DALAM kehidupan manusia modern, uang adalah sesuatu yang melekat sangat erat dengan setiap orang. Setiap gerak kehidupan kita ditopang oleh uang, tiada hari tanpa bersentuhan dengan uang. Sudah banyak tulisan yang membahas tentang uang, baik dari sisi ekonomi moneter maupun dari sisi moral. Satu contoh ilustrasi dari aspek moral, uang adalah benda lemah, mudah sobek, hancur, tetapi di dalamnya terkandung kekuatan dahsyat yang mampu memisahkan hubungan antara suami - isteri, antara ayah - anak. Uang diciptakan untuk mengabdi pada kepentingan manusia, tetapi ironisnya banyak manusia menghambakan dirinya pada uang.
Tulisan ini membahas uang dari aspek kesehatan manusia. Jangkauan peredaran uang meliputi radius yang nyaris tidak terhingga, mulai dari ibu kota negara hingga pelosok wilayah terpencil. Jumlah uang yang beredar juga nyaris tidak terhitung. Mobilitas pergerakan uang dari satu tempat ke tempat lain dan dari satu orang kepada orang lain juga sulit dilacak, walaupun tiap lembar uang memilki nomor seri yang berbeda.
Dengan karakter dan sifat uang seperti itu, usia daur hidup dan daur guna uang berbeda beda pada tiap lembar uang.
Terlalu banyak variabel yang mempengaruhi kondisi fisik uang, misalnya cara penggunaan dan cara penyimpanan uang dari tiap orang, kondisi temperatur dan kelembaban tempat penyimpanan dan penggunaan uang. Kondisi fisik orang yang menggunakan uang sangat mempengaruhi kondisi fisik uang.
Uang yang berada di tangan orang yang menderita penyakit menular, seperti kusta atau lepra dapat berperan sebagai vektor(perantara)penyebaran penyakit tersebut. Mengingat sifat lentur dan mobilitas uang yang tinggi, maka penyebaran penyakit menular juga sulit dikendalikan.
Keadaan ini diperburuk dengan manajemen penyakit menular di negeri ini yang kacau. Indikasi ini terlihat dari banyaknya penderita penyakit kusta berkeliaran di jalan raya, terutama di persimpangan jalan yang dilengkapi dengan fasilitas lampu pengatur lalu lintas, meminta belas kasihan dari pengguna jalan agar memberikan uang kepadanya.
Tidak jarang pula mereka membawa spanduk yang berisi informasi tentang buruknya kondisi pengelolaan tempat penampungan penderita penyakit kusta. Sebagian besar dari pengguna jalan merasa iba, kasihan, ditambah dengan kuatnya pengaruh ajaran agama dan moral yang diterima, tanpa berpikir panjang, langsung merogoh saku dan menyerahkan sejumlah uang kepada penderita kusta tersebut. Pernahkah terpikir oleh
kita bagaimana dan kemana selanjutnya uang tersebut beredar?.
Tanpa disadari, kita telah memicu percepatan penyebaran vektor penyakit.
Bagaimana Respon dan Sikap Kita Selanjutnya ?
Masalah ini tidak sederhana, tidak dapat diatasi oleh satu atau dua pihak saja. Terutama pihak otoritas keuangan dalam hal ini Bank Indonesia harus mengambil inisiatif untuk mencari solusi atas masalah ini. Mungkin salah satu cara adalah mempersingkat usia daur penggunaan dan peredaran uang. Bank Indonesia dan bank bank devisa, bank umum aktif menjemput uang uang yang sudah lusuh di tempat tempat strategis untuk ditukar dengan uang baru.
Cara ini mungkin tidak menjamin keberhasilan sepenuhnya, tetapi minimal dapat memotong jalur penyebaran penyakit menular melalui uang. Dengan diskusi intensif di berbagai kalangan, mungkin dapat ditemukan cara cara lain yang efektif untuk membebaskan uang sebagai vektor penyakit. [***]
© Copyright 2024, All Rights Reserved