Dikatakan Sekda, saat ini harga minyak sawit dunia terus mengalami penurunan. Hal itu berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen tandan buah segar (TBS) sawit, khususnya pekebun sawit.
Untuk menghadapi pasar dunia yang kurang menguntungkan bagi industri sawit nasional, lanjut Sekda, maka diperlukan \'semangat dan arah baru\' dalam pembangunan industri sawit menuju 2045. Sehingga sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, industri sawit Indonesia tidak lagi bergantung terhadap pasar global.
\"Tetapi perlu arah baru yang bahkan bisa menjadi acuan dan diikuti oleh pasar dunia. Karena itu, diperlukan roadmap industri sawit nasional menuju tahun 2045,\" ujar Sekda.
Selain itu, kata Sekda, industri sawit juga harus menyeimbangkan manfaat ekonomi dan ekologi. Hutan harus tetap dilestarikan.
\"Karena tanpa hutan tak ada air, akhirnya kehidupan ini tidak ada. Kita harus pertimbangkan keseimbangan memanfaatkan ekonomi dan ekologis secara bersamaan,\" pungkasnya.
" itemprop="description"/>
Dikatakan Sekda, saat ini harga minyak sawit dunia terus mengalami penurunan. Hal itu berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen tandan buah segar (TBS) sawit, khususnya pekebun sawit.
Untuk menghadapi pasar dunia yang kurang menguntungkan bagi industri sawit nasional, lanjut Sekda, maka diperlukan \'semangat dan arah baru\' dalam pembangunan industri sawit menuju 2045. Sehingga sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, industri sawit Indonesia tidak lagi bergantung terhadap pasar global.
\"Tetapi perlu arah baru yang bahkan bisa menjadi acuan dan diikuti oleh pasar dunia. Karena itu, diperlukan roadmap industri sawit nasional menuju tahun 2045,\" ujar Sekda.
Selain itu, kata Sekda, industri sawit juga harus menyeimbangkan manfaat ekonomi dan ekologi. Hutan harus tetap dilestarikan.
\"Karena tanpa hutan tak ada air, akhirnya kehidupan ini tidak ada. Kita harus pertimbangkan keseimbangan memanfaatkan ekonomi dan ekologis secara bersamaan,\" pungkasnya.
"/>
Dikatakan Sekda, saat ini harga minyak sawit dunia terus mengalami penurunan. Hal itu berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen tandan buah segar (TBS) sawit, khususnya pekebun sawit.
Untuk menghadapi pasar dunia yang kurang menguntungkan bagi industri sawit nasional, lanjut Sekda, maka diperlukan \'semangat dan arah baru\' dalam pembangunan industri sawit menuju 2045. Sehingga sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, industri sawit Indonesia tidak lagi bergantung terhadap pasar global.
\"Tetapi perlu arah baru yang bahkan bisa menjadi acuan dan diikuti oleh pasar dunia. Karena itu, diperlukan roadmap industri sawit nasional menuju tahun 2045,\" ujar Sekda.
Selain itu, kata Sekda, industri sawit juga harus menyeimbangkan manfaat ekonomi dan ekologi. Hutan harus tetap dilestarikan.
\"Karena tanpa hutan tak ada air, akhirnya kehidupan ini tidak ada. Kita harus pertimbangkan keseimbangan memanfaatkan ekonomi dan ekologis secara bersamaan,\" pungkasnya.
"/>