Pengelolaan bandara Kuala Namu Internasional (KNIA) oleh perusahaan asal India memunculkan isu adanya penjualan aset.
Isu ini langsung direspon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi dengan memanggil langsung Direktur PT Angkasa Pura Aviasi.
Ia meminta penjelasan mengenai pola kerjasama pengelolaan bandara kebanggaan Sumatera Utara tersebut.
"Saya minta semua dengarkan omongan beliau. Ramai katanya (bandara) Kualanamu dijual sama India. Saya pun tak tau. Jadi langsung saja ke sumber yang utama," katanya. Edy menyebut, setelah ini jangan lagi dikembang-kembangkan isu tersebut sehingga rakyat hilang kepercayaan dengan pemimpinnya.
Mendapat perintah itu, Direktur PT Angkasa Pura Aviasi, Haris menjelaskan bahwa kemitraan strategis pengeolaan Bandara Kualanamu lebih kepada ke kemitraan strategis yakni kerjasama, bukan penjualan aset.
Pihaknya ke depan punya bagaimana menjadikan Bandara Kualanamu menjadi HUB Internasional.
"Makanya kita membutuhkan kerjasama dengan GMR Airport yang nanti bisa membawa traffic ke Bandara Kualanamu khususnya penerbangan internasional,” katanya.
GMR akan masuk ke dalam kepemilikan saham PT Angkasa Pura Aviasi dengan kepemilikan saham 49 persen.
“Jadi bukan Bandara Kualanamu, Bandara Kualanamu merupakan aset PT Angkasa Pura II," katanya.
Menurutnya, aset tersebut merupakan kekayaan negara yang sudah dikelola PT Angkasa Pura II. "Jadi bukan PT Angkasa Pura II-nya melepas saham tapi anak PT Angkasa Pura II-nya (PT Angkasa Pura Aviasi),” pungkasnya.
Dari sisi ini, ditegaskan dia bahwa tidak ada aset yang berpindah ke GMR. Namun di media seolah-olah Bandara Kualanamu yang dijual. "Saya bisa tegaskan dan jaminan bahwa tidak ada aset yang berpindah semua masih aset Milik PT AP II,” ungkapnya.
Kemudian PT AP II masih memperoleh pendapatan dari deviden. Inilah menjadi tujuan utama pihaknya karena sekarang kalau dilihat total dari bandara di Indonesia, marketnya masih kepada domestik.
“Jadi sekarang bagaimana itu mentransfer Bandara Internasional dan domestiknya. Kami harap bapak-bapak semua untuk bisa meluruskan pemberitaan di media, bahwa tidak ada penjualan aset,” pungkas Haris.
Setelah mendengar penjelasan ini, Gubsu Edy kembali berharap jangan ada lagi ribut-ribut mengenai isu Bandara Kualanamu dijual. Edy pun sempat menyebut istilah ulok. Ulok dalam makna bahasa di Medan, dapat diartikan sebagai membesar-besarkan cerita dan cenderung bohong.
“Di counter itu isu, tangkis. Kita kan terlalu pandai ulok. Dia lupa kalau kita raja ulok,” pungkas mantan Pangkostrad.
© Copyright 2024, All Rights Reserved