Penanganan pandemi covid-19 di kawasan Asia Timur lebih cepat karena sikap pro aktif dari masyarakat dan pemerintah.
Demikian disampaikan pengamat politik Asia Timur yang juga dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Teguh Santosa.
"Asia Timur itu lebih pro aktif terhadap penangnanan virus. Saya masih ingat saat heboh virus SARS tahun 2003 di China. SARS yang tahap awal ini, adalah pandemi bagi mereka dan saat itu mereka sudah melakukan langkah-langkah pencegahan dan sejak saat itu sudah terbiasa memakai masker seperti saat ini," katanya dalam diskusi bincang sehat virtual dengan tema 'Catatan 10 Hari Melawan Corona' yang digelar oleh Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (2/7/2021).
Dijelaskan Teguh, pada saat virus SARS menjadi pandemi di China tahun 2003 tersebut dirinya sempat masuk ke negara tersebut dalam perjalanan menuju Korea Utara. Saat itu, screening terhadap warga yang masuk ke negara tersebut dilakukan dengan sangat ketat.
"Ketiak di Bandara Guangzhou, itu pemeriksaan sangat ketat di bandara. Yang lebih ketat lagi itu di Pyongyang, dimana pemeriksaan tidak di bandara, melainkan didalam pesawat sebelum penumpang boleh turun," ujarnya.
Hal inilah yang menurutnya membuat negara-negara tersebut lebih cepat dalam mengatasi pandemi covid-19 yang juga merupakan hasil evolusi dari virus SARS pertama di China. Apalagi sejak saat itu, China juga mendirikan laboratorium virologi di Kota Wuhan yang disebut menjadi tempat asal Covid-19.
"Bahkan Korea Selatan saat ini informasinya belum pernah melaporkan kasus covid-19. Saya ada clue yang membuat saya mengarah untuk meyakini hal itu yaitu ketika foto-foto Kedutaan Indonesia di Pyongyang pada Idul Fitri 2021 yang memperlihatkan para tamu yang tidak mengenakan masker. Jadi itu salah satu clue yang mengindikasikan bahwa mereka tidak memiliki kasus covid-19," ujarnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved