Sandiaga Salahuddin Uno mengaku pernah mendapat tekanan politik dari banyak pihak, terutama saat menyandang status Cawagub Anies Baswedan (2017) dan Cawapres Prabowo (2019).
- Sandiaga Uno: PPP All Out Dukung Program Ganjar-Mahfud Naikkan Gaji Guru Rp30 Juta Dukung Program Ganjar-Mahfud Naikkan Gaji Guru Rp30 Juta
- Sandi Uno: Menteri dari PPP Kawal Jokowi sampai Akhir Masa Jabatan
- Mahfud MD yang Dipilih jadi Cawapres Ganjar, Sandiaga Uno: Selamat Berjuang
Baca Juga
Cerita itu disampaikan Sandi, sapaan akrabnya, saat ditanya soal pernyataan Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, yang menyebut menteri-menteri sudah tidak tahan di kabinet Indonesia Maju.
Menurutnya, cara untuk tidak mendapat tekanan politik selama Pemilu adalah merangkul hati masyarakat. Dia mengakui, Paslon nomor urut 1 dan 2 merupakan lawan berat.
"Saya pernah mengalami, 2017 dan 2019 kampanye di bawah tekanan dan intimidasi. Tapi saya meyakini, kali ini masyarakat mulai dewasa, dan semua sudah melihat, bagaimana demokrasi yang sehat itu, harus Luber Jurdil, itu harus kita jaga bersama-sama masyarakat, yang nanti akan menjadi mitra dari demokrasi kita," ujarnya seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL.
Sandi mengaku bersyukur, karena PPP hingga saat ini masih menjalankan amanat partai dengan semangat amar ma'ruf nahi munkar.
"Insya Allah, dari doa para ulama, para Caleg PPP dan kader, serta relawan pemenangan Ganjar-Mahfud, tetap semangat, termotivasi bekerja, terutama di 87 hari ini," tutupnya.
- Maruf Amin Pastikan MUI Jaga Netralitas di Pemilu 2024
- Imbas Data Pemilih Bocor, KAMMI Laporkan Pimpinan KPU ke DKPP
- DPR Telisik Dugaan Kebocoran Data Pemilu 2024