Informasi dari media siber memberikan dampak besar terkait perkembangan isu politik jelang pemilu 2024 atau tahun politik.
Karena itu, untuk mencegah berbagai potensi negatif, media siber harus mengedepankan berita yang berisi informasi program dan gagasan serta meninggalkan berita-berita yang berisi ujaran kebencian atau hate speech.
“Bila ada informasi yang masih diragukan kebenaran faktanya, kita wajib mengedepankan verifikasi. Bukan tidak boleh diberitakan. Tentu boleh diberitakan setelah kita mencari tahu duduk perkaranya. Agar publik dapat memahami satu persoalan dengan utuh. Jangan sampai memunculkan persoalan baru,” kata Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa saat pengukuhan Pengurus Daerah (Pengda) JMSI Kalimantan Timur, di Hotel Aston, Samarinda, Rabu (29/6/2022).
Secara khusus ia menekankan agar seluruh media siber yang terdaftar sebagai anggota JMSI menerapkan imbauannya tersebut. Tidak hanya bagi media nasional namun juga pada media di daerah-daerah.
“Sudah cukup kita mendengar isu-isu seputar identitas dan SARA. Tidak menarik karena kontraproduktif dan merusak tenun kebangsaan kita. Saya sarankan kita untuk mulai menggali pokok pikiran dan gagasan, serta program mereka,” katanya.
Dia menambahkan, setidaknya ada empat isu penting yang dapat digali secara komprehensif di tahun-tahun politik ini. Pertama isu korupsi oligarki; kedua isu energi baru dan terbarukan; ketiga, isu recovery economy pasca pandemi dan digital economy; dan keempat, persoalan geopolitik terkait dengan pertarungan kepentingan-kepentingan global di kawasan.
Indonesia adalah negara yang terlalu besar dan berada di tempat yang terlalu strategis. Sudah pasti ada external power yang ingin cawe-cawe atau ikut-ikutan dalam proses kompetisi politik di tanah air.
“Sudah tentu pula kita harus menghadapi ini dengan mengedepankan kepentingan nasional,” demikian Teguh Santosa yang pernah menjadi Ketua Bidang Luar Negeri PWI Pusat.
© Copyright 2024, All Rights Reserved