Bobi mengatakan indikasi soal itu dapat dilihat dari beberapa upaya normalisasi sungai yang sudah berlangsung dan hingga kini juga masih terlihat di beberapa titik di Sungai Deli. Salah satunya menurut Bobi yakni rencana pembangunan jembatan penyeberangan di salah satu rumah ibadah di pinggiran Sungai Deli yang berada di Jalan Imam Bonjol.
\"Dari gambaran itu saya sangat yakin itu menjadi bagian dari desain besar para pelaku bisnis properti untuk mendapatkan keuntungan penjualan mereka. Artinya properti yang mudah diakses dengan tol akan lebih mudah terjual,\" ujarnya.
Bobi mengaku tidak tau apakah Edy Rahmayadi memahami dugaan kepentingan besar para pelaku bisnis properti dibalik rencana pembangunan tol tersebut atau justru menjadi bagian dari kolaborasi dari skema tersebut. Namun yang pasti menurutnya, alasan kemacetan kota tidak tepat diselesaikan dengan cara membangun tol dalam kota.
\"Warga biasa nggak akan mau masuk ke dalam jalan tol dan hasilnya tetap akan macet. Solusinya banyak, transportasi sungailah dikembangkan seperti yang dilakukan negara-negara maju,\" pungkasnya. " itemprop="description"/>
Bobi mengatakan indikasi soal itu dapat dilihat dari beberapa upaya normalisasi sungai yang sudah berlangsung dan hingga kini juga masih terlihat di beberapa titik di Sungai Deli. Salah satunya menurut Bobi yakni rencana pembangunan jembatan penyeberangan di salah satu rumah ibadah di pinggiran Sungai Deli yang berada di Jalan Imam Bonjol.
\"Dari gambaran itu saya sangat yakin itu menjadi bagian dari desain besar para pelaku bisnis properti untuk mendapatkan keuntungan penjualan mereka. Artinya properti yang mudah diakses dengan tol akan lebih mudah terjual,\" ujarnya.
Bobi mengaku tidak tau apakah Edy Rahmayadi memahami dugaan kepentingan besar para pelaku bisnis properti dibalik rencana pembangunan tol tersebut atau justru menjadi bagian dari kolaborasi dari skema tersebut. Namun yang pasti menurutnya, alasan kemacetan kota tidak tepat diselesaikan dengan cara membangun tol dalam kota.
\"Warga biasa nggak akan mau masuk ke dalam jalan tol dan hasilnya tetap akan macet. Solusinya banyak, transportasi sungailah dikembangkan seperti yang dilakukan negara-negara maju,\" pungkasnya. "/>
Bobi mengatakan indikasi soal itu dapat dilihat dari beberapa upaya normalisasi sungai yang sudah berlangsung dan hingga kini juga masih terlihat di beberapa titik di Sungai Deli. Salah satunya menurut Bobi yakni rencana pembangunan jembatan penyeberangan di salah satu rumah ibadah di pinggiran Sungai Deli yang berada di Jalan Imam Bonjol.
\"Dari gambaran itu saya sangat yakin itu menjadi bagian dari desain besar para pelaku bisnis properti untuk mendapatkan keuntungan penjualan mereka. Artinya properti yang mudah diakses dengan tol akan lebih mudah terjual,\" ujarnya.
Bobi mengaku tidak tau apakah Edy Rahmayadi memahami dugaan kepentingan besar para pelaku bisnis properti dibalik rencana pembangunan tol tersebut atau justru menjadi bagian dari kolaborasi dari skema tersebut. Namun yang pasti menurutnya, alasan kemacetan kota tidak tepat diselesaikan dengan cara membangun tol dalam kota.
\"Warga biasa nggak akan mau masuk ke dalam jalan tol dan hasilnya tetap akan macet. Solusinya banyak, transportasi sungailah dikembangkan seperti yang dilakukan negara-negara maju,\" pungkasnya. "/>
Pembangunan tol dalam kota denga memanfaatkan lahan disepanjang pinggir sungai yang diwacanakan oleh Gubernur Sumatera Utara sebagai solusi atas kemacetan di Kota Medan memunculkan indikasi lain. Hal ini mencuat dalam diskusi 'legislatif menjawab' yang digagas oleh kantor berita com bersama masyarakat pinggiran sungai sekaligus aktifis Sungai Deli dan Ketua Komisi D DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan, Kamis (5/9/2019).
Dalam diskusi tersebut salah seorang aktifis Sungai Deli Bobi Septian menduga, wacana ini muncul bukan semata karena dianggap menjadi solusi atas kemacetan. Ia justru menilai ini berkaitan dengan aktifitas bisnis properti yang kini sedang marak disepanjang pinggiran sungai tersebut.
"Saya justru menduga ke arah itu, karena kita bisa melihat beberapa bisnis properti yang berdiri dipinggiran sungai. Saya curiga ini ada kaitannya untuk memuluskan target penjualan dari properti-properti itu," katanya.
Bobi mengatakan indikasi soal itu dapat dilihat dari beberapa upaya normalisasi sungai yang sudah berlangsung dan hingga kini juga masih terlihat di beberapa titik di Sungai Deli. Salah satunya menurut Bobi yakni rencana pembangunan jembatan penyeberangan di salah satu rumah ibadah di pinggiran Sungai Deli yang berada di Jalan Imam Bonjol.
"Dari gambaran itu saya sangat yakin itu menjadi bagian dari desain besar para pelaku bisnis properti untuk mendapatkan keuntungan penjualan mereka. Artinya properti yang mudah diakses dengan tol akan lebih mudah terjual," ujarnya.
Bobi mengaku tidak tau apakah Edy Rahmayadi memahami dugaan kepentingan besar para pelaku bisnis properti dibalik rencana pembangunan tol tersebut atau justru menjadi bagian dari kolaborasi dari skema tersebut. Namun yang pasti menurutnya, alasan kemacetan kota tidak tepat diselesaikan dengan cara membangun tol dalam kota.
"Warga biasa nggak akan mau masuk ke dalam jalan tol dan hasilnya tetap akan macet. Solusinya banyak, transportasi sungailah dikembangkan seperti yang dilakukan negara-negara maju," pungkasnya.
Pembangunan tol dalam kota denga memanfaatkan lahan disepanjang pinggir sungai yang diwacanakan oleh Gubernur Sumatera Utara sebagai solusi atas kemacetan di Kota Medan memunculkan indikasi lain. Hal ini mencuat dalam diskusi 'legislatif menjawab' yang digagas oleh kantor berita com bersama masyarakat pinggiran sungai sekaligus aktifis Sungai Deli dan Ketua Komisi D DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan, Kamis (5/9/2019).
Dalam diskusi tersebut salah seorang aktifis Sungai Deli Bobi Septian menduga, wacana ini muncul bukan semata karena dianggap menjadi solusi atas kemacetan. Ia justru menilai ini berkaitan dengan aktifitas bisnis properti yang kini sedang marak disepanjang pinggiran sungai tersebut.
"Saya justru menduga ke arah itu, karena kita bisa melihat beberapa bisnis properti yang berdiri dipinggiran sungai. Saya curiga ini ada kaitannya untuk memuluskan target penjualan dari properti-properti itu," katanya.
Bobi mengatakan indikasi soal itu dapat dilihat dari beberapa upaya normalisasi sungai yang sudah berlangsung dan hingga kini juga masih terlihat di beberapa titik di Sungai Deli. Salah satunya menurut Bobi yakni rencana pembangunan jembatan penyeberangan di salah satu rumah ibadah di pinggiran Sungai Deli yang berada di Jalan Imam Bonjol.
"Dari gambaran itu saya sangat yakin itu menjadi bagian dari desain besar para pelaku bisnis properti untuk mendapatkan keuntungan penjualan mereka. Artinya properti yang mudah diakses dengan tol akan lebih mudah terjual," ujarnya.
Bobi mengaku tidak tau apakah Edy Rahmayadi memahami dugaan kepentingan besar para pelaku bisnis properti dibalik rencana pembangunan tol tersebut atau justru menjadi bagian dari kolaborasi dari skema tersebut. Namun yang pasti menurutnya, alasan kemacetan kota tidak tepat diselesaikan dengan cara membangun tol dalam kota.
"Warga biasa nggak akan mau masuk ke dalam jalan tol dan hasilnya tetap akan macet. Solusinya banyak, transportasi sungailah dikembangkan seperti yang dilakukan negara-negara maju," pungkasnya.