Polemik yang terjadi seputar 'aksi kudeta' terhadap posisi pimpinan Partai Demokrat dinilai sebagai salah satu strategi untuk menaikkan elektabilitas partai bentukan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut.
"Partai Demokrat memposisisikan diri sebagai partai yang akan didzalimi (kudeta) untuk menarik simpati massa sekaligus politik belah bambu antara Jokowi dengan para menterinya. Inikan strategi usang," kata Kordinator Forum Aktifis 98 Muhammad Ikhyar Velayati Haraha, Selasa (2/2).
Menurutnya strategi dan pola komunikasi seperti ini merupakan hal yang sudah berulang terjadi dalam politik di Indonesia. Karenanya akan membuat masyarakat menjadi antipati terhadap partai yang kini dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang notabene merupakan anak sulung SBY.
"Saat Pileg dan Pilpres 2004 strategi sebagai korban kekuasaan memang efektif menjadikan SBY dan Partai Demokrat pemenang pileg dan Pilpres, tetapi ketika SBY menggunakan pola yang sama pada pemilu 2009 dan sesudahnya, hasilnya suara Demokrat justru akan menurun drastis" ujarnya.
Dalam situasi seperti ini, masih kata Ikhyar, harusnya Partai Demokrat dan ÀHY ikut membantu pemerintah Jokowi dalam menuntaskan program percepatan pemulihan ekonomi, kesehatan, pendidikan, percepatan transformasi digital, dan energi.
"Bukan malah melemparkan bola panas yang membuat kisruh di masyarakat," tutur Ikhyar.
© Copyright 2024, All Rights Reserved