Peneliti Senior Core Indonesia, Etikah Karyani Suwondo mengatakan, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, berhati-hati dengan tawaran berbunga tinggi, dan tahu profil risiko diri.
Hal tersebut disampaikan Etikah dalam menyikapi maraknya praktik investasi bodong di Indonesia akhir-akhir ini.
"Masyarakat biasanya terjerat investasi bodong karena ada iming-iming, sifat greedy, dan merasa mampu mengelola risiko," kata Etikah seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Senin (5/6).
Menurutnya, sifat greedy juga perlu ditekan jika menerima tawaran imbal hasil menggiurkan yang tidak masuk akal. Apalagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan berbagai aturan untuk memangkas investasi bodong.
Etikah juga mengatakan, banyaknya masyarakat yang tertipu investasi bodong, kata dia, menandakan bahwa akses masyarakat ke jasa keuangan cukup tinggi. Namun sayang, hal ini tidak diimbangi dengan literasi keuangan.
"Ini banyak terjadi pada lembaga keuangan seperti bank digital yang memberikan return (bunga) tinggi di atas Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) LPS. Artinya, kalau bunga mereka di atas TBP LPS, maka itu menjadi tidak dijamin LPS dan harus disampaikan kepada para nasabah,” terangnya.
Untuk itu, sambungnya, masyarakat harus jeli dalam memilih investasi, terutama dalam memperhatikan logo dari regulator jasa keuangan seperti LPS.
Pasalnya, banyak lembaga keuangan yang menggunakan logo dan mengatasanamakan LPS. Padahal, lembaga tersebut merupakan non bank, sehingga jika terjadi masalah, dana simpanan tidak mendapat jaminan dari LPS.
"Penyedia investasi ilegal biasanya juga tidak memberikan informasi yang jelas atau menghindari pertanyaan-pertanyaan kritis," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved