Politik fitnah ini menurut dia, tak ubahnya politik keputusasaan. Putus asa karena kegagalan, berkiprah dan lain lain. Politik kebencian akan melahirkan manusia mediokrit.
\"Kita harus bersatu lawan devide et impera masa kini,\" ucapnya.
Fadli menekankan, hanya orang beriman yang tahan terhadap provokasi, teror, fitnah, intimidiasi dan adu domba.
Masih kesempatan yang sama, Dewan Kebudayaan Ciamis Miming Mujamil mengingatkan bahwa bangsa yang besar menghargai jasa pahlawannya. Sebab itulah tidak boleh melupakan sejarah.
\"Kita harus paham falsafah di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung,\" terangnya.
Miming berpendapat, falsafah Sunda \'sabibilungan, sareundeuk saigel sapihanean\' perlu dibumikan untuk mencegah politik pecah belah di era kekinian.
\"Harus kompak dan gotong royong,\" pesannya.[R]" itemprop="description"/>
Politik fitnah ini menurut dia, tak ubahnya politik keputusasaan. Putus asa karena kegagalan, berkiprah dan lain lain. Politik kebencian akan melahirkan manusia mediokrit.
\"Kita harus bersatu lawan devide et impera masa kini,\" ucapnya.
Fadli menekankan, hanya orang beriman yang tahan terhadap provokasi, teror, fitnah, intimidiasi dan adu domba.
Masih kesempatan yang sama, Dewan Kebudayaan Ciamis Miming Mujamil mengingatkan bahwa bangsa yang besar menghargai jasa pahlawannya. Sebab itulah tidak boleh melupakan sejarah.
\"Kita harus paham falsafah di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung,\" terangnya.
Miming berpendapat, falsafah Sunda \'sabibilungan, sareundeuk saigel sapihanean\' perlu dibumikan untuk mencegah politik pecah belah di era kekinian.
\"Harus kompak dan gotong royong,\" pesannya.[R]"/>
Politik fitnah ini menurut dia, tak ubahnya politik keputusasaan. Putus asa karena kegagalan, berkiprah dan lain lain. Politik kebencian akan melahirkan manusia mediokrit.
\"Kita harus bersatu lawan devide et impera masa kini,\" ucapnya.
Fadli menekankan, hanya orang beriman yang tahan terhadap provokasi, teror, fitnah, intimidiasi dan adu domba.
Masih kesempatan yang sama, Dewan Kebudayaan Ciamis Miming Mujamil mengingatkan bahwa bangsa yang besar menghargai jasa pahlawannya. Sebab itulah tidak boleh melupakan sejarah.
\"Kita harus paham falsafah di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung,\" terangnya.
Miming berpendapat, falsafah Sunda \'sabibilungan, sareundeuk saigel sapihanean\' perlu dibumikan untuk mencegah politik pecah belah di era kekinian.
\"Harus kompak dan gotong royong,\" pesannya.[R]"/>
Politik pecah belah bukan hal baru karena sudah ada sebetulnya sejak zaman kolonial.
"Sejak dulu banyak kelompok pembangkang terhadap konsep NKRI yang sengaja ingin merobohkan empat konsensus nasional, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika," ujar pengasuh Ponpes Darussalam Ciamis, Fadlil Yani Ainusyamsi dalam halaqah kebangsaan di Aula Pesantren Ar-Risalah, Minggu (24/2) seperti dilansir dari RMOL Jabar.
Politik fitnah ini menurut dia, tak ubahnya politik keputusasaan. Putus asa karena kegagalan, berkiprah dan lain lain. Politik kebencian akan melahirkan manusia mediokrit.
"Kita harus bersatu lawan devide et impera masa kini," ucapnya.
Fadli menekankan, hanya orang beriman yang tahan terhadap provokasi, teror, fitnah, intimidiasi dan adu domba.
Masih kesempatan yang sama, Dewan Kebudayaan Ciamis Miming Mujamil mengingatkan bahwa bangsa yang besar menghargai jasa pahlawannya. Sebab itulah tidak boleh melupakan sejarah.
"Kita harus paham falsafah di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung," terangnya.
Miming berpendapat, falsafah Sunda 'sabibilungan, sareundeuk saigel sapihanean' perlu dibumikan untuk mencegah politik pecah belah di era kekinian.
"Harus kompak dan gotong royong," pesannya.[R]
Politik pecah belah bukan hal baru karena sudah ada sebetulnya sejak zaman kolonial.
"Sejak dulu banyak kelompok pembangkang terhadap konsep NKRI yang sengaja ingin merobohkan empat konsensus nasional, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika," ujar pengasuh Ponpes Darussalam Ciamis, Fadlil Yani Ainusyamsi dalam halaqah kebangsaan di Aula Pesantren Ar-Risalah, Minggu (24/2) seperti dilansir dari RMOL Jabar.
Politik fitnah ini menurut dia, tak ubahnya politik keputusasaan. Putus asa karena kegagalan, berkiprah dan lain lain. Politik kebencian akan melahirkan manusia mediokrit.
"Kita harus bersatu lawan devide et impera masa kini," ucapnya.
Fadli menekankan, hanya orang beriman yang tahan terhadap provokasi, teror, fitnah, intimidiasi dan adu domba.
Masih kesempatan yang sama, Dewan Kebudayaan Ciamis Miming Mujamil mengingatkan bahwa bangsa yang besar menghargai jasa pahlawannya. Sebab itulah tidak boleh melupakan sejarah.
"Kita harus paham falsafah di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung," terangnya.
Miming berpendapat, falsafah Sunda 'sabibilungan, sareundeuk saigel sapihanean' perlu dibumikan untuk mencegah politik pecah belah di era kekinian.