Koalisi Masyarakat Mandailing Peduli Identitas (KMMPI) mendesak agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menarik Kamus Sejarah jilid I dan II dari peredaran.
Desakan ini mereka sampaikan karena menilai tokoh-tokoh pejuang asal Mandailing masih banyak yang tidak tercantum dalam kamus tersebut.
"Kami mengapresiasi usaha dan ikhtiar Kemendikbud dalam membentangkan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bentuk Kamus Sejarah, namun apabila bentangan sejarah tersebut diduga hendak menghilangkan jejak tokoh bangsa yang mempunyai kontribusi besar dalam kelangsungan Republik, maka Kamus Sejarah tersebut adalah narasi sesat dan menyesatkan bagi memori masa kini dan masa depan," kata juru bicara KMMPI, Syahrir Nasution didampingi Imsar Muda Nasution dan Ali Sati Nasution lewat keterangan tertulis, Rabu (28/4/2021).
Syahrir mengatakan Sumatera Utara memiliki tokoh-tokoh penting yang berperan penting dalam lintasan sejarah bangsa yang pantas disebutkan secara proporsional dalam kamus sejarah tersebut. Beberapa diantaranya yakni SM Amin Nasution, seorang tokoh Sumpah Pemuda 1928, pernah menjadi Gubernur Sumatera Utara dan Riau, dan sekarang sudah diangkat jadi Pahlawan Nasional.
Kemudian, Kolonel Zulkifli Lubis yang dikenal sebagai Bapak Intelijen karena dianggap sebagai peletak dasar berdirinya Badan Intelijen di Indonesia. Zulkifli Lubis, yang berusia 18 tahun, masuk ke pelatihan paramiliter Jepang Seinen Dojo di Yogyakarta selama enam bulan pada pertengahan kedua 1942. Pada 1943, ia terpilih menjadi salah satu taruna gemblengan Jepang di PETA (Pembela Tanah Air) karena potensi kepintaran dibanding fisiknya. Selama di PETA, ia menjadi angkatan pertama yang lulus dari sekolah intelijen Jepang di Tangerang. Setelah itu, ia dikirim ke pusat intelijen Jepang di Asia Tenggara yang terletak di Singapura pada pertengahan 1944. Pada 7 Mei 1946, para perwira intelijen itu diberikan kartu pengenal dan resmi menjadi anggota Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI). Lubis menjadi kepalanya dan langsung bertanggung jawab di bawah kendali Sukarno.
Lalu ada juga sosok Jenderal Besar Doktor Haji Abdul Haris Nasution, tokoh pengaman Pancasila, penyelamat bangsa dari berbagai macam pemberontakan pada masa awal bangsa ini didirikan. Tokoh penting dalam peristiwa Bandung Lautan Api ketika sekutu masuk ke Indonesia, serta tokoh penting dalam peletak dasar perang gerilya. Jenderal Nasution merupakan KASAD yg terlama di Indonesia. Beliau pendiri Divisi Siliwangi, Panglima Pulau Jawa dan salah satu pencipta perang gerilya kaliber dunia.
"Beliau berperan untuk memberantas pemberontakan PKI di Madiun, RMS, DI/TII di berbagai daerah, PRRI/Permesta dan G30S. Sebagai Ketua
MPRS beliau pernah melantik Presiden Suharto dan mempunyai peran dalam melarang ideologi Komunis di Indonesia. Itulah sebabnya kenapa rumah pribadinya dijadikan museum," ujar Syahrir.
Atas dasar itulah menurut mereka, jika kriteria pemilihan tokoh sejarah dalam buku Kamus Sejarah Indonesia adalah mereka yang berperan historis dalam pembentukan negara (jilid 1) dan pembangunan negara (jilid 2), sesungguhnya masih banyak tokoh asal Mandailing yang layak dimasukkan ke dalam buku tersebut.
"Kami dari KMMPI menyayangkan tidak dimasukkannya nama-nama tersebut di dalan kamus sejarah yang diterbitkan Kemendikbud, dan karena itu dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan agar Kemendikbud untuk meminta maaf, menarik segera buku tersebut dari peredaran dan merevisi buku tersebut sesuai porsi yang seadil-adilnya bagi para pejuang dan tokoh bangsa," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved