BPS Sumut telah merilis nilai tukar petani (NTP) Sumut yang mengalami kenaikan 0.96% pada bulan Desember 2023 kemarin.
Dimana NTP Sumut berada di level 129.04, naik dari posisi bulan sebelumnya di level 127.81. Dimana kenaikan NTP disumbangkan oleh kenaikan sub sektor tanaman pangan sebesar 1%, dan NTP sub sektor peternakan sebesar 0.29%.
Kenaikan sub sektor perkebunan lebih banyak disumbangkan oleh kenaikan harga karet, sub sektor peternakan ditopang oleh kenaikan harga daging ayam dan sub sektor tanaman pangan tergambar dari kenaikan harga beras.
“Namun, sumbangan deflasi dari cabai merah di bulan desember telah mendorong penurunan NTP sub sektor tanaman hortikultura,” kata pengamat ekonomi Gunawan Benjamin, Rabu (3/1/2024).
Harga tomat dan sejumlah sayuran lainnya yang mengalami kenaikan selama bulan desember, menjadi salah satu penahan sehingga NTP sub sektor tanaman hortikultura tidak mengalami penurunan lebih dalam. Penurunan NTP pada sub sektor tanaman hortikultura menunjukan keprihatinan kita terhadap petani di sub sektor tersebut. Harga cabai rata-rata turun di bulan desember dibandingkan sebulan sebelumnya.
Namun sejauh ini harga cabai masih berada di atas harga keekonomiannya. Jadi sangat miris disaat harga cabai masih bertahan mahal, namun petani justru mengalami kerugian. Karena NTP petani sub sektor hortikultura berada di angka 90.77, atau jauh di bawah angka 100.
Selain itu, NTP gabungan yang berada di atas level 100 ini juga tidak diikuti oleh oleh semua NTP di setiap sub sektor nya. Terpantau NTP sektor perkebunan, perikanan dan tanaman pangan NTP nya berada di atas 100 yang diterjemahkan bahwa petani masih mendapatkan keuntungan. Walaupun dengan catatan NTP perikanan dan tanaman pangan NTP nya hanya seidkit diatas angka 100, yakni 103,69 untuk perikanan dan tanaman pangan 101,32.
Sementara itu sub sektor lainnya justru masih di bawah 100, yakni NTP tanaman hortikultura 90,77 dan peternakan sebesar 94,66. Saya menilai bahwa dengan besaran NTP tersebut kesejahteraan petani sulit untuk bangkit di tahun 2024 ini. Karena sejumlah harga kebutuhan pangan hortikultura ditambah dengan produk peternakan sudah berada di angka keekonomiannya.
“Dan jika ada kenaikan harga yang lebih tinggi justru bisa berakibat pada penurunan konsumsi atau penurunan omset penjualan. Yang berarti bahwa ada ancaman dimana harga turun bisa membuat gairah petani untuk bercocok tanam juga menurun. Dan tentunya akan menjadi ancaman kenaikan harga yang lebih tinggi di masa yang akan datang,” pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved