Ekspektasi agar Indonesia menjadikan momentum gelaran KTT G20 sebagai ajang untuk menyelesaikan persoalan perang antara Rusia-Ukraina merupakan harapan yang terlalu berlebihan.
Meski krisis yang terjadi antar kedua negara memiliki dampak terhadap ekonomi, namun forum G20 dipastikan bukan merupakan forum yang tepat untuk dijadikan sebagai forum membahas penyelesaian konflik keduanya.
Demikian disampaikan Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah di Medan, Senin (6/6/2022).
Menurutnya, ekspektasi luar biasa memang muncul terkait posisi Indonesia selaku pemegang presidensi dalam forum ekonomi negara-negara berkembang tersebut. Apalagi, dalam forum tersebut Presiden Rusia Vladimir Putin disebut akan hadir.
“Itu opini di publik. Tapi kita sebagai presidensi harus tetap melakukan tugas mengundang. Apakah kita bisa membantu menyelesaikan hal itu?, ini bukan forumnya. Tapi kalau mereka datang, Zelensky misalnya, kan itu juga akan menarik. Kita akan lihat di November, kalau Putin datang itu juga potensi. Karena kita politiknya tidak berpihak. dan negara-negara lain menghormati kebijakan kita itu,” katanya didampingi Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Hubungan Antarlembaga, Muhsyin Syihab.
Senada dengan Teuku Faizasyah, Muhsyin Shihab mengatakan bahwa G20 sudah mendeklarasikan diri membahas ekonomi Internasional. Dengan begitu, maka pembicaraan lain di luar ekonomi tentu berada di luar topik dari G20, meskipun secara ekonomi akan ikut berdampak.
Pada sisi lain kata Muhsyin, Indonesia juga sudah menegaskan sikapnya dalam posisi sebagai satu negara atau Individual Country maupun sebagai presidensi di G20.
“Semua keputusan G20 diambil secara konsensus, sehingga Indonesia harus memposisikan diri sebagai individual country. Secara individual country, Indonesia sudah tegas menolak ekspansi ke Ukraina. Akan tetapi sebagai presidensi G20, Indonesia harus imparsial dan netral dalam hal ini,” ujarnya.
Diketahui, perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina sangat mempengaruhi situasi politik dunia. Sejumlah negara bahkan ikut mendesak Rusia menghentikan invasi lewat pemberian sanksi ekonomi bagi Rusia. Namun sejauh ini, hal tersebut belum menunjukkan pengaruh yang positif.
© Copyright 2024, All Rights Reserved