Sebulan belakangan ini, saya cukup intens mengikuti perkembangan dan pemberitaan terkait Musyawarah Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Sumatera Utara (Muswil Kahmi Sumut). Saya mengikutinya karena perhelatan lima tahunan yang dilaksanan 5-6 Februari 2021 ini akan digelar di Sipirok dan di kampung halaman saya Padangsidimpuan, yang juga merupakan tempat pendiri HMI Lafran Pane dilahirkan dan dibesarkan. Saya juga mengikutinya karena banyak kawan yang berkiprah di Kahmi Sumut dan beberapa calon Ketua Umum yang digadang-gadang akan maju juga adalah kawan ngopi dan diskusi.
Sembari intens mengikuti perjalanan Muswil Kahmi Sumut ini, ternyata dua pertanyaan besar juga terus mengikuti saya. Pertanyaan ini wajar, karena mengingat sosok Lafran Pane dan sumber daya dan posisi tawar (bargaining position) yang dimiliki Kahmi Sumut.
Pertanyaan pertama adalah; dalam konteks kekinian, masih adakah kawan-kawan di Kahmi Sumut yang sungguh-sungguh mau meneladani semangat dan kebersahajaan Lafran Pane?
Pertanyaan kedua; mau ke mana (quo vadis) arah Kahmi Sumut ke depan di tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, terkhusus di wilayah Sumatera Utara?
Hasil penelusuran dari berbagai literatur dan referensi, terungkap Lafran Pane adalah pria yang sangat menarik. Dari kecil masa kanak-kanak hingga dewasa, cerita tentang tokoh yang bersaudara kandung dengan pujangga Armijn Pane dan Sanusi Pane adalah sosok yang sederhana, punya semangat tinggi, tidak ambisius, toleran, dan memiliki idealisme.
Penghargaan Pahlawan Nasional yang disematkan kepadanya bukan hanya karena ia mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia dan alumninya berhimpun kembali di organisasi yang dinamakan Kahmi. Tapi juga karena idealismenya, semangatnya, dan tentu karena kesederhanan (bersahaja) hidupnya, sehingga dengan semua itu ia dianggap memberi kontribusi yang sangat besar dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara, lebih-lebih pada keindonesiaan dan keislaman.
Lafran Pane lahir di Padangsidimpuan 5 Februari 1922. Ayahnya, Sutan Pangurabaan Pane, salah satu pendiri Muhammadiyah di Sipirok. Kakeknya, Syekh Badurrahman Pane, seorang ulama di Tapanuli Selatan. Tanggal dan bulan lahirnya ini juga yang secara kebetulan dijadikan sebagai tanggal dan bulan lahirnya HMI. 5 Februari 2021 ini, HMI akan berulang tahun yang ke-74.
Dalam catatan Shubhi Abdillah (2021), Lafran Pane amat setia dengan kebersahajaan. Hingga masa akhir baktinya sebagai dosen Guru Besar Ilmu Tata Negara pada 1970, Lafran tetap setia mengayuh sepeda onthel ketika pergi mengajar. Sampai akhir hayat ia bahkan tak pernah memiliki mobil.
Lafran Pane juga konsisten dengan idealisme sebagai pengajar daripada mengejar posisi politik atau posisi jabatan publik. Jabatan politik tertinggi yang pernah ia peroleh adalah anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) periode 1988-1993 yang tidak pernah ia tuntaskan. Bahkan, ketika mau pelantikan ia juga sempat menolak pemberian jas.
Lafran Pane meninggal pada 25 Januari 1991, dalam kesederhanaan serta kebersahajaan. Beberapa saat sebelum jenazah Lafran dimakamkan, istri dan putra putrinya membuka sebuah rahasia. Jika selama ini Lafran Pane dinyatakan lahir pada 12 April 1923 (termasuk secara administratif), hal itu semata-mata dilakukan untuk menghindari pengidentikan HMI dengan dirinya. Sebab hari lahirnya yang sebenarnya adalah 5 Februari, bertepatan dengan hari lahir HMI. Lafran tak ingin HMI identik dengan siapapun, termasuk dengan dirinya.
Literatur lainnya menyebut setelah berdiri pada tanggal 5 Februari 1947, HMI mendaulat Lafran Pane sebagai Ketua Umum Pengurus Besar (PB. Tetapi pada tanggal 22 Agustus 1947, Lafran mundur dari ketua Umum PB HMI dan pindah menjadi Wakil Ketua Umum. Ia hanya menjabat sebagai Ketua Umum selama 7 bulan. Posisinya diberikan kepada Mohammad Syafa'at Mintaredja, mahasiswa Universitas Gajah Mada. Strategi ini dilakukan untuk memperluas dakwah HMI di kampus umum serta memperkuat posisi HMI dalam dunia kemahasiswaan.
Dalam perjalananannya, Lafran Pane juga pernah menjadi sekretaris II PB HMI. Meskipun ia yang mendirikan HMI, namun Lafran Pane tidak ambil pusing soal posisinya yang lebih rendah dari mahasiswa lain yang baru bergabung.
Mengulang pertanyaan pertama di atas; dalam konteks kekinian apakah ada yang mampu mengikuti sosok Lafran Pane tersebut?
Akan sangat gampang menjawab ini. Karena jawabannya adalah; akan sangat sulit mendapatkan orang dan sosok yang bisa mengikuti keteladanan, idealisme, dan kebersahajaan seperti Lafran Pane tersebut.
Apalagi di tengah terbukanya peluang mendapatkan berbagai jabatan. Belum lagi godaan kekuasaan dan posisi strategis di berbagai tempat, yang kerap didapatkan karena hadiah atau balas jasa pihak lain. Sikap pragmatisme yang menjamur yang justru merontokkan idealisme dan keimanan.
Bahkan, yang sering tak terlawan adalah jebakan kapitalisme sehingga hidup menjadi konsumtif dengan konsumerisme tingkat tinggi. Belum lagi hasrat dan syahwat mengumpul pundi-pundi dan barang sehingga mengarah ke hedonisme.
Sudahlah, abaikan saja pertanyaan pertama itu. Anggap saja paparan singkat Lafran Pane di atas sebagai pengingat memori bagi yang sudah tahu. Bagi yang belum tahu sebagai penambah wawasan tentang sosok di balik pendiri HMI tersebut. Tentang sosok tokoh nasional yang berasal dari Sipirok, kota di mana hari ini menjadi salah satu tempat berkumpul kader HMI dan Kahmi untuk bermusyawarah.
Untuk pertanyaan kedua, Muswil VI kali ini, Kahmi Sumut sejatinya tidak hanya sekadar memilih ketua dan pengurus baru. Tapi sudah saatnya harus berani memutuskan dan menentukan posisinya (positioning).
Pilihannya beragam. Bisa menjadi kelompok penekan (pressure grup). Bisa menjadi kelompok penyeimbang (balancing grup). Bisa juga berada di perempatan atau di simpang bingung. Semua kembali ke Kahmi Sumut.
Dalam konteks positioning tersebut, Kahmi Sumut harus berani bersikap. Optimalisasi sebagai kelompok penekan adalah salah satu pilihan. Hari ini, kita kehilangan kelompok-kelompok yang berani berada di garis terdepan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat sekaligus mengoreksi, mengkritisi, dan mengawal berbagai kebijakan pemerintah, termasuk pemerintah daerah.
Kahmi harus muncul di sini. Karena, ini juga sejalan dengan perannya sebagai organisasi perjuangan untuk menegakkan masyarakat adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT.
Indikator kekuatan itu bukan lagi dilihat dari keberhasilan menempatkan orang-orangnya sebagai pejabat-pejabat pemerintahan. Bukan hanya dari banyaknya kader yang duduk di berbagai lembaga seperti menjadi komisioner di KPU, Bawaslu, KIP, KPI, dan lembaga teknis serta lembaga strategis lainnya. Bukan lagi karena berhasil sebagai tim seleksi atau panitia seleksi.
Indikator kekuatan itu harus ditambah. Keberhasilan lembaga dan aktivitas itu harus sudah menyasar kepada kepentingan orang banyak dan kemaslahatan umat. Termasuk juga ketika mampu duduk bersama dengan pemerintah untuk sama-sama merumuskan dan mengawal berbagai kebijakan hingga tuntas.
Kalau pilihan menjadi kelompok penekan (pressure grup) adalah hal yang sulit, pilihan berikutnya bisa sebagai kelompok penyeimbang (balancing grup). Ini sejalan dengan sifat lembaga yakni organisasi kemasyarakatan yang bersifat independen, kecendikiaan, dan kekeluargaan. Sesuai juga dengan fungsi dan perannya yakni sebagai wadah berhimpun Alumni HMI guna menjalani hubungan kemitraan dengan berbagai pihak dalam rangka mencapai tujuan.
Nah, sekali lagi, semua kembali ke Kahmi Sumit. Jika teramat sulit mengikuti keteladanan dan kesederhanaan Lafran Pane, setidaknya Kahmi Sumut bisa memilih jalan lurus dan tegas sebagai kelompok penekan atau kelompok penyeimbang yang mampu mengawal, mengontrol, memberi kontribusi baik ide, pemikiran, tenaga, dan tentu juga materi demi pembangunan dan kemaslahatan umat.
Saat menyiapkan tulisan ini, saya juga dalam perjalanan pulang kampung ke Sidimpuan. Melihat kampung Lafran Pane dan juga mengikuti perkembangan Muswil Kahmi Sumut itu.
Selamat ber- Muswil Kahmi Sumut. Selamat Ulang Tahun ke-74 HMI. Jaya di darat, jaya di dunia maya.***
Penulis adalah Dekan FISIP UMSU
© Copyright 2024, All Rights Reserved