Kajian dalam SImposium ini pun terbagi kedalam tiga bagian dengan pembicara-pembicara yang luar biasa dimana pembicara pertama Mr. Guilermo Martinez Tabrerner, Ph.D, guru besar Universitat de Pompeu Fabra sekaligus koordinator ekonomi dan bisnis dari Casa Asia, menyatakan Konsep sustainable yang diikuti dengan responsible akan menjadikan sebuah keutuhan dalam menunjang pariwisata itu sendiri yang tentunya berasal dari visitors, pemangku kepentingan dan host. Pembicara kedua ialah Masrura (CEO RabbaniTour) yang menyoroti kearifan budaya lokal yang bisa disajikan kepada para wisatawan dengan segmentasi dari luar negeri, sedangkan Pembicara ketiga ialah Arra’di Nurrizal, ketua Poliglot Indonesia yang menyoroti tentang upaya apa yang harus dimiliki untuk menyambut keterbukaan orang asing, budaya asing tanpa menghilangkan jati diri.
Pembicara keempat, guru besar dari ITB, Dr. Teuku Abdullah Sanny. Menelaskan mengenai geoturisme dimana bencana alam menjadi isu penting dalam pergerakan wisatawan. Dia pun menambahkan untuk bagaimana kita mengubah presepsi menjadi sesuatu yang menarik. Pembicara kelima, Murni Amalia co-founder dari IWasHere.id, mengingatkan kita tentang partisipasi masyarakat dalam nature-based tourism. Harapan kepada generasi muda untuk ikut serta, bekerja sama membangun industri yang berdampak besar. Para kedua pembicara ini dihadirkan melalui telekonfrensi.
Pembicara keenam Lorenzo Cantoni (guru besar di sebuah kampus di Swiss) menyatakan rums sakti ABCDE dalam membangun Smart tourism. A (Access), B (Better), C (Connect), D (Dis-intermediate) dan E (Educete), hal tersbut untuk menunjang penggunaan teknologi informasi untuk mendukung keberlangsungan arus budaya, komunikasi, sosial, masyarakat dalam kaitannya dengan pariwisata. Pembicara ketujuh ialah Aditya Amaranggana, M.Sc (Perwakilan UNWTO) yang menyoroti mengenai dampak positif dan negatif dari Industri pariwisata. Ia pun menyatakan ada dampak yang harus dipelajari, dicarikan solusi dan dikembangkan cara terbaik guna menunjang keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Pembangunan sarana dan prasarana dasar, penyediaan air bersih, public utility services, dan komitmen kebijakan terhadap keseriusan menjaga tourism destinations.
Paparan terakhir diberikan oleh Staf Ahli Menteri dari Kementerian Pariwisata Dra. Esthy Reko Astuti, M.Si. menyatakan mengenai dalam dunia pariwisata karena di mata internasional, Indonesia meraih pelbagai penghargaan level internasional. Pertumbuhan pariwisata Indonesia juga membaik dalam lingkup negara-negara ASEAN. Hal ini tak terlepas dari peranan Wonderful Indonesia Promotion yang mana adalah sebuah bungkus bingkai keindahan Indonesia untuk dimasyarakatkan dan dinilai sangat berhasil menghasilkan devisa pada tahun 2016 mencapai 12 juta dollar. Ia pun menambahkan peran besar pemerintah dalam menjaga, memayungi dan membungkus keaslian dan kearifan lokal agar tidak pudar dan hilang ditelan arus globalisasi. Beliau pun juga menyoroti tentang penanggulangan dampak ekonomi yang terfokus pada enam cara, diantaranya: 1. Diversifikasi jangkauan produk; 2. Mereduksi jumlah wisatawan di beberapa area, persebaran merata.; 3. Eco-tourism; 4. Green tourism; 5. Tatalaksana hukum yang mengikat dan menunjang; 6. Kebutuhan akan manajemen dan tanggungjawab yang baik.
Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika Eropa Tubagus Aryandi Gunawan menyatakan bahwa Simposium ini dihadirkan sebagai bentuk kepedulian Pelajar Indonesia di luar negeri khususnya wilayah Amerika Eropa untuk membahas isu-isu yang hangat saat ini yang akan dijadikan poin poin utnuk melahirkan rekomendasi yang nantinya akan diserahkan kepada pemangku kebijakanj terkait. Pada Tanggal 27 hingga 28 April 2019 Para Delegasi PPI negara se Amerika-Eropa berembuk untuk mengidentifikasi dan melahirkan ide-ide untuk melahirkan \"Rekomendasi Barcelona Untuk Kemajuan Pariwisata Indonesia yang Berkelanjutan\"
Rekomendasi Barcelona ini berisi poin-poin masalah dan ide-ide alternatif untuk pembangunan pariwisata Indonesia dari perspektif para pelajar di Amerika-Eropa yang berkesimpulan:
Berdasarkan uraian rumusan masalah dan rekomendasi yang ditawarkan, maka dapat disimpulkan bahwa potensi pariwisata berdasarkan alam menjadi prioritas utama dalam program pemerintah. Akan tetapi, pentingnya kelengkapan informasi khususnya di lokasi rawan bencana dan dukungan dana yang berkelanjutan menjadi langkah tepat dalam memajukan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan.
Untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, industri pariwisata Indonesia harus melakukan digitalisasi. Transportasi yang mudah dan akomodasi yang berstandar adalah salah satu hal yang menjadi fokus pembangunan. Tentunya masyarakat dan pihak yang terkait perlu dilibatkan dalam setiap proses dari perencanaan hingga penerapan pembangunan.
Sistem keberlanjutan sangat penting untuk keberlangsungan pariwisata di Indonesia dimana akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, sosial, dan finansial. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan generasi milenial dapat mempercepat dan mempermudah penerapan sistem keberlanjutan. Pihak-pihak terkait harus dapat terus bersinergi dengan baik dalam memajukan pariwisata di Indonesia.
Dengan kepedulian para Pelajar Indonesia di Amerika-Eropa ini terhadap bangsanya mereka tidak ingin rekomendasi ini hanya menjadi kertas arsip belaka, maka rangkaian acara ini ditutup dengan penyerahan \"Rekomendasi Barcelona\" ini kepada Ibu Esty sebagai perwakilan pemerintah di Kementerian Pariwisata yang dilakukan oleh Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika-Eropa. Koordinator Publikasi SAE) dan W. Kurniawan (Ketua PPI Spanyol 2015-2016) " itemprop="description"/>
Kajian dalam SImposium ini pun terbagi kedalam tiga bagian dengan pembicara-pembicara yang luar biasa dimana pembicara pertama Mr. Guilermo Martinez Tabrerner, Ph.D, guru besar Universitat de Pompeu Fabra sekaligus koordinator ekonomi dan bisnis dari Casa Asia, menyatakan Konsep sustainable yang diikuti dengan responsible akan menjadikan sebuah keutuhan dalam menunjang pariwisata itu sendiri yang tentunya berasal dari visitors, pemangku kepentingan dan host. Pembicara kedua ialah Masrura (CEO RabbaniTour) yang menyoroti kearifan budaya lokal yang bisa disajikan kepada para wisatawan dengan segmentasi dari luar negeri, sedangkan Pembicara ketiga ialah Arra’di Nurrizal, ketua Poliglot Indonesia yang menyoroti tentang upaya apa yang harus dimiliki untuk menyambut keterbukaan orang asing, budaya asing tanpa menghilangkan jati diri.
Pembicara keempat, guru besar dari ITB, Dr. Teuku Abdullah Sanny. Menelaskan mengenai geoturisme dimana bencana alam menjadi isu penting dalam pergerakan wisatawan. Dia pun menambahkan untuk bagaimana kita mengubah presepsi menjadi sesuatu yang menarik. Pembicara kelima, Murni Amalia co-founder dari IWasHere.id, mengingatkan kita tentang partisipasi masyarakat dalam nature-based tourism. Harapan kepada generasi muda untuk ikut serta, bekerja sama membangun industri yang berdampak besar. Para kedua pembicara ini dihadirkan melalui telekonfrensi.
Pembicara keenam Lorenzo Cantoni (guru besar di sebuah kampus di Swiss) menyatakan rums sakti ABCDE dalam membangun Smart tourism. A (Access), B (Better), C (Connect), D (Dis-intermediate) dan E (Educete), hal tersbut untuk menunjang penggunaan teknologi informasi untuk mendukung keberlangsungan arus budaya, komunikasi, sosial, masyarakat dalam kaitannya dengan pariwisata. Pembicara ketujuh ialah Aditya Amaranggana, M.Sc (Perwakilan UNWTO) yang menyoroti mengenai dampak positif dan negatif dari Industri pariwisata. Ia pun menyatakan ada dampak yang harus dipelajari, dicarikan solusi dan dikembangkan cara terbaik guna menunjang keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Pembangunan sarana dan prasarana dasar, penyediaan air bersih, public utility services, dan komitmen kebijakan terhadap keseriusan menjaga tourism destinations.
Paparan terakhir diberikan oleh Staf Ahli Menteri dari Kementerian Pariwisata Dra. Esthy Reko Astuti, M.Si. menyatakan mengenai dalam dunia pariwisata karena di mata internasional, Indonesia meraih pelbagai penghargaan level internasional. Pertumbuhan pariwisata Indonesia juga membaik dalam lingkup negara-negara ASEAN. Hal ini tak terlepas dari peranan Wonderful Indonesia Promotion yang mana adalah sebuah bungkus bingkai keindahan Indonesia untuk dimasyarakatkan dan dinilai sangat berhasil menghasilkan devisa pada tahun 2016 mencapai 12 juta dollar. Ia pun menambahkan peran besar pemerintah dalam menjaga, memayungi dan membungkus keaslian dan kearifan lokal agar tidak pudar dan hilang ditelan arus globalisasi. Beliau pun juga menyoroti tentang penanggulangan dampak ekonomi yang terfokus pada enam cara, diantaranya: 1. Diversifikasi jangkauan produk; 2. Mereduksi jumlah wisatawan di beberapa area, persebaran merata.; 3. Eco-tourism; 4. Green tourism; 5. Tatalaksana hukum yang mengikat dan menunjang; 6. Kebutuhan akan manajemen dan tanggungjawab yang baik.
Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika Eropa Tubagus Aryandi Gunawan menyatakan bahwa Simposium ini dihadirkan sebagai bentuk kepedulian Pelajar Indonesia di luar negeri khususnya wilayah Amerika Eropa untuk membahas isu-isu yang hangat saat ini yang akan dijadikan poin poin utnuk melahirkan rekomendasi yang nantinya akan diserahkan kepada pemangku kebijakanj terkait. Pada Tanggal 27 hingga 28 April 2019 Para Delegasi PPI negara se Amerika-Eropa berembuk untuk mengidentifikasi dan melahirkan ide-ide untuk melahirkan \"Rekomendasi Barcelona Untuk Kemajuan Pariwisata Indonesia yang Berkelanjutan\"
Rekomendasi Barcelona ini berisi poin-poin masalah dan ide-ide alternatif untuk pembangunan pariwisata Indonesia dari perspektif para pelajar di Amerika-Eropa yang berkesimpulan:
Berdasarkan uraian rumusan masalah dan rekomendasi yang ditawarkan, maka dapat disimpulkan bahwa potensi pariwisata berdasarkan alam menjadi prioritas utama dalam program pemerintah. Akan tetapi, pentingnya kelengkapan informasi khususnya di lokasi rawan bencana dan dukungan dana yang berkelanjutan menjadi langkah tepat dalam memajukan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan.
Untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, industri pariwisata Indonesia harus melakukan digitalisasi. Transportasi yang mudah dan akomodasi yang berstandar adalah salah satu hal yang menjadi fokus pembangunan. Tentunya masyarakat dan pihak yang terkait perlu dilibatkan dalam setiap proses dari perencanaan hingga penerapan pembangunan.
Sistem keberlanjutan sangat penting untuk keberlangsungan pariwisata di Indonesia dimana akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, sosial, dan finansial. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan generasi milenial dapat mempercepat dan mempermudah penerapan sistem keberlanjutan. Pihak-pihak terkait harus dapat terus bersinergi dengan baik dalam memajukan pariwisata di Indonesia.
Dengan kepedulian para Pelajar Indonesia di Amerika-Eropa ini terhadap bangsanya mereka tidak ingin rekomendasi ini hanya menjadi kertas arsip belaka, maka rangkaian acara ini ditutup dengan penyerahan \"Rekomendasi Barcelona\" ini kepada Ibu Esty sebagai perwakilan pemerintah di Kementerian Pariwisata yang dilakukan oleh Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika-Eropa. Koordinator Publikasi SAE) dan W. Kurniawan (Ketua PPI Spanyol 2015-2016) "/>
Kajian dalam SImposium ini pun terbagi kedalam tiga bagian dengan pembicara-pembicara yang luar biasa dimana pembicara pertama Mr. Guilermo Martinez Tabrerner, Ph.D, guru besar Universitat de Pompeu Fabra sekaligus koordinator ekonomi dan bisnis dari Casa Asia, menyatakan Konsep sustainable yang diikuti dengan responsible akan menjadikan sebuah keutuhan dalam menunjang pariwisata itu sendiri yang tentunya berasal dari visitors, pemangku kepentingan dan host. Pembicara kedua ialah Masrura (CEO RabbaniTour) yang menyoroti kearifan budaya lokal yang bisa disajikan kepada para wisatawan dengan segmentasi dari luar negeri, sedangkan Pembicara ketiga ialah Arra’di Nurrizal, ketua Poliglot Indonesia yang menyoroti tentang upaya apa yang harus dimiliki untuk menyambut keterbukaan orang asing, budaya asing tanpa menghilangkan jati diri.
Pembicara keempat, guru besar dari ITB, Dr. Teuku Abdullah Sanny. Menelaskan mengenai geoturisme dimana bencana alam menjadi isu penting dalam pergerakan wisatawan. Dia pun menambahkan untuk bagaimana kita mengubah presepsi menjadi sesuatu yang menarik. Pembicara kelima, Murni Amalia co-founder dari IWasHere.id, mengingatkan kita tentang partisipasi masyarakat dalam nature-based tourism. Harapan kepada generasi muda untuk ikut serta, bekerja sama membangun industri yang berdampak besar. Para kedua pembicara ini dihadirkan melalui telekonfrensi.
Pembicara keenam Lorenzo Cantoni (guru besar di sebuah kampus di Swiss) menyatakan rums sakti ABCDE dalam membangun Smart tourism. A (Access), B (Better), C (Connect), D (Dis-intermediate) dan E (Educete), hal tersbut untuk menunjang penggunaan teknologi informasi untuk mendukung keberlangsungan arus budaya, komunikasi, sosial, masyarakat dalam kaitannya dengan pariwisata. Pembicara ketujuh ialah Aditya Amaranggana, M.Sc (Perwakilan UNWTO) yang menyoroti mengenai dampak positif dan negatif dari Industri pariwisata. Ia pun menyatakan ada dampak yang harus dipelajari, dicarikan solusi dan dikembangkan cara terbaik guna menunjang keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Pembangunan sarana dan prasarana dasar, penyediaan air bersih, public utility services, dan komitmen kebijakan terhadap keseriusan menjaga tourism destinations.
Paparan terakhir diberikan oleh Staf Ahli Menteri dari Kementerian Pariwisata Dra. Esthy Reko Astuti, M.Si. menyatakan mengenai dalam dunia pariwisata karena di mata internasional, Indonesia meraih pelbagai penghargaan level internasional. Pertumbuhan pariwisata Indonesia juga membaik dalam lingkup negara-negara ASEAN. Hal ini tak terlepas dari peranan Wonderful Indonesia Promotion yang mana adalah sebuah bungkus bingkai keindahan Indonesia untuk dimasyarakatkan dan dinilai sangat berhasil menghasilkan devisa pada tahun 2016 mencapai 12 juta dollar. Ia pun menambahkan peran besar pemerintah dalam menjaga, memayungi dan membungkus keaslian dan kearifan lokal agar tidak pudar dan hilang ditelan arus globalisasi. Beliau pun juga menyoroti tentang penanggulangan dampak ekonomi yang terfokus pada enam cara, diantaranya: 1. Diversifikasi jangkauan produk; 2. Mereduksi jumlah wisatawan di beberapa area, persebaran merata.; 3. Eco-tourism; 4. Green tourism; 5. Tatalaksana hukum yang mengikat dan menunjang; 6. Kebutuhan akan manajemen dan tanggungjawab yang baik.
Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika Eropa Tubagus Aryandi Gunawan menyatakan bahwa Simposium ini dihadirkan sebagai bentuk kepedulian Pelajar Indonesia di luar negeri khususnya wilayah Amerika Eropa untuk membahas isu-isu yang hangat saat ini yang akan dijadikan poin poin utnuk melahirkan rekomendasi yang nantinya akan diserahkan kepada pemangku kebijakanj terkait. Pada Tanggal 27 hingga 28 April 2019 Para Delegasi PPI negara se Amerika-Eropa berembuk untuk mengidentifikasi dan melahirkan ide-ide untuk melahirkan \"Rekomendasi Barcelona Untuk Kemajuan Pariwisata Indonesia yang Berkelanjutan\"
Rekomendasi Barcelona ini berisi poin-poin masalah dan ide-ide alternatif untuk pembangunan pariwisata Indonesia dari perspektif para pelajar di Amerika-Eropa yang berkesimpulan:
Berdasarkan uraian rumusan masalah dan rekomendasi yang ditawarkan, maka dapat disimpulkan bahwa potensi pariwisata berdasarkan alam menjadi prioritas utama dalam program pemerintah. Akan tetapi, pentingnya kelengkapan informasi khususnya di lokasi rawan bencana dan dukungan dana yang berkelanjutan menjadi langkah tepat dalam memajukan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan.
Untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, industri pariwisata Indonesia harus melakukan digitalisasi. Transportasi yang mudah dan akomodasi yang berstandar adalah salah satu hal yang menjadi fokus pembangunan. Tentunya masyarakat dan pihak yang terkait perlu dilibatkan dalam setiap proses dari perencanaan hingga penerapan pembangunan.
Sistem keberlanjutan sangat penting untuk keberlangsungan pariwisata di Indonesia dimana akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, sosial, dan finansial. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan generasi milenial dapat mempercepat dan mempermudah penerapan sistem keberlanjutan. Pihak-pihak terkait harus dapat terus bersinergi dengan baik dalam memajukan pariwisata di Indonesia.
Dengan kepedulian para Pelajar Indonesia di Amerika-Eropa ini terhadap bangsanya mereka tidak ingin rekomendasi ini hanya menjadi kertas arsip belaka, maka rangkaian acara ini ditutup dengan penyerahan \"Rekomendasi Barcelona\" ini kepada Ibu Esty sebagai perwakilan pemerintah di Kementerian Pariwisata yang dilakukan oleh Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika-Eropa. Koordinator Publikasi SAE) dan W. Kurniawan (Ketua PPI Spanyol 2015-2016) "/>
Bertempat di Facultat d’Economia i Empresa, Universitat de Barcelona, Barcelona, Kerajaan Spanyol para pelajar Indonesia yang berada di kawasan Amerika Eropa (Amerop) mengadakan sebuah simposium yang punya tema besar tentang pariwisata Indonesia yang berkelanjutan. Sebanyak 66 delegasi dari PPI masing-masing negara di kawasan ini sangat antusias melaksanakan kegiatan ini.
Acara ini dibuka dengan penampilan Angklung yang merupakan seni musik tradisional asal Jawa Barat yang sangat gemilang oleh Wildan Qodaris yang juga salah satu pengajar di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Acara ini pun diresmikan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol, Hermono, MA.
Ditemui di sela acara Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol memberikan apresiasi terhadap Simposium ini karena mengangkat tema yang tepat mengenai pebangunan sektor pariwisata yang sustainable dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang kompeten di bidang ini. Beliau pun ingin bahwa Para Pelajar Indonesia yang hadir disini bisa mengidentifikasi masalah â€" masalah dan berkontribusi dengan ide untuk pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia.
Kajian dalam SImposium ini pun terbagi kedalam tiga bagian dengan pembicara-pembicara yang luar biasa dimana pembicara pertama Mr. Guilermo Martinez Tabrerner, Ph.D, guru besar Universitat de Pompeu Fabra sekaligus koordinator ekonomi dan bisnis dari Casa Asia, menyatakan Konsep sustainable yang diikuti dengan responsible akan menjadikan sebuah keutuhan dalam menunjang pariwisata itu sendiri yang tentunya berasal dari visitors, pemangku kepentingan dan host. Pembicara kedua ialah Masrura (CEO RabbaniTour) yang menyoroti kearifan budaya lokal yang bisa disajikan kepada para wisatawan dengan segmentasi dari luar negeri, sedangkan Pembicara ketiga ialah Arra’di Nurrizal, ketua Poliglot Indonesia yang menyoroti tentang upaya apa yang harus dimiliki untuk menyambut keterbukaan orang asing, budaya asing tanpa menghilangkan jati diri.
Pembicara keempat, guru besar dari ITB, Dr. Teuku Abdullah Sanny. Menelaskan mengenai geoturisme dimana bencana alam menjadi isu penting dalam pergerakan wisatawan. Dia pun menambahkan untuk bagaimana kita mengubah presepsi menjadi sesuatu yang menarik. Pembicara kelima, Murni Amalia co-founder dari IWasHere.id, mengingatkan kita tentang partisipasi masyarakat dalam nature-based tourism. Harapan kepada generasi muda untuk ikut serta, bekerja sama membangun industri yang berdampak besar. Para kedua pembicara ini dihadirkan melalui telekonfrensi.
Pembicara keenam Lorenzo Cantoni (guru besar di sebuah kampus di Swiss) menyatakan rums sakti ABCDE dalam membangun Smart tourism. A (Access), B (Better), C (Connect), D (Dis-intermediate) dan E (Educete), hal tersbut untuk menunjang penggunaan teknologi informasi untuk mendukung keberlangsungan arus budaya, komunikasi, sosial, masyarakat dalam kaitannya dengan pariwisata. Pembicara ketujuh ialah Aditya Amaranggana, M.Sc (Perwakilan UNWTO) yang menyoroti mengenai dampak positif dan negatif dari Industri pariwisata. Ia pun menyatakan ada dampak yang harus dipelajari, dicarikan solusi dan dikembangkan cara terbaik guna menunjang keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Pembangunan sarana dan prasarana dasar, penyediaan air bersih, public utility services, dan komitmen kebijakan terhadap keseriusan menjaga tourism destinations.
Paparan terakhir diberikan oleh Staf Ahli Menteri dari Kementerian Pariwisata Dra. Esthy Reko Astuti, M.Si. menyatakan mengenai dalam dunia pariwisata karena di mata internasional, Indonesia meraih pelbagai penghargaan level internasional. Pertumbuhan pariwisata Indonesia juga membaik dalam lingkup negara-negara ASEAN. Hal ini tak terlepas dari peranan Wonderful Indonesia Promotion yang mana adalah sebuah bungkus bingkai keindahan Indonesia untuk dimasyarakatkan dan dinilai sangat berhasil menghasilkan devisa pada tahun 2016 mencapai 12 juta dollar. Ia pun menambahkan peran besar pemerintah dalam menjaga, memayungi dan membungkus keaslian dan kearifan lokal agar tidak pudar dan hilang ditelan arus globalisasi. Beliau pun juga menyoroti tentang penanggulangan dampak ekonomi yang terfokus pada enam cara, diantaranya: 1. Diversifikasi jangkauan produk; 2. Mereduksi jumlah wisatawan di beberapa area, persebaran merata.; 3. Eco-tourism; 4. Green tourism; 5. Tatalaksana hukum yang mengikat dan menunjang; 6. Kebutuhan akan manajemen dan tanggungjawab yang baik.
Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika Eropa Tubagus Aryandi Gunawan menyatakan bahwa Simposium ini dihadirkan sebagai bentuk kepedulian Pelajar Indonesia di luar negeri khususnya wilayah Amerika Eropa untuk membahas isu-isu yang hangat saat ini yang akan dijadikan poin poin utnuk melahirkan rekomendasi yang nantinya akan diserahkan kepada pemangku kebijakanj terkait. Pada Tanggal 27 hingga 28 April 2019 Para Delegasi PPI negara se Amerika-Eropa berembuk untuk mengidentifikasi dan melahirkan ide-ide untuk melahirkan "Rekomendasi Barcelona Untuk Kemajuan Pariwisata Indonesia yang Berkelanjutan"
Rekomendasi Barcelona ini berisi poin-poin masalah dan ide-ide alternatif untuk pembangunan pariwisata Indonesia dari perspektif para pelajar di Amerika-Eropa yang berkesimpulan:
Berdasarkan uraian rumusan masalah dan rekomendasi yang ditawarkan, maka dapat disimpulkan bahwa potensi pariwisata berdasarkan alam menjadi prioritas utama dalam program pemerintah. Akan tetapi, pentingnya kelengkapan informasi khususnya di lokasi rawan bencana dan dukungan dana yang berkelanjutan menjadi langkah tepat dalam memajukan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan.
Untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, industri pariwisata Indonesia harus melakukan digitalisasi. Transportasi yang mudah dan akomodasi yang berstandar adalah salah satu hal yang menjadi fokus pembangunan. Tentunya masyarakat dan pihak yang terkait perlu dilibatkan dalam setiap proses dari perencanaan hingga penerapan pembangunan.
Sistem keberlanjutan sangat penting untuk keberlangsungan pariwisata di Indonesia dimana akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, sosial, dan finansial. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan generasi milenial dapat mempercepat dan mempermudah penerapan sistem keberlanjutan. Pihak-pihak terkait harus dapat terus bersinergi dengan baik dalam memajukan pariwisata di Indonesia.
Dengan kepedulian para Pelajar Indonesia di Amerika-Eropa ini terhadap bangsanya mereka tidak ingin rekomendasi ini hanya menjadi kertas arsip belaka, maka rangkaian acara ini ditutup dengan penyerahan "Rekomendasi Barcelona" ini kepada Ibu Esty sebagai perwakilan pemerintah di Kementerian Pariwisata yang dilakukan oleh Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika-Eropa. Koordinator Publikasi SAE) dan W. Kurniawan (Ketua PPI Spanyol 2015-2016)
Bertempat di Facultat d’Economia i Empresa, Universitat de Barcelona, Barcelona, Kerajaan Spanyol para pelajar Indonesia yang berada di kawasan Amerika Eropa (Amerop) mengadakan sebuah simposium yang punya tema besar tentang pariwisata Indonesia yang berkelanjutan. Sebanyak 66 delegasi dari PPI masing-masing negara di kawasan ini sangat antusias melaksanakan kegiatan ini.
Acara ini dibuka dengan penampilan Angklung yang merupakan seni musik tradisional asal Jawa Barat yang sangat gemilang oleh Wildan Qodaris yang juga salah satu pengajar di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Acara ini pun diresmikan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol, Hermono, MA.
Ditemui di sela acara Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol memberikan apresiasi terhadap Simposium ini karena mengangkat tema yang tepat mengenai pebangunan sektor pariwisata yang sustainable dengan menghadirkan pembicara-pembicara yang kompeten di bidang ini. Beliau pun ingin bahwa Para Pelajar Indonesia yang hadir disini bisa mengidentifikasi masalah â€" masalah dan berkontribusi dengan ide untuk pariwisata yang berkelanjutan di Indonesia.
Kajian dalam SImposium ini pun terbagi kedalam tiga bagian dengan pembicara-pembicara yang luar biasa dimana pembicara pertama Mr. Guilermo Martinez Tabrerner, Ph.D, guru besar Universitat de Pompeu Fabra sekaligus koordinator ekonomi dan bisnis dari Casa Asia, menyatakan Konsep sustainable yang diikuti dengan responsible akan menjadikan sebuah keutuhan dalam menunjang pariwisata itu sendiri yang tentunya berasal dari visitors, pemangku kepentingan dan host. Pembicara kedua ialah Masrura (CEO RabbaniTour) yang menyoroti kearifan budaya lokal yang bisa disajikan kepada para wisatawan dengan segmentasi dari luar negeri, sedangkan Pembicara ketiga ialah Arra’di Nurrizal, ketua Poliglot Indonesia yang menyoroti tentang upaya apa yang harus dimiliki untuk menyambut keterbukaan orang asing, budaya asing tanpa menghilangkan jati diri.
Pembicara keempat, guru besar dari ITB, Dr. Teuku Abdullah Sanny. Menelaskan mengenai geoturisme dimana bencana alam menjadi isu penting dalam pergerakan wisatawan. Dia pun menambahkan untuk bagaimana kita mengubah presepsi menjadi sesuatu yang menarik. Pembicara kelima, Murni Amalia co-founder dari IWasHere.id, mengingatkan kita tentang partisipasi masyarakat dalam nature-based tourism. Harapan kepada generasi muda untuk ikut serta, bekerja sama membangun industri yang berdampak besar. Para kedua pembicara ini dihadirkan melalui telekonfrensi.
Pembicara keenam Lorenzo Cantoni (guru besar di sebuah kampus di Swiss) menyatakan rums sakti ABCDE dalam membangun Smart tourism. A (Access), B (Better), C (Connect), D (Dis-intermediate) dan E (Educete), hal tersbut untuk menunjang penggunaan teknologi informasi untuk mendukung keberlangsungan arus budaya, komunikasi, sosial, masyarakat dalam kaitannya dengan pariwisata. Pembicara ketujuh ialah Aditya Amaranggana, M.Sc (Perwakilan UNWTO) yang menyoroti mengenai dampak positif dan negatif dari Industri pariwisata. Ia pun menyatakan ada dampak yang harus dipelajari, dicarikan solusi dan dikembangkan cara terbaik guna menunjang keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Pembangunan sarana dan prasarana dasar, penyediaan air bersih, public utility services, dan komitmen kebijakan terhadap keseriusan menjaga tourism destinations.
Paparan terakhir diberikan oleh Staf Ahli Menteri dari Kementerian Pariwisata Dra. Esthy Reko Astuti, M.Si. menyatakan mengenai dalam dunia pariwisata karena di mata internasional, Indonesia meraih pelbagai penghargaan level internasional. Pertumbuhan pariwisata Indonesia juga membaik dalam lingkup negara-negara ASEAN. Hal ini tak terlepas dari peranan Wonderful Indonesia Promotion yang mana adalah sebuah bungkus bingkai keindahan Indonesia untuk dimasyarakatkan dan dinilai sangat berhasil menghasilkan devisa pada tahun 2016 mencapai 12 juta dollar. Ia pun menambahkan peran besar pemerintah dalam menjaga, memayungi dan membungkus keaslian dan kearifan lokal agar tidak pudar dan hilang ditelan arus globalisasi. Beliau pun juga menyoroti tentang penanggulangan dampak ekonomi yang terfokus pada enam cara, diantaranya: 1. Diversifikasi jangkauan produk; 2. Mereduksi jumlah wisatawan di beberapa area, persebaran merata.; 3. Eco-tourism; 4. Green tourism; 5. Tatalaksana hukum yang mengikat dan menunjang; 6. Kebutuhan akan manajemen dan tanggungjawab yang baik.
Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika Eropa Tubagus Aryandi Gunawan menyatakan bahwa Simposium ini dihadirkan sebagai bentuk kepedulian Pelajar Indonesia di luar negeri khususnya wilayah Amerika Eropa untuk membahas isu-isu yang hangat saat ini yang akan dijadikan poin poin utnuk melahirkan rekomendasi yang nantinya akan diserahkan kepada pemangku kebijakanj terkait. Pada Tanggal 27 hingga 28 April 2019 Para Delegasi PPI negara se Amerika-Eropa berembuk untuk mengidentifikasi dan melahirkan ide-ide untuk melahirkan "Rekomendasi Barcelona Untuk Kemajuan Pariwisata Indonesia yang Berkelanjutan"
Rekomendasi Barcelona ini berisi poin-poin masalah dan ide-ide alternatif untuk pembangunan pariwisata Indonesia dari perspektif para pelajar di Amerika-Eropa yang berkesimpulan:
Berdasarkan uraian rumusan masalah dan rekomendasi yang ditawarkan, maka dapat disimpulkan bahwa potensi pariwisata berdasarkan alam menjadi prioritas utama dalam program pemerintah. Akan tetapi, pentingnya kelengkapan informasi khususnya di lokasi rawan bencana dan dukungan dana yang berkelanjutan menjadi langkah tepat dalam memajukan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan.
Untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0, industri pariwisata Indonesia harus melakukan digitalisasi. Transportasi yang mudah dan akomodasi yang berstandar adalah salah satu hal yang menjadi fokus pembangunan. Tentunya masyarakat dan pihak yang terkait perlu dilibatkan dalam setiap proses dari perencanaan hingga penerapan pembangunan.
Sistem keberlanjutan sangat penting untuk keberlangsungan pariwisata di Indonesia dimana akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, sosial, dan finansial. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan generasi milenial dapat mempercepat dan mempermudah penerapan sistem keberlanjutan. Pihak-pihak terkait harus dapat terus bersinergi dengan baik dalam memajukan pariwisata di Indonesia.
Dengan kepedulian para Pelajar Indonesia di Amerika-Eropa ini terhadap bangsanya mereka tidak ingin rekomendasi ini hanya menjadi kertas arsip belaka, maka rangkaian acara ini ditutup dengan penyerahan "Rekomendasi Barcelona" ini kepada Ibu Esty sebagai perwakilan pemerintah di Kementerian Pariwisata yang dilakukan oleh Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika-Eropa. Koordinator Publikasi SAE) dan W. Kurniawan (Ketua PPI Spanyol 2015-2016)