Pengembangan kepariwisataan sangat membutuhkan sentuhan kelembagaan yang mumpuni untuk mendorong masyarakat menjadi komunitas yang mandiri.
Termasuk dalam pengembangan potensi sumberdaya mangrove menjadi Kawasan Ekowisata yang berkelanjutan.
Hal tersebut disampaikan Dr Farid Aulia saat berdiskusi dengan Aparatur Desa Tapak Kuda, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat untuk mengidentifikasi kendala/hambatan yang dialami dalam pengembangan potensi sumberdaya mangrove menjadi Kawasan Ekowisata yang berkelanjutan.
“Aparatur desa saat ini memerlukan peningkatan kapasitas dalam melakukan kegiatan alternatif usaha yang mendukung terhadap pengembangan ekowisata secara berkelanjutan. Khususnya, perubahan mindset (pola pikir) dan perilaku melayani terhadap orang luar yang berkunjung ke desa,” ujarnya.
Diskusi ini menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Mono Tahun Reguler Universitas Sumatera Utara (USU) yang dilakukan oleh tim USU dan mendapat dukungan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) USU.
Dr Farid Aulia selaku ketua tim mengatakan, aparatur desa perlu diberikan pemahaman bagaimana mengelola desa secara benar, melalui konsep kepariwisataan melalui pengenalan ekowisata.
“Perubahan mindset dan mentalitas masyarakat lokal dalam melayani para wisatawan menikmati mangrove sebagai bagian dari kehidupan sosial ekonomi lingkungan sekaligus menjadi sumber pendapatan masyarakat desa,” terangnya.
Dr Farid Aulia juga berharap, ke depannya kegiatan pengelolaan ekowisata ini dapat memperkuat tata kelola dengan mengembangkan sektor alternatif serta menjadi kegiatan kewirausahaan sosial masyarakat seperti halnya di Bali, Jogja dan kawasan wisata lainnya di iIndonesia, sehingga wisatawan selalu rindu untuk kembali berwisata ke daerah tersebut.
Sementara Dr Yeni Absah selaku anggota tim mengatakan, pemetaan potensi desa memiliki keunggulan, jika hal ini diintegrasikan dalam perencanaan program desa wisata secara berkelanjutan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved