Bung Karno dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional mengimbau pada seluruh rakyat Indonesia yang waktu itu terpecah oleh kepentingan politik, agar bersatu untuk melawan Belanda.
Inilah perekat untuk negeri tercinta Republik Indonesia sampai saat ini.
Hari ini merupakan peringatan yg ke-111 dari Kebangkitan Nasional. Tetapi hari ini, motivasinya sudah melenceng dari cita-cita awal berdirinya Harkitnas. Makanya judul tulisan ini mempertanyakan relevansi Harkitnas untuk diperingati lagi, karena perilaku penguasa sudah tidak lagi meletakkan tujuan perjuangan dan cita-cita Proklamasi Republik Indonesia sebagai arah utk mewujudkan Keadilan dan Kemakmuran untuk Rakyat Indonesia.
Arah pembangunan kita lebih berpihak kepada pemodal dan asing, sumber daya alam kita sudah hampir 60% dikuasai orang-orang asing yang mengeksploitasi SDA kita utk kepentingan mereka tanpa mengindahkan kerusakan yg ditimbulkan karena di eksploitasi besar-besaran, sementara rakyat hanya menjadi penonton.
Ironisnya para pemodal ini untuk kepentingannya sudah merambah aktifitasnya kebidang politik mereka menjadi pemodal untuk kelompok politik yang bisa diperalatnya dengan memberikan kucuran dana sebagai cost politik tentunya dengan imbalan kemudahan dan kelancaran bisnisnya, inilah awal petaka negeri kita.
Kita lihat fenomena politik negeri kita yang semakin memprihatinkan, tidak ada lagi untuk kepentingan negeri dan rakyat semua hanya untuk memperkaya pemegang kebijakan.
Semangat Nasionalisme semakin pudar, pemilu hanya dijadikan legalitas lima tahunan tanpa perlu mengindahkan norma-norma kejujuran dan keadilan, bahkan kecurangan sudah dipertontonkan dengan transparan yang berseberangan akan berhadapan dgn penguasa.
Ulama dan Tokoh-tokoh dikriminalisasi tanpa dasar hukum yang kuat, berlaku semboyan tangkap dulu proses belakangan, jika sudah begini masih adakah nilai Nasionalisme kita, jangan-jangan Nasionalisme hanya tinggal sepenggal kalimat yang tanpa makna? [***] *Seknas Pemenangan Prabowo-Sandi Sumut
" itemprop="description"/>
Bung Karno dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional mengimbau pada seluruh rakyat Indonesia yang waktu itu terpecah oleh kepentingan politik, agar bersatu untuk melawan Belanda.
Inilah perekat untuk negeri tercinta Republik Indonesia sampai saat ini.
Hari ini merupakan peringatan yg ke-111 dari Kebangkitan Nasional. Tetapi hari ini, motivasinya sudah melenceng dari cita-cita awal berdirinya Harkitnas. Makanya judul tulisan ini mempertanyakan relevansi Harkitnas untuk diperingati lagi, karena perilaku penguasa sudah tidak lagi meletakkan tujuan perjuangan dan cita-cita Proklamasi Republik Indonesia sebagai arah utk mewujudkan Keadilan dan Kemakmuran untuk Rakyat Indonesia.
Arah pembangunan kita lebih berpihak kepada pemodal dan asing, sumber daya alam kita sudah hampir 60% dikuasai orang-orang asing yang mengeksploitasi SDA kita utk kepentingan mereka tanpa mengindahkan kerusakan yg ditimbulkan karena di eksploitasi besar-besaran, sementara rakyat hanya menjadi penonton.
Ironisnya para pemodal ini untuk kepentingannya sudah merambah aktifitasnya kebidang politik mereka menjadi pemodal untuk kelompok politik yang bisa diperalatnya dengan memberikan kucuran dana sebagai cost politik tentunya dengan imbalan kemudahan dan kelancaran bisnisnya, inilah awal petaka negeri kita.
Kita lihat fenomena politik negeri kita yang semakin memprihatinkan, tidak ada lagi untuk kepentingan negeri dan rakyat semua hanya untuk memperkaya pemegang kebijakan.
Semangat Nasionalisme semakin pudar, pemilu hanya dijadikan legalitas lima tahunan tanpa perlu mengindahkan norma-norma kejujuran dan keadilan, bahkan kecurangan sudah dipertontonkan dengan transparan yang berseberangan akan berhadapan dgn penguasa.
Ulama dan Tokoh-tokoh dikriminalisasi tanpa dasar hukum yang kuat, berlaku semboyan tangkap dulu proses belakangan, jika sudah begini masih adakah nilai Nasionalisme kita, jangan-jangan Nasionalisme hanya tinggal sepenggal kalimat yang tanpa makna? [***] *Seknas Pemenangan Prabowo-Sandi Sumut
"/>
Bung Karno dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional mengimbau pada seluruh rakyat Indonesia yang waktu itu terpecah oleh kepentingan politik, agar bersatu untuk melawan Belanda.
Inilah perekat untuk negeri tercinta Republik Indonesia sampai saat ini.
Hari ini merupakan peringatan yg ke-111 dari Kebangkitan Nasional. Tetapi hari ini, motivasinya sudah melenceng dari cita-cita awal berdirinya Harkitnas. Makanya judul tulisan ini mempertanyakan relevansi Harkitnas untuk diperingati lagi, karena perilaku penguasa sudah tidak lagi meletakkan tujuan perjuangan dan cita-cita Proklamasi Republik Indonesia sebagai arah utk mewujudkan Keadilan dan Kemakmuran untuk Rakyat Indonesia.
Arah pembangunan kita lebih berpihak kepada pemodal dan asing, sumber daya alam kita sudah hampir 60% dikuasai orang-orang asing yang mengeksploitasi SDA kita utk kepentingan mereka tanpa mengindahkan kerusakan yg ditimbulkan karena di eksploitasi besar-besaran, sementara rakyat hanya menjadi penonton.
Ironisnya para pemodal ini untuk kepentingannya sudah merambah aktifitasnya kebidang politik mereka menjadi pemodal untuk kelompok politik yang bisa diperalatnya dengan memberikan kucuran dana sebagai cost politik tentunya dengan imbalan kemudahan dan kelancaran bisnisnya, inilah awal petaka negeri kita.
Kita lihat fenomena politik negeri kita yang semakin memprihatinkan, tidak ada lagi untuk kepentingan negeri dan rakyat semua hanya untuk memperkaya pemegang kebijakan.
Semangat Nasionalisme semakin pudar, pemilu hanya dijadikan legalitas lima tahunan tanpa perlu mengindahkan norma-norma kejujuran dan keadilan, bahkan kecurangan sudah dipertontonkan dengan transparan yang berseberangan akan berhadapan dgn penguasa.
Ulama dan Tokoh-tokoh dikriminalisasi tanpa dasar hukum yang kuat, berlaku semboyan tangkap dulu proses belakangan, jika sudah begini masih adakah nilai Nasionalisme kita, jangan-jangan Nasionalisme hanya tinggal sepenggal kalimat yang tanpa makna? [***] *Seknas Pemenangan Prabowo-Sandi Sumut
PERTAMA kali peringatan Hari Kebangkitan Nasional dideklarasikan pada tanggal 20 Mei 1948 di Yogyakarta pada era pemerintahan Presiden Soekarno dan juga diperingati sebagai hari lahirnya organisasi Budi Utomo, yang dianggap sebagai tonggak pergerakan Nasional.
Yang menjadi motivasi lahirnya Hari Kebangkitan Nasional ini dikarenakan situasi politik negeri ini yang kalau itu cenderung terpecah belah berdasarkan etnis, agama dan ras, sementara Negara masih dalam situasi transisi dari situasi penjajahan dan kemerdekaan.
Untuk mengisi Kemerdekaan RI diperlukan adanya persatuan dan kesatuan agar dapat mewujudkan cita" Kemerdekaan RI.
Bung Karno dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional mengimbau pada seluruh rakyat Indonesia yang waktu itu terpecah oleh kepentingan politik, agar bersatu untuk melawan Belanda.
Inilah perekat untuk negeri tercinta Republik Indonesia sampai saat ini.
Hari ini merupakan peringatan yg ke-111 dari Kebangkitan Nasional. Tetapi hari ini, motivasinya sudah melenceng dari cita-cita awal berdirinya Harkitnas. Makanya judul tulisan ini mempertanyakan relevansi Harkitnas untuk diperingati lagi, karena perilaku penguasa sudah tidak lagi meletakkan tujuan perjuangan dan cita-cita Proklamasi Republik Indonesia sebagai arah utk mewujudkan Keadilan dan Kemakmuran untuk Rakyat Indonesia.
Arah pembangunan kita lebih berpihak kepada pemodal dan asing, sumber daya alam kita sudah hampir 60% dikuasai orang-orang asing yang mengeksploitasi SDA kita utk kepentingan mereka tanpa mengindahkan kerusakan yg ditimbulkan karena di eksploitasi besar-besaran, sementara rakyat hanya menjadi penonton.
Ironisnya para pemodal ini untuk kepentingannya sudah merambah aktifitasnya kebidang politik mereka menjadi pemodal untuk kelompok politik yang bisa diperalatnya dengan memberikan kucuran dana sebagai cost politik tentunya dengan imbalan kemudahan dan kelancaran bisnisnya, inilah awal petaka negeri kita.
Kita lihat fenomena politik negeri kita yang semakin memprihatinkan, tidak ada lagi untuk kepentingan negeri dan rakyat semua hanya untuk memperkaya pemegang kebijakan.
Semangat Nasionalisme semakin pudar, pemilu hanya dijadikan legalitas lima tahunan tanpa perlu mengindahkan norma-norma kejujuran dan keadilan, bahkan kecurangan sudah dipertontonkan dengan transparan yang berseberangan akan berhadapan dgn penguasa.
Ulama dan Tokoh-tokoh dikriminalisasi tanpa dasar hukum yang kuat, berlaku semboyan tangkap dulu proses belakangan, jika sudah begini masih adakah nilai Nasionalisme kita, jangan-jangan Nasionalisme hanya tinggal sepenggal kalimat yang tanpa makna? [***] *Seknas Pemenangan Prabowo-Sandi Sumut
PERTAMA kali peringatan Hari Kebangkitan Nasional dideklarasikan pada tanggal 20 Mei 1948 di Yogyakarta pada era pemerintahan Presiden Soekarno dan juga diperingati sebagai hari lahirnya organisasi Budi Utomo, yang dianggap sebagai tonggak pergerakan Nasional.
Yang menjadi motivasi lahirnya Hari Kebangkitan Nasional ini dikarenakan situasi politik negeri ini yang kalau itu cenderung terpecah belah berdasarkan etnis, agama dan ras, sementara Negara masih dalam situasi transisi dari situasi penjajahan dan kemerdekaan.
Untuk mengisi Kemerdekaan RI diperlukan adanya persatuan dan kesatuan agar dapat mewujudkan cita" Kemerdekaan RI.
Bung Karno dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional mengimbau pada seluruh rakyat Indonesia yang waktu itu terpecah oleh kepentingan politik, agar bersatu untuk melawan Belanda.
Inilah perekat untuk negeri tercinta Republik Indonesia sampai saat ini.
Hari ini merupakan peringatan yg ke-111 dari Kebangkitan Nasional. Tetapi hari ini, motivasinya sudah melenceng dari cita-cita awal berdirinya Harkitnas. Makanya judul tulisan ini mempertanyakan relevansi Harkitnas untuk diperingati lagi, karena perilaku penguasa sudah tidak lagi meletakkan tujuan perjuangan dan cita-cita Proklamasi Republik Indonesia sebagai arah utk mewujudkan Keadilan dan Kemakmuran untuk Rakyat Indonesia.
Arah pembangunan kita lebih berpihak kepada pemodal dan asing, sumber daya alam kita sudah hampir 60% dikuasai orang-orang asing yang mengeksploitasi SDA kita utk kepentingan mereka tanpa mengindahkan kerusakan yg ditimbulkan karena di eksploitasi besar-besaran, sementara rakyat hanya menjadi penonton.
Ironisnya para pemodal ini untuk kepentingannya sudah merambah aktifitasnya kebidang politik mereka menjadi pemodal untuk kelompok politik yang bisa diperalatnya dengan memberikan kucuran dana sebagai cost politik tentunya dengan imbalan kemudahan dan kelancaran bisnisnya, inilah awal petaka negeri kita.
Kita lihat fenomena politik negeri kita yang semakin memprihatinkan, tidak ada lagi untuk kepentingan negeri dan rakyat semua hanya untuk memperkaya pemegang kebijakan.
Semangat Nasionalisme semakin pudar, pemilu hanya dijadikan legalitas lima tahunan tanpa perlu mengindahkan norma-norma kejujuran dan keadilan, bahkan kecurangan sudah dipertontonkan dengan transparan yang berseberangan akan berhadapan dgn penguasa.
Ulama dan Tokoh-tokoh dikriminalisasi tanpa dasar hukum yang kuat, berlaku semboyan tangkap dulu proses belakangan, jika sudah begini masih adakah nilai Nasionalisme kita, jangan-jangan Nasionalisme hanya tinggal sepenggal kalimat yang tanpa makna? [***] *Seknas Pemenangan Prabowo-Sandi Sumut