu dalam kabinet Jokowi saat ini. Beberapa kebijakan yang diambil seperti pemberian bantuan modal kepada pengusaha kelas atas atau kepada kalangan ekonomi makro menurutnya merupakan kebijakan yang akan memperparah situasi. Sebab, hal ini tidak akan mendorong daya beli masyarakat di tingkat menengah dan bahwa. "Sesungguhnya yang harus didorong itu adalah daya beli mereka. Jika daya beli kuat, kredit akan tumbuh, roda ekonomi akan bergerak stabil dan itu akan otomatis mendukung ekonomi nasional," ujarnya. Saat ini kata sosok yang akrab disapa RR ini, pemerintah khususnya Menteri Ekonomi Sri Mulyani justru sedang mempertontonkan berbagai kebijakan yang tidak menyelesaikan masalah. Ia hanya berfokus pada retorika bahwa ekonomi Indonesia sedang baik-baik saja dengan membandingkan kondisi ekonomi pada kuartal kedua tahun 2020 dengan kondisi pada kuartal kedua tahun 2019. "Itu bukan cara lazim untuk tentukan resesi atau tidak, tapi bandingkan kuartal awal dengan kuartal berikutnya. Kalau negatif berturut-turut itu resesi. Kok menteri keuangan bilang belum resesi, dia bikin definisi sendiri. Itu juga yang membuat tidak ada tanda-tanda perbaikan," sebutnya. Rizal Ramli mengingatkan, dalam kondisi seperti ini masyarakat memang masih terlihat diam. Namun ia yakin, jika kondisi semakin parah maka kemarahan mereka bisa saja akan meledak dan tidak terbendung. "Hal ini harusnya disadari oleh kalangan intelektual yang kini saya lihat hanya berfokus menjadi buzzer murahan. Harusnya mereka memberikan penyadaran tentang kondisi ekonomi yang terjadi saat ini," pungkasnya.[R]
Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan dampak dari resesi ekonomi sangat fatal bagi sebuah negara. Bahkan, jatuhnya seorang pemimpin sangat berpotensi terjadi akibat persoalan ini. Demikian disampaikannya dalam diskusi virtual dengan thema menyelamatkan ekonomi Indonesia yang digelar RMOL Network dan Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Jumat (21/8). "Tidak ada yang percaya kalau tahun 98 itu Soeharto akan jatuh. Karena saat itu beliau sangat kuat, namun mereka lupa bahwa ada krisis besar. Makanya hanya dalam kurun Mei '98 dia bisa jatuh," katanya. Menko Perekonomian para era Presiden Gusdur ini menyebutkan, saat ini Indonesia semakin terbenam dalam jurang resesi dan sangat butuh upaya-upaya penyelamatan yang tepat. Ironisnya, ia tidak melihat adanya kemampuan untuk melakukan hal itu dalam kabinet Jokowi saat ini. Beberapa kebijakan yang diambil seperti pemberian bantuan modal kepada pengusaha kelas atas atau kepada kalangan ekonomi makro menurutnya merupakan kebijakan yang akan memperparah situasi. Sebab, hal ini tidak akan mendorong daya beli masyarakat di tingkat menengah dan bahwa. "Sesungguhnya yang harus didorong itu adalah daya beli mereka. Jika daya beli kuat, kredit akan tumbuh, roda ekonomi akan bergerak stabil dan itu akan otomatis mendukung ekonomi nasional," ujarnya. Saat ini kata sosok yang akrab disapa RR ini, pemerintah khususnya Menteri Ekonomi Sri Mulyani justru sedang mempertontonkan berbagai kebijakan yang tidak menyelesaikan masalah. Ia hanya berfokus pada retorika bahwa ekonomi Indonesia sedang baik-baik saja dengan membandingkan kondisi ekonomi pada kuartal kedua tahun 2020 dengan kondisi pada kuartal kedua tahun 2019. "Itu bukan cara lazim untuk tentukan resesi atau tidak, tapi bandingkan kuartal awal dengan kuartal berikutnya. Kalau negatif berturut-turut itu resesi. Kok menteri keuangan bilang belum resesi, dia bikin definisi sendiri. Itu juga yang membuat tidak ada tanda-tanda perbaikan," sebutnya. Rizal Ramli mengingatkan, dalam kondisi seperti ini masyarakat memang masih terlihat diam. Namun ia yakin, jika kondisi semakin parah maka kemarahan mereka bisa saja akan meledak dan tidak terbendung. "Hal ini harusnya disadari oleh kalangan intelektual yang kini saya lihat hanya berfokus menjadi buzzer murahan. Harusnya mereka memberikan penyadaran tentang kondisi ekonomi yang terjadi saat ini," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved