Oleh : Aswan Jaya (Direktur Aswaja Institut Dan Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Sumut)
" itemprop="description"/>Oleh : Aswan Jaya (Direktur Aswaja Institut Dan Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Sumut)
"/>Oleh : Aswan Jaya (Direktur Aswaja Institut Dan Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Sumut)
"/>
Dalam kajian komunikasi politik, selain pesan dan saluran ada faktor yang teramat penting untuk memainkan situasi dan sistem politik. Ia disebut komunikator politik. Peran komunikator politik ini sesungguhnya bisa dilakukan siapa saja.
Setiap orang yang sedang berbicara tentang politik, diparlemen, perkuliahan bahkan sampai warung kopi sekalipun bisa disebut sebagai komunikator politik. Namun ada perbedaan kualitas di antara masing-masing komunikator politik tersebut.
Yang paling utama, komunikator politik itu adalah para pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena mereka aktif menciptakan pesan politik bagi kepentingan politis mereka. Dalam hal ini, mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik, misalnya Presiden, Menteri, anggota DPR, MPR, KPU, Gubernur, Bupati/Walikota, DPRD, politisi fungsionaris partai politik, LSM dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bisa memengaruhi jalannya pemerintahan.
Komunikator politik utama memainkan peran sosial yang utama, khususnya dalam pembentukan opini publik. Karl Popper mengemukakan ”teori pelopor mengenai opini publik” yang menyatakan bahwa opini publik seluruhnya dibangun di sekitar komunikator politik.
Dalam proses politik hampir tidak mungkin para pemimpin atau komunikator politik tidak berupaya membentuk opini publik. Mereka menciptakan opini karena berhasil membuat beberapa gagasan, yang awalnya ditolak, kemudian dipertimbangkan dan akhirnya diterima khalayak.
Hubungan antara komunikator dan khalayak menjadi bagian integral dari sistem sosial. Komunikator Politik menduduki posisi penting dalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan dengan menolak dan memilih informasi yang semuanya terjadi dalam sistem sosial yang bersangkutan.
Karena itu, komunikator politik memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam pembentukan opini publik. Secara umum, komunikator politik dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni :
Politikus
Politikus adalah orang yang memiliki otoritas untuk berkomunikasi sebagai wakil dari kelompok atau khalayak, yang pesan-pesannya mengajukan dan melindungi tujuan kepentingan politik. Politikus didefinisikan juga sebagai seseorang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudikatif.
Ada dua jenis politikus, pertama politikus ideolog ; orang yang dalam proses politik lebih memperjuangkan kepentingan bersama atau publik yang mempunyai aktivitas membuat kebijakan luas, mengusahakan reformasi dan bahkan mendukung perubahan revolusioner. Menolak politik uang dan kesehariannya selalu bersama rakyat, sederhana dan jujur.
Sang politikus ideolog akan selalu hadir dan menjadi komunikator politik untuk semua persoalan rakyat walau sedikitpun tidak ada kepentingannya di dalam. Baginya menyampaikan pesan dan motivasi rakyat agar selalu dijalan kebenaran adalah kebehagiaan tersendiri.
Sedangkan yang kedua politikus partisan ; orang yang dalam proses politik lebih memperjuangkan kepentingan pribadi atau kelompoknya saja. Politikus partisan ini akan menjalin komunikasi dengan rakyat hanya pada saat tertentu saja. Saat kepentingannya hadir, maka pada saat itulah ia bersama rakyat dan menyampaikan pesan-pesan untuk menguntungkan kepentingan politiknya saja.
Komunikator Profesional
Komunikator profesional ialah orang yang menghubungkan golongan elite dalam organisasi atau komunitas dengan khalayak umum dan sekaligus merupakan orang yang mata pencariannya dengan cara berkomunikasi karena hal tersebut merupakan keahliannya.
Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama, yaitu munculnya media massa dan perkembangan media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus dan stasiun radio) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan.
Pesan yang dihasilkan komunikator profesional tidak memiliki hubungan pasti dengan pikiran dan tanggapannya sendiri. Yang termasuk dalam katagori komunikator profesional di antaranya jurnalis dan promotor.
Aktivis atau Komunikator Paruh Waktu (Part Time)
Aktivis ialah orang yang cukup banyak terlibat dalam kegiatan politik atau komunikasi politik, tetapi tidak menjadikan kegiatan tersebut sebagai lapangan pekerjaannya. Katagori komunikasi ini adalah juru bicara (spokeman), pemuka pendapat (opinion leader) dan pengamat.
Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Tugas komunikator aktivis adalah, pertama, juru bicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya, orang ini tidak memegang atau mencita-citakan jabatan di pemerintahan. Dalam konteks ini, komunikator tersebut tidak seperti politikus yang menjadikan politik sebagai lapangan kerjanya.
Juru bicara juga bukan seorang profesional dalam bidang komunikasi. Berbicara demi kepentingan yang terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran politikus partisan, yakni mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi.
Kedua, pemuka pendapat yang bergerak dalam jaringan interpersonal. Suatu badan penelitian yang besar menunjukkan bahwa banyak warga negara dihadapkan pada pembuatan keputusan yang bersifat politis; mereka meminta petunjuk kepada orang-orang yang dihormati, baik untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya maupun memperkuat putusan yang dibuatnya.
Tiga kelompok komunikator di atas dengan sendirinya akan menempatkan setiap orang pada posisinya masing-masing. Bagi para politikus, jadilah komunikator politik yang ideologis karena itu sangat membahagiakan dan rakyatpun sangat merindukannya.[R]
Oleh : Aswan Jaya (Direktur Aswaja Institut Dan Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Sumut)
Dalam kajian komunikasi politik, selain pesan dan saluran ada faktor yang teramat penting untuk memainkan situasi dan sistem politik. Ia disebut komunikator politik. Peran komunikator politik ini sesungguhnya bisa dilakukan siapa saja.
Setiap orang yang sedang berbicara tentang politik, diparlemen, perkuliahan bahkan sampai warung kopi sekalipun bisa disebut sebagai komunikator politik. Namun ada perbedaan kualitas di antara masing-masing komunikator politik tersebut.
Yang paling utama, komunikator politik itu adalah para pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena mereka aktif menciptakan pesan politik bagi kepentingan politis mereka. Dalam hal ini, mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik, misalnya Presiden, Menteri, anggota DPR, MPR, KPU, Gubernur, Bupati/Walikota, DPRD, politisi fungsionaris partai politik, LSM dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bisa memengaruhi jalannya pemerintahan.
Komunikator politik utama memainkan peran sosial yang utama, khususnya dalam pembentukan opini publik. Karl Popper mengemukakan ”teori pelopor mengenai opini publik” yang menyatakan bahwa opini publik seluruhnya dibangun di sekitar komunikator politik.
Dalam proses politik hampir tidak mungkin para pemimpin atau komunikator politik tidak berupaya membentuk opini publik. Mereka menciptakan opini karena berhasil membuat beberapa gagasan, yang awalnya ditolak, kemudian dipertimbangkan dan akhirnya diterima khalayak.
Hubungan antara komunikator dan khalayak menjadi bagian integral dari sistem sosial. Komunikator Politik menduduki posisi penting dalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan dengan menolak dan memilih informasi yang semuanya terjadi dalam sistem sosial yang bersangkutan.
Karena itu, komunikator politik memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam pembentukan opini publik. Secara umum, komunikator politik dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni :
Politikus
Politikus adalah orang yang memiliki otoritas untuk berkomunikasi sebagai wakil dari kelompok atau khalayak, yang pesan-pesannya mengajukan dan melindungi tujuan kepentingan politik. Politikus didefinisikan juga sebagai seseorang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudikatif.
Ada dua jenis politikus, pertama politikus ideolog ; orang yang dalam proses politik lebih memperjuangkan kepentingan bersama atau publik yang mempunyai aktivitas membuat kebijakan luas, mengusahakan reformasi dan bahkan mendukung perubahan revolusioner. Menolak politik uang dan kesehariannya selalu bersama rakyat, sederhana dan jujur.
Sang politikus ideolog akan selalu hadir dan menjadi komunikator politik untuk semua persoalan rakyat walau sedikitpun tidak ada kepentingannya di dalam. Baginya menyampaikan pesan dan motivasi rakyat agar selalu dijalan kebenaran adalah kebehagiaan tersendiri.
Sedangkan yang kedua politikus partisan ; orang yang dalam proses politik lebih memperjuangkan kepentingan pribadi atau kelompoknya saja. Politikus partisan ini akan menjalin komunikasi dengan rakyat hanya pada saat tertentu saja. Saat kepentingannya hadir, maka pada saat itulah ia bersama rakyat dan menyampaikan pesan-pesan untuk menguntungkan kepentingan politiknya saja.
Komunikator Profesional
Komunikator profesional ialah orang yang menghubungkan golongan elite dalam organisasi atau komunitas dengan khalayak umum dan sekaligus merupakan orang yang mata pencariannya dengan cara berkomunikasi karena hal tersebut merupakan keahliannya.
Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama, yaitu munculnya media massa dan perkembangan media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus dan stasiun radio) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan.
Pesan yang dihasilkan komunikator profesional tidak memiliki hubungan pasti dengan pikiran dan tanggapannya sendiri. Yang termasuk dalam katagori komunikator profesional di antaranya jurnalis dan promotor.
Aktivis atau Komunikator Paruh Waktu (Part Time)
Aktivis ialah orang yang cukup banyak terlibat dalam kegiatan politik atau komunikasi politik, tetapi tidak menjadikan kegiatan tersebut sebagai lapangan pekerjaannya. Katagori komunikasi ini adalah juru bicara (spokeman), pemuka pendapat (opinion leader) dan pengamat.
Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Tugas komunikator aktivis adalah, pertama, juru bicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya, orang ini tidak memegang atau mencita-citakan jabatan di pemerintahan. Dalam konteks ini, komunikator tersebut tidak seperti politikus yang menjadikan politik sebagai lapangan kerjanya.
Juru bicara juga bukan seorang profesional dalam bidang komunikasi. Berbicara demi kepentingan yang terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran politikus partisan, yakni mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi.
Kedua, pemuka pendapat yang bergerak dalam jaringan interpersonal. Suatu badan penelitian yang besar menunjukkan bahwa banyak warga negara dihadapkan pada pembuatan keputusan yang bersifat politis; mereka meminta petunjuk kepada orang-orang yang dihormati, baik untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya maupun memperkuat putusan yang dibuatnya.
Tiga kelompok komunikator di atas dengan sendirinya akan menempatkan setiap orang pada posisinya masing-masing. Bagi para politikus, jadilah komunikator politik yang ideologis karena itu sangat membahagiakan dan rakyatpun sangat merindukannya.
Oleh : Aswan Jaya (Direktur Aswaja Institut Dan Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik DPD PDI Perjuangan Sumut)
© Copyright 2024, All Rights Reserved