Rotasi jabatan anggota DPR, Ribka Tjiptaning dari Komisi IX ke Komisi VII merupakan bentuk penertiban oleh Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) atas sikapnya yang menuai kontroversi.
- Koalisi Gerindra-PKB Telurkan 5 Kesepakatan
- Prabowo Subianto: Joko Widodo Adalah Presiden Terbaik yang Pernah Dimiliki Indonesia
- Kumpulkan Kader, Lokot Nasution: Kita Panaskan Mesin Jemput Kemenangan Partai Demokrat
Baca Juga
Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menyampaikan, Ribka Tjiptaning dirotasi karena imbas dari kritik kerasnya terhadap program vaksinasi. Beberapa waktu lalu, politisi berlatar belakang dokter ini menolak divaksin Sinovac.
“Ia terbukti tidak loyal pada PDIP yang menaunginya, sementara PDIP adalah motor pemerintah. Sehingga anomali jika berseberangan (dengan PDIP),” ucap Dedi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (19/1).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion ini mengatakan, pergeseran posisi Ribka Tjiptaning bukanlah bagian dari pembungkaman.
“Kondisi ini tidak berarti ada pembungkaman, melainkan penertiban kader agar satu suara. Pembungkaman itu kalau dilakukan oleh pihak berlawanan secara kepentingan,” katanya.
Kritik dalam politik memang diperlukan. Namun demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut fraksi, bukan perseorangan. Oleh karenanya, kritikan seorang anggota parlemen harus sejalan dengan keputusan fraksi.
Namun hal ini tidak tercermin dalam sikap Ribka Tjiptaning yang menolak vaksinasi pemerintah. Padahal PDIP sendiri secara tegas mendukung penuh vaksinasi dalam rangka memutus penyebaran Covid-19.
“Itu artinya suara yang dilihat adalah fraksi, bukan orang per orang. Ketika ada satu yang berbeda, maka dianggap anomali,” tandasnya.
- Pujakesuma Deklarasi Dukung Ganjar Pranowo Presiden 2024 di Deli Serdang
- Dhiyaul Hayati: Rp 1,14 Triliun Silpa 2021 Baiknya Untuk Pemulihan Ekonomi Rakyat dan Penanggulangan Banjir
- Dhiyaul Hayati: Rp 1,14 Triliun Silpa 2021 Baiknya Untuk Pemulihan Ekonomi Rakyat dan Penanggulangan Banjir