Direktur Konservasi PanEco Foundation, Ian Singleton mengatakan dampak atas proyek pembangkit listrik tenaga air PLTA Batangtoru yang dilakukan oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) terhadap keberlangsungan hidup Orangutan Tapanuli masih dapat direstorasi. Hal ini disampaikannya kepada wartawan usai berbicara pada Workshop "Collaboration On The Conservation of the Tapanuli Orangutan and Its Habitats in The Batangtoru" di Hotel Cambridge, Medan, Rabu (19/2). "Program NSHE dampaknya tidak terlalu besar, sebagian besar lahan yang akan dibuka ataupun sudah dibuka dapat direstorasi. Maka jika NSHE melakukan mitigasi, kita bisa akui bahwa dampaknya secara fisik bagi orangutan bisa minimal," katanya. Ian menjelaskan beberapa persoalan yang dikhawatirkan terhadap keberlangsungan hidup Orangutan Tapanuli yakni adanya potensi terputusnya jalur migrasi mereka dari antar blok di Batangtoru. Padahal menurut Ian, hal ini dapat diatasi dengan beberapa program mulai pembuatan jalur penyeberangan dan menghindari adanya pembangunan jalan yang terlalu lebar. "Harus dipastikan orangutan dapat menyeberang antar blok sehingga bisa berkembang biak. Saya senang bahwa tutupan hutan disana masih luas dan jalan tidak terlalu besar, sehingga orangutan bisa menyeberang," ujarnya. Ian menambahkan, pelestarian Orangutan Tapanuli selaku jenis kera besar yang paling terancam punah harus dilakukan lintas kalangan. Pihak pemerintah, masyarakat maupun sektor-sektor private yang ada di Batangtoru. "Harus dilakukan dengan kepedulian bersama. Kerjasama harus dimaksimalkan, saya harap workshop ini menjadi awal memfasilitasi untuk menggedor semua pihak untuk peduli Orangutan Tapanuli," pungkasnya.[R]
Direktur Konservasi PanEco Foundation, Ian Singleton mengatakan dampak atas proyek pembangkit listrik tenaga air PLTA Batangtoru yang dilakukan oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) terhadap keberlangsungan hidup Orangutan Tapanuli masih dapat direstorasi. Hal ini disampaikannya kepada wartawan usai berbicara pada Workshop "Collaboration On The Conservation of the Tapanuli Orangutan and Its Habitats in The Batangtoru" di Hotel Cambridge, Medan, Rabu (19/2). "Program NSHE dampaknya tidak terlalu besar, sebagian besar lahan yang akan dibuka ataupun sudah dibuka dapat direstorasi. Maka jika NSHE melakukan mitigasi, kita bisa akui bahwa dampaknya secara fisik bagi orangutan bisa minimal," katanya. Ian menjelaskan beberapa persoalan yang dikhawatirkan terhadap keberlangsungan hidup Orangutan Tapanuli yakni adanya potensi terputusnya jalur migrasi mereka dari antar blok di Batangtoru. Padahal menurut Ian, hal ini dapat diatasi dengan beberapa program mulai pembuatan jalur penyeberangan dan menghindari adanya pembangunan jalan yang terlalu lebar. "Harus dipastikan orangutan dapat menyeberang antar blok sehingga bisa berkembang biak. Saya senang bahwa tutupan hutan disana masih luas dan jalan tidak terlalu besar, sehingga orangutan bisa menyeberang," ujarnya. Ian menambahkan, pelestarian Orangutan Tapanuli selaku jenis kera besar yang paling terancam punah harus dilakukan lintas kalangan. Pihak pemerintah, masyarakat maupun sektor-sektor private yang ada di Batangtoru. "Harus dilakukan dengan kepedulian bersama. Kerjasama harus dimaksimalkan, saya harap workshop ini menjadi awal memfasilitasi untuk menggedor semua pihak untuk peduli Orangutan Tapanuli," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved