\"Saya terpanggil untuk menjelaskan
hal-hal yang saya ketahui. Saya merasa ada informasi yang keliru yang
diterima dan diolah seakan menjadi kebenaran,†sambungnya.
Kronologi
yang ditulis Sri Radjasa itu ditujukan untuk Menkopolhukam Jenderal
(Purn) Wiranto, Kepala Staf Presiden RI Jenderal (Purn) Moeldoko dan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait tuduhan bahwa Soenarko melakukan
tindakan makar, menyelundupkan senjata M4 dan hendak melakukan
penembakan saat aksi 22 Mei.
Dia menegaskan, Soenarko yang
menerima Satya Lencana Seroja dan Satya Lencana Dwidya Sistha tidak
punya keinginan untuk melakukan makar.
Soenarko juga tidak
memiliki senjata M4. Senjata yang dimiliki Soenarko dan memang sejak
lama ingin diperbaiki di Jakarta adalah M16A short yang diperoleh dari
operasi di Aceh beberapa tahun sebelumnya.
\"Ada yang janggal
soal tuduhan penyelundupan senjata. Senjata itu saya yang terima dari
anggota GAM lalu saya berikan kepada Pak Soenarko saat menjadi Pangdam
IM,†kata Sri Radjasa lagi.
Dia mengulangi kembali apa yang
sudah ditulisnya, bahwa senjata dari eks-anggota GAM itu dalam keadaan
rusak dan sudah lama ingin diperbaiki. Tetapi selalu ada kendala
mengirimkannya ke Jakarta.
Adapun ketika dikirimkan pada tanggal
19 Mei lalu, Soenarko sama sekali tidak tahu. Senjata itu dibawa
seorang anggota TNI menggunakan dokumen yang benar. Namun belakangan
anggota TNI itu tidak mengakui.
\"Di sinilah saya lihat awal terjadinya rekayasa,†kata dia lagi.
Sri
Radjasa Chandra menegasakan berkali-kali bahwa surat terbuka berisi
kronologi yang dia tulis itu sebenarnya berupa saran dan masukan kepada
para pimpinan, untuk mengingatkan bahwa ada informasi yang salah dari
bawah.
Sri Radjasa mengatakan, dirinya juga yakin hal ini
tidak ada urusannya dengan Partai Gerindra dan calon presiden Prabowo
Subianto.
Setelah pensiun dari dinas militer, Soenarko
bergabung dengan Partai Aceh. Lalu ia sempat bergabung dengan Gerindra
yang dipimpin Prabowo. Namun di tahun 2016, Soenarko keluar dari
Gerindra dan bergabung dengan Partai Nanggroe Aceh (PNA). Sampai kini
dirinya tercatat sebagai Ketua Komisi Pengawas PNA dan anggota
Majelis Tertinggi PNA.
\"Ada hikmah di balik semua ini.
Purnawirawan TNI khususnya AD kini mulai menjalin komunikasi kembali
karena ini tentang perlakuan tidak adil yang diberikan kepada salah
seorang pimpinan TNI AD,†sambungnya.
Bila tidak ada aral
melintang, Jumat besok (31/5), Sri Radjasa Chandra akan menggelar
jumpa pers bersama mantan Kepala Staf Umum TNI Letjen (Purn) JS
Prabowo dan mantan Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) Mayjen (Purn)
Zacky Anwar Makarim.
Istri Soenarko juga direncanakan hadir. Begitu juga mantan Pangdam Jaya Mayjen (Purn) Sjafrie Syamsuddin.
Jumpa pers akan digelar di Hotel Century, Senayan, Jakarta, sekitar pukul 16.00 WIB.
\"Ini
trigger yang baik. Mudah-mudahan besok ada beberapa lagi yang mau
datang. Ini tidak ada kaitannya dengan pilpres. Ini soal marwah TNI,â€
demikian Sri Radjasa Chandra. []" itemprop="description"/>
\"Saya terpanggil untuk menjelaskan
hal-hal yang saya ketahui. Saya merasa ada informasi yang keliru yang
diterima dan diolah seakan menjadi kebenaran,†sambungnya.
Kronologi
yang ditulis Sri Radjasa itu ditujukan untuk Menkopolhukam Jenderal
(Purn) Wiranto, Kepala Staf Presiden RI Jenderal (Purn) Moeldoko dan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait tuduhan bahwa Soenarko melakukan
tindakan makar, menyelundupkan senjata M4 dan hendak melakukan
penembakan saat aksi 22 Mei.
Dia menegaskan, Soenarko yang
menerima Satya Lencana Seroja dan Satya Lencana Dwidya Sistha tidak
punya keinginan untuk melakukan makar.
Soenarko juga tidak
memiliki senjata M4. Senjata yang dimiliki Soenarko dan memang sejak
lama ingin diperbaiki di Jakarta adalah M16A short yang diperoleh dari
operasi di Aceh beberapa tahun sebelumnya.
\"Ada yang janggal
soal tuduhan penyelundupan senjata. Senjata itu saya yang terima dari
anggota GAM lalu saya berikan kepada Pak Soenarko saat menjadi Pangdam
IM,†kata Sri Radjasa lagi.
Dia mengulangi kembali apa yang
sudah ditulisnya, bahwa senjata dari eks-anggota GAM itu dalam keadaan
rusak dan sudah lama ingin diperbaiki. Tetapi selalu ada kendala
mengirimkannya ke Jakarta.
Adapun ketika dikirimkan pada tanggal
19 Mei lalu, Soenarko sama sekali tidak tahu. Senjata itu dibawa
seorang anggota TNI menggunakan dokumen yang benar. Namun belakangan
anggota TNI itu tidak mengakui.
\"Di sinilah saya lihat awal terjadinya rekayasa,†kata dia lagi.
Sri
Radjasa Chandra menegasakan berkali-kali bahwa surat terbuka berisi
kronologi yang dia tulis itu sebenarnya berupa saran dan masukan kepada
para pimpinan, untuk mengingatkan bahwa ada informasi yang salah dari
bawah.
Sri Radjasa mengatakan, dirinya juga yakin hal ini
tidak ada urusannya dengan Partai Gerindra dan calon presiden Prabowo
Subianto.
Setelah pensiun dari dinas militer, Soenarko
bergabung dengan Partai Aceh. Lalu ia sempat bergabung dengan Gerindra
yang dipimpin Prabowo. Namun di tahun 2016, Soenarko keluar dari
Gerindra dan bergabung dengan Partai Nanggroe Aceh (PNA). Sampai kini
dirinya tercatat sebagai Ketua Komisi Pengawas PNA dan anggota
Majelis Tertinggi PNA.
\"Ada hikmah di balik semua ini.
Purnawirawan TNI khususnya AD kini mulai menjalin komunikasi kembali
karena ini tentang perlakuan tidak adil yang diberikan kepada salah
seorang pimpinan TNI AD,†sambungnya.
Bila tidak ada aral
melintang, Jumat besok (31/5), Sri Radjasa Chandra akan menggelar
jumpa pers bersama mantan Kepala Staf Umum TNI Letjen (Purn) JS
Prabowo dan mantan Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) Mayjen (Purn)
Zacky Anwar Makarim.
Istri Soenarko juga direncanakan hadir. Begitu juga mantan Pangdam Jaya Mayjen (Purn) Sjafrie Syamsuddin.
Jumpa pers akan digelar di Hotel Century, Senayan, Jakarta, sekitar pukul 16.00 WIB.
\"Ini
trigger yang baik. Mudah-mudahan besok ada beberapa lagi yang mau
datang. Ini tidak ada kaitannya dengan pilpres. Ini soal marwah TNI,â€
demikian Sri Radjasa Chandra. []"/>
\"Saya terpanggil untuk menjelaskan
hal-hal yang saya ketahui. Saya merasa ada informasi yang keliru yang
diterima dan diolah seakan menjadi kebenaran,†sambungnya.
Kronologi
yang ditulis Sri Radjasa itu ditujukan untuk Menkopolhukam Jenderal
(Purn) Wiranto, Kepala Staf Presiden RI Jenderal (Purn) Moeldoko dan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait tuduhan bahwa Soenarko melakukan
tindakan makar, menyelundupkan senjata M4 dan hendak melakukan
penembakan saat aksi 22 Mei.
Dia menegaskan, Soenarko yang
menerima Satya Lencana Seroja dan Satya Lencana Dwidya Sistha tidak
punya keinginan untuk melakukan makar.
Soenarko juga tidak
memiliki senjata M4. Senjata yang dimiliki Soenarko dan memang sejak
lama ingin diperbaiki di Jakarta adalah M16A short yang diperoleh dari
operasi di Aceh beberapa tahun sebelumnya.
\"Ada yang janggal
soal tuduhan penyelundupan senjata. Senjata itu saya yang terima dari
anggota GAM lalu saya berikan kepada Pak Soenarko saat menjadi Pangdam
IM,†kata Sri Radjasa lagi.
Dia mengulangi kembali apa yang
sudah ditulisnya, bahwa senjata dari eks-anggota GAM itu dalam keadaan
rusak dan sudah lama ingin diperbaiki. Tetapi selalu ada kendala
mengirimkannya ke Jakarta.
Adapun ketika dikirimkan pada tanggal
19 Mei lalu, Soenarko sama sekali tidak tahu. Senjata itu dibawa
seorang anggota TNI menggunakan dokumen yang benar. Namun belakangan
anggota TNI itu tidak mengakui.
\"Di sinilah saya lihat awal terjadinya rekayasa,†kata dia lagi.
Sri
Radjasa Chandra menegasakan berkali-kali bahwa surat terbuka berisi
kronologi yang dia tulis itu sebenarnya berupa saran dan masukan kepada
para pimpinan, untuk mengingatkan bahwa ada informasi yang salah dari
bawah.
Sri Radjasa mengatakan, dirinya juga yakin hal ini
tidak ada urusannya dengan Partai Gerindra dan calon presiden Prabowo
Subianto.
Setelah pensiun dari dinas militer, Soenarko
bergabung dengan Partai Aceh. Lalu ia sempat bergabung dengan Gerindra
yang dipimpin Prabowo. Namun di tahun 2016, Soenarko keluar dari
Gerindra dan bergabung dengan Partai Nanggroe Aceh (PNA). Sampai kini
dirinya tercatat sebagai Ketua Komisi Pengawas PNA dan anggota
Majelis Tertinggi PNA.
\"Ada hikmah di balik semua ini.
Purnawirawan TNI khususnya AD kini mulai menjalin komunikasi kembali
karena ini tentang perlakuan tidak adil yang diberikan kepada salah
seorang pimpinan TNI AD,†sambungnya.
Bila tidak ada aral
melintang, Jumat besok (31/5), Sri Radjasa Chandra akan menggelar
jumpa pers bersama mantan Kepala Staf Umum TNI Letjen (Purn) JS
Prabowo dan mantan Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) Mayjen (Purn)
Zacky Anwar Makarim.
Istri Soenarko juga direncanakan hadir. Begitu juga mantan Pangdam Jaya Mayjen (Purn) Sjafrie Syamsuddin.
Jumpa pers akan digelar di Hotel Century, Senayan, Jakarta, sekitar pukul 16.00 WIB.
\"Ini
trigger yang baik. Mudah-mudahan besok ada beberapa lagi yang mau
datang. Ini tidak ada kaitannya dengan pilpres. Ini soal marwah TNI,â€
demikian Sri Radjasa Chandra. []"/>
Ada hikmah di balik fitnah yang dialami mantan
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Mayjen
(Purn) Soenarko. Tuduhan bahwa Soenarko merencanakan tindakan makar
telah menjadi trigger yang membuat purnawirawan TNI AD kembali
menjalin komunikasi satu dengan lain.
Tuduhan yang dialamatkan kepada Soenarko dinilai berlebihan dan tidak masuk akal, bahkan dapat dikatakan menjurus kepada fitnah.
Begitu dikatakan salah seorang mantan anak buah Soenarko, Kolonel Inf. (Purn) Sri Radjasa Chandra dalam perbincangan dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis, 31/5).
Soenarko
yang lahir di Medan pada tanggal 1 Desember 1953 menamatkan
pendidikan di Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) pada tahun 1978.
Sejak menyelesaikan pendidikan di Magelang, Soenarko sudah bertugas
di Kopassus yang ketika itu bernama Komando Pasukan Sandi Yudha
(Kopassandha).
Jabatan Danjen Kopasus didudukinya dari tahun
2007 hingga 2008. Setelah itu Soenarko mendapat kepercayaan menjadi
Panglima Daerah Militer Iskandar Muda di Nanggroe Aceh Darussalam dari
tahun 2008 hingga 2009.
Itu bukan kali pertama Soenarko
bertugas di Aceh. Sebelumnya dia juga pernah menjadi Asisten
Operasional Kasdam Iskandar Muda. Setahun setelah bertugas sebagai
Pangdam Iskandar Muda, Soenarko mendapatkan tugas baru yakni sebagai
Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) antara 2009 hingga
2010.
"Sikap saya ini tidak ada urusannya dengan dukung
mendukung dalam pilpres,†ujar Sri Radjasa saat menjelaskan latar
belakang dirinya menulis kronologi pengiriman senjata yang dikatakan
sebagai milik Soenarko.
"Saya terpanggil untuk menjelaskan
hal-hal yang saya ketahui. Saya merasa ada informasi yang keliru yang
diterima dan diolah seakan menjadi kebenaran,†sambungnya.
Kronologi
yang ditulis Sri Radjasa itu ditujukan untuk Menkopolhukam Jenderal
(Purn) Wiranto, Kepala Staf Presiden RI Jenderal (Purn) Moeldoko dan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait tuduhan bahwa Soenarko melakukan
tindakan makar, menyelundupkan senjata M4 dan hendak melakukan
penembakan saat aksi 22 Mei.
Dia menegaskan, Soenarko yang
menerima Satya Lencana Seroja dan Satya Lencana Dwidya Sistha tidak
punya keinginan untuk melakukan makar.
Soenarko juga tidak
memiliki senjata M4. Senjata yang dimiliki Soenarko dan memang sejak
lama ingin diperbaiki di Jakarta adalah M16A short yang diperoleh dari
operasi di Aceh beberapa tahun sebelumnya.
"Ada yang janggal
soal tuduhan penyelundupan senjata. Senjata itu saya yang terima dari
anggota GAM lalu saya berikan kepada Pak Soenarko saat menjadi Pangdam
IM,†kata Sri Radjasa lagi.
Dia mengulangi kembali apa yang
sudah ditulisnya, bahwa senjata dari eks-anggota GAM itu dalam keadaan
rusak dan sudah lama ingin diperbaiki. Tetapi selalu ada kendala
mengirimkannya ke Jakarta.
Adapun ketika dikirimkan pada tanggal
19 Mei lalu, Soenarko sama sekali tidak tahu. Senjata itu dibawa
seorang anggota TNI menggunakan dokumen yang benar. Namun belakangan
anggota TNI itu tidak mengakui.
"Di sinilah saya lihat awal terjadinya rekayasa,†kata dia lagi.
Sri
Radjasa Chandra menegasakan berkali-kali bahwa surat terbuka berisi
kronologi yang dia tulis itu sebenarnya berupa saran dan masukan kepada
para pimpinan, untuk mengingatkan bahwa ada informasi yang salah dari
bawah.
Sri Radjasa mengatakan, dirinya juga yakin hal ini
tidak ada urusannya dengan Partai Gerindra dan calon presiden Prabowo
Subianto.
Setelah pensiun dari dinas militer, Soenarko
bergabung dengan Partai Aceh. Lalu ia sempat bergabung dengan Gerindra
yang dipimpin Prabowo. Namun di tahun 2016, Soenarko keluar dari
Gerindra dan bergabung dengan Partai Nanggroe Aceh (PNA). Sampai kini
dirinya tercatat sebagai Ketua Komisi Pengawas PNA dan anggota
Majelis Tertinggi PNA.
"Ada hikmah di balik semua ini.
Purnawirawan TNI khususnya AD kini mulai menjalin komunikasi kembali
karena ini tentang perlakuan tidak adil yang diberikan kepada salah
seorang pimpinan TNI AD,†sambungnya.
Bila tidak ada aral
melintang, Jumat besok (31/5), Sri Radjasa Chandra akan menggelar
jumpa pers bersama mantan Kepala Staf Umum TNI Letjen (Purn) JS
Prabowo dan mantan Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) Mayjen (Purn)
Zacky Anwar Makarim.
Istri Soenarko juga direncanakan hadir. Begitu juga mantan Pangdam Jaya Mayjen (Purn) Sjafrie Syamsuddin.
Jumpa pers akan digelar di Hotel Century, Senayan, Jakarta, sekitar pukul 16.00 WIB.
"Ini
trigger yang baik. Mudah-mudahan besok ada beberapa lagi yang mau
datang. Ini tidak ada kaitannya dengan pilpres. Ini soal marwah TNI,â€
demikian Sri Radjasa Chandra. []
Ada hikmah di balik fitnah yang dialami mantan
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Mayjen
(Purn) Soenarko. Tuduhan bahwa Soenarko merencanakan tindakan makar
telah menjadi trigger yang membuat purnawirawan TNI AD kembali
menjalin komunikasi satu dengan lain.
Tuduhan yang dialamatkan kepada Soenarko dinilai berlebihan dan tidak masuk akal, bahkan dapat dikatakan menjurus kepada fitnah.
Begitu dikatakan salah seorang mantan anak buah Soenarko, Kolonel Inf. (Purn) Sri Radjasa Chandra dalam perbincangan dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis, 31/5).
Soenarko
yang lahir di Medan pada tanggal 1 Desember 1953 menamatkan
pendidikan di Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) pada tahun 1978.
Sejak menyelesaikan pendidikan di Magelang, Soenarko sudah bertugas
di Kopassus yang ketika itu bernama Komando Pasukan Sandi Yudha
(Kopassandha).
Jabatan Danjen Kopasus didudukinya dari tahun
2007 hingga 2008. Setelah itu Soenarko mendapat kepercayaan menjadi
Panglima Daerah Militer Iskandar Muda di Nanggroe Aceh Darussalam dari
tahun 2008 hingga 2009.
Itu bukan kali pertama Soenarko
bertugas di Aceh. Sebelumnya dia juga pernah menjadi Asisten
Operasional Kasdam Iskandar Muda. Setahun setelah bertugas sebagai
Pangdam Iskandar Muda, Soenarko mendapatkan tugas baru yakni sebagai
Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) antara 2009 hingga
2010.
"Sikap saya ini tidak ada urusannya dengan dukung
mendukung dalam pilpres,†ujar Sri Radjasa saat menjelaskan latar
belakang dirinya menulis kronologi pengiriman senjata yang dikatakan
sebagai milik Soenarko.
"Saya terpanggil untuk menjelaskan
hal-hal yang saya ketahui. Saya merasa ada informasi yang keliru yang
diterima dan diolah seakan menjadi kebenaran,†sambungnya.
Kronologi
yang ditulis Sri Radjasa itu ditujukan untuk Menkopolhukam Jenderal
(Purn) Wiranto, Kepala Staf Presiden RI Jenderal (Purn) Moeldoko dan
Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait tuduhan bahwa Soenarko melakukan
tindakan makar, menyelundupkan senjata M4 dan hendak melakukan
penembakan saat aksi 22 Mei.
Dia menegaskan, Soenarko yang
menerima Satya Lencana Seroja dan Satya Lencana Dwidya Sistha tidak
punya keinginan untuk melakukan makar.
Soenarko juga tidak
memiliki senjata M4. Senjata yang dimiliki Soenarko dan memang sejak
lama ingin diperbaiki di Jakarta adalah M16A short yang diperoleh dari
operasi di Aceh beberapa tahun sebelumnya.
"Ada yang janggal
soal tuduhan penyelundupan senjata. Senjata itu saya yang terima dari
anggota GAM lalu saya berikan kepada Pak Soenarko saat menjadi Pangdam
IM,†kata Sri Radjasa lagi.
Dia mengulangi kembali apa yang
sudah ditulisnya, bahwa senjata dari eks-anggota GAM itu dalam keadaan
rusak dan sudah lama ingin diperbaiki. Tetapi selalu ada kendala
mengirimkannya ke Jakarta.
Adapun ketika dikirimkan pada tanggal
19 Mei lalu, Soenarko sama sekali tidak tahu. Senjata itu dibawa
seorang anggota TNI menggunakan dokumen yang benar. Namun belakangan
anggota TNI itu tidak mengakui.
"Di sinilah saya lihat awal terjadinya rekayasa,†kata dia lagi.
Sri
Radjasa Chandra menegasakan berkali-kali bahwa surat terbuka berisi
kronologi yang dia tulis itu sebenarnya berupa saran dan masukan kepada
para pimpinan, untuk mengingatkan bahwa ada informasi yang salah dari
bawah.
Sri Radjasa mengatakan, dirinya juga yakin hal ini
tidak ada urusannya dengan Partai Gerindra dan calon presiden Prabowo
Subianto.
Setelah pensiun dari dinas militer, Soenarko
bergabung dengan Partai Aceh. Lalu ia sempat bergabung dengan Gerindra
yang dipimpin Prabowo. Namun di tahun 2016, Soenarko keluar dari
Gerindra dan bergabung dengan Partai Nanggroe Aceh (PNA). Sampai kini
dirinya tercatat sebagai Ketua Komisi Pengawas PNA dan anggota
Majelis Tertinggi PNA.
"Ada hikmah di balik semua ini.
Purnawirawan TNI khususnya AD kini mulai menjalin komunikasi kembali
karena ini tentang perlakuan tidak adil yang diberikan kepada salah
seorang pimpinan TNI AD,†sambungnya.
Bila tidak ada aral
melintang, Jumat besok (31/5), Sri Radjasa Chandra akan menggelar
jumpa pers bersama mantan Kepala Staf Umum TNI Letjen (Purn) JS
Prabowo dan mantan Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) Mayjen (Purn)
Zacky Anwar Makarim.
Istri Soenarko juga direncanakan hadir. Begitu juga mantan Pangdam Jaya Mayjen (Purn) Sjafrie Syamsuddin.
Jumpa pers akan digelar di Hotel Century, Senayan, Jakarta, sekitar pukul 16.00 WIB.
"Ini
trigger yang baik. Mudah-mudahan besok ada beberapa lagi yang mau
datang. Ini tidak ada kaitannya dengan pilpres. Ini soal marwah TNI,â€
demikian Sri Radjasa Chandra. []