\"(Mereka) menekankan perlunya pemantauan populasi untuk menilai apakah ini mencerminkan periode menetap setelah populasi dikompresi ke dalam wilayah-wilayah ini oleh pertanian perkebunan skala besar sebelum survei 2002-2003, atau apakah ini tren penurunan populasi di dalam hutan lindung itu sendiri,\" bunyi laporan yang sama.
Di Sabah sendiri, aktivitas menebangi hutan dataran rendah semakin banyak terjadi. Padahal, itu adalah habitat terpenting bagi orangutan.
Studi yang melibatkan survei udara sarang orangutan itu mendapati bahwa populasi satwa tersebut turun 30 persen di wilayah Kulamba dan 15 persen di wilayah Tabin, Sabah Malaysia. Penurunan populasi mereka ditekan oleh perkembangan perkebunan kelapa sawit skala besar.
Menanggapi studi tersebut, Direktur Departemen Margasatwa Sabah, Augustine Tuuga menggarisbawahi perlunya strategi konservasi yang komprehensif. Pasalnya, orangutan, terutama jantan, menggunakan perkebunan untuk melakukan perjalanan di antara kawasan hutan yang lebih luas.
\"Konektivitas ini, melalui koridor satwa liar yang menghubungkan petak-petak hutan adalah kunci untuk kelangsungan hidup orangutan di lanskap perkebunan kelapa sawit, terutama di dataran rendah Sabah,\" tegasnya seperti dimuat Al Jazeera.[top] " itemprop="description"/>
\"(Mereka) menekankan perlunya pemantauan populasi untuk menilai apakah ini mencerminkan periode menetap setelah populasi dikompresi ke dalam wilayah-wilayah ini oleh pertanian perkebunan skala besar sebelum survei 2002-2003, atau apakah ini tren penurunan populasi di dalam hutan lindung itu sendiri,\" bunyi laporan yang sama.
Di Sabah sendiri, aktivitas menebangi hutan dataran rendah semakin banyak terjadi. Padahal, itu adalah habitat terpenting bagi orangutan.
Studi yang melibatkan survei udara sarang orangutan itu mendapati bahwa populasi satwa tersebut turun 30 persen di wilayah Kulamba dan 15 persen di wilayah Tabin, Sabah Malaysia. Penurunan populasi mereka ditekan oleh perkembangan perkebunan kelapa sawit skala besar.
Menanggapi studi tersebut, Direktur Departemen Margasatwa Sabah, Augustine Tuuga menggarisbawahi perlunya strategi konservasi yang komprehensif. Pasalnya, orangutan, terutama jantan, menggunakan perkebunan untuk melakukan perjalanan di antara kawasan hutan yang lebih luas.
\"Konektivitas ini, melalui koridor satwa liar yang menghubungkan petak-petak hutan adalah kunci untuk kelangsungan hidup orangutan di lanskap perkebunan kelapa sawit, terutama di dataran rendah Sabah,\" tegasnya seperti dimuat Al Jazeera.[top] "/>
\"(Mereka) menekankan perlunya pemantauan populasi untuk menilai apakah ini mencerminkan periode menetap setelah populasi dikompresi ke dalam wilayah-wilayah ini oleh pertanian perkebunan skala besar sebelum survei 2002-2003, atau apakah ini tren penurunan populasi di dalam hutan lindung itu sendiri,\" bunyi laporan yang sama.
Di Sabah sendiri, aktivitas menebangi hutan dataran rendah semakin banyak terjadi. Padahal, itu adalah habitat terpenting bagi orangutan.
Studi yang melibatkan survei udara sarang orangutan itu mendapati bahwa populasi satwa tersebut turun 30 persen di wilayah Kulamba dan 15 persen di wilayah Tabin, Sabah Malaysia. Penurunan populasi mereka ditekan oleh perkembangan perkebunan kelapa sawit skala besar.
Menanggapi studi tersebut, Direktur Departemen Margasatwa Sabah, Augustine Tuuga menggarisbawahi perlunya strategi konservasi yang komprehensif. Pasalnya, orangutan, terutama jantan, menggunakan perkebunan untuk melakukan perjalanan di antara kawasan hutan yang lebih luas.
\"Konektivitas ini, melalui koridor satwa liar yang menghubungkan petak-petak hutan adalah kunci untuk kelangsungan hidup orangutan di lanskap perkebunan kelapa sawit, terutama di dataran rendah Sabah,\" tegasnya seperti dimuat Al Jazeera.[top] "/>
RMOLSumut. Keberadaan orangutan kini semakin terancam punah. Di Sabah Malaysia saja, popu orangutan menurun sebanyak 30 persen antara tahun 2002 dan 2017. Penurunan jumlah satwa tersebut terjadi meski populasi keseluruhan di seluruh negara bagian itu relatif stabil.
Begitu hasil studi ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Public Library of Science atau PLOS, Kamis (18/7).
Studi itu menemukan, setidaknya 650 orangutan hilang di wilayah timur Sabah di mana terdapat perkebunan kelapa sawit yang luas, selama periode 15 tahun.
"Penurunan ini terdengar seperti peringatan konservasi," tulis penulis studi dalam laporan tersebut.
"(Mereka) menekankan perlunya pemantauan populasi untuk menilai apakah ini mencerminkan periode menetap setelah populasi dikompresi ke dalam wilayah-wilayah ini oleh pertanian perkebunan skala besar sebelum survei 2002-2003, atau apakah ini tren penurunan populasi di dalam hutan lindung itu sendiri," bunyi laporan yang sama.
Di Sabah sendiri, aktivitas menebangi hutan dataran rendah semakin banyak terjadi. Padahal, itu adalah habitat terpenting bagi orangutan.
Studi yang melibatkan survei udara sarang orangutan itu mendapati bahwa populasi satwa tersebut turun 30 persen di wilayah Kulamba dan 15 persen di wilayah Tabin, Sabah Malaysia. Penurunan populasi mereka ditekan oleh perkembangan perkebunan kelapa sawit skala besar.
Menanggapi studi tersebut, Direktur Departemen Margasatwa Sabah, Augustine Tuuga menggarisbawahi perlunya strategi konservasi yang komprehensif. Pasalnya, orangutan, terutama jantan, menggunakan perkebunan untuk melakukan perjalanan di antara kawasan hutan yang lebih luas.
"Konektivitas ini, melalui koridor satwa liar yang menghubungkan petak-petak hutan adalah kunci untuk kelangsungan hidup orangutan di lanskap perkebunan kelapa sawit, terutama di dataran rendah Sabah," tegasnya seperti dimuat Al Jazeera.[top]
RMOLSumut. Keberadaan orangutan kini semakin terancam punah. Di Sabah Malaysia saja, popu orangutan menurun sebanyak 30 persen antara tahun 2002 dan 2017. Penurunan jumlah satwa tersebut terjadi meski populasi keseluruhan di seluruh negara bagian itu relatif stabil.
Begitu hasil studi ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Public Library of Science atau PLOS, Kamis (18/7).
Studi itu menemukan, setidaknya 650 orangutan hilang di wilayah timur Sabah di mana terdapat perkebunan kelapa sawit yang luas, selama periode 15 tahun.
"Penurunan ini terdengar seperti peringatan konservasi," tulis penulis studi dalam laporan tersebut.
"(Mereka) menekankan perlunya pemantauan populasi untuk menilai apakah ini mencerminkan periode menetap setelah populasi dikompresi ke dalam wilayah-wilayah ini oleh pertanian perkebunan skala besar sebelum survei 2002-2003, atau apakah ini tren penurunan populasi di dalam hutan lindung itu sendiri," bunyi laporan yang sama.
Di Sabah sendiri, aktivitas menebangi hutan dataran rendah semakin banyak terjadi. Padahal, itu adalah habitat terpenting bagi orangutan.
Studi yang melibatkan survei udara sarang orangutan itu mendapati bahwa populasi satwa tersebut turun 30 persen di wilayah Kulamba dan 15 persen di wilayah Tabin, Sabah Malaysia. Penurunan populasi mereka ditekan oleh perkembangan perkebunan kelapa sawit skala besar.
Menanggapi studi tersebut, Direktur Departemen Margasatwa Sabah, Augustine Tuuga menggarisbawahi perlunya strategi konservasi yang komprehensif. Pasalnya, orangutan, terutama jantan, menggunakan perkebunan untuk melakukan perjalanan di antara kawasan hutan yang lebih luas.
"Konektivitas ini, melalui koridor satwa liar yang menghubungkan petak-petak hutan adalah kunci untuk kelangsungan hidup orangutan di lanskap perkebunan kelapa sawit, terutama di dataran rendah Sabah," tegasnya seperti dimuat Al Jazeera.[top]