Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.(QS. 102:1-2)
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepadaTuhannya.(QS. 17:27)
Tak pelak lagi, ternyata ibadah puasa Ramadhan yang dikerjakan ummat Islam setiap tahun itu ternyata senantiasa berada dalam kendali dan pengawalan ketat setan. Tidak secuil pun dari ak-tifitas ibadah puasa Ramadhan tersebut yang luput dari pengawalan setan.
Meskipun kata Ra-sulullah SAW, selama bulan Ramadhan para setan itu diborgol dan dimasukan kedalam penjara. Ternyata mereka (para setan itu) tetap bisa mengendalikan aktifitas puasa ummat, bagaikan pa-ra gembong yang mengendalikan peredaran narkoba dari balik jeruji.
Di bulan Ramadhan ini, komunitas setan menunjukkan kelasnya sebagai motivator sekaligus provokator ulung yang mampu membalikkan cara berpikir dan bertindak ummat. Dengan segala keahlian dan kelihaiannya, setan mampu mengajak ummat hidup hura-hura dan foya-foya justru ketika mereka sedang menjalankan program menahan diri, menahan selera dan hidup sederhana dan hemat yang digagas Allah dan RasulNya.
Ini terlihat dari perilaku keseharian ummat selama menjalankan ibadah puasa Ramadhannya, seperti:
1. Sejak hari pertama Ramadhan, setan sudah menggiring orang-orang yang berpuasa untuk keluar (terutama menjelang waktu berbuka) ke jalan, ke pasar, ke kedai guna berburu ber-bagai macam jenis penganan untuk berbuka puasa, yang pada hari-hari di luar Ramadhan hampir tak pernah dilakukannya, seakan-akan ibadah puasa itu identik dengan makan ma-kan, bukan menahan selera.
2. Berbuka bersama dengan rekan kerja, pejabat, mitra bisnis, komunitas dan teman-teman sepergaulan lainnya, di kafe-kafe, restaurant-restauran, di hotel-hotel dan di tempat-tem-pat bergengsi lainnya. Bukan dengan anak panti asuhan, fakir miskin dan kaum duafa lain-nya.
3. Hampir selamanya jamuan buka bersama dan makan malam tersebut mencerminkan hura-hura, foya-foya, pemborosan, menyisakan banyak minuman, makanan dan penganan lain-nya. Mubazir dan pemborosan yang ditentang keras oleh Allah sebagai perbuatan setan.
4. Menghambur-hamburkan uang untuk membeli pakaian, perabot, kendaraan, alat elektro-nik, handphone, memperbaiki rumah, mengganti gordiyn, membeli tiket, biaya pulang ke kampung, rekreasi dan wisata yang sama sekali tidak ada nilai ibadahnya, seperti bershada-qah, berinfaq, memberi makan anak yatim dan fakir miskin, orang-orang yang berbuka di masjid dan mushalla sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah dan RasulNya.
5. Menghabiskan waktu untuk berbelanja, memperbaiki rumah, kendaraan yang akan diguna-kan untuk berhari raya, membuat kue dan penganan lainnya, pulang kampung dan wisata yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan ibadah puasa Ramadhan seperti memba-ca al-Qur’an, iktiqaf di masjid, mengunjungi ulama, diskusi ke Islaman, membaca buku, ma-jalah, bulletin, tabloid dan bacaan-bacaan yang berisi ilmu pengetahuan lainnya.
6. Membuang-buang makanan dan minuman (di hari raya), di mana sisa dari yang makanan dan minuman yang dimakan dan diminum oleh tamu yang datang berkunjung ke rumah ke tempat sampah dan saluran pembuangan. Sungguh sangat tidak sebanding antara manfaat yang didapat dari ibadah puasa dengan mu-dharat yang ditimbulkan dari efek pemahaman yang keliru terhadap maksud dan tujuan dari ibadah puasa bagi pembinaan diri manusia.
Oleh karena itu, ayo saudara-saudaraku. Mari kita evaluasi praktek ibadah puasa Ramadhan yang kita kerjakan selama ini, apakah sudah sesuai dengan ibadah puasa yang dituntun dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW atau belum***
Penulis merupakan pengurus KAHMI Sumut
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.(QS. 102:1-2)
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepadaTuhannya.(QS. 17:27)
Tak pelak lagi, ternyata ibadah puasa Ramadhan yang dikerjakan ummat Islam setiap tahun itu ternyata senantiasa berada dalam kendali dan pengawalan ketat setan. Tidak secuil pun dari ak-tifitas ibadah puasa Ramadhan tersebut yang luput dari pengawalan setan.
Meskipun kata Ra-sulullah SAW, selama bulan Ramadhan para setan itu diborgol dan dimasukan kedalam penjara. Ternyata mereka (para setan itu) tetap bisa mengendalikan aktifitas puasa ummat, bagaikan pa-ra gembong yang mengendalikan peredaran narkoba dari balik jeruji.
Di bulan Ramadhan ini, komunitas setan menunjukkan kelasnya sebagai motivator sekaligus provokator ulung yang mampu membalikkan cara berpikir dan bertindak ummat. Dengan segala keahlian dan kelihaiannya, setan mampu mengajak ummat hidup hura-hura dan foya-foya justru ketika mereka sedang menjalankan program menahan diri, menahan selera dan hidup sederhana dan hemat yang digagas Allah dan RasulNya.
Ini terlihat dari perilaku keseharian ummat selama menjalankan ibadah puasa Ramadhannya, seperti:
1. Sejak hari pertama Ramadhan, setan sudah menggiring orang-orang yang berpuasa untuk keluar (terutama menjelang waktu berbuka) ke jalan, ke pasar, ke kedai guna berburu ber-bagai macam jenis penganan untuk berbuka puasa, yang pada hari-hari di luar Ramadhan hampir tak pernah dilakukannya, seakan-akan ibadah puasa itu identik dengan makan ma-kan, bukan menahan selera.
2. Berbuka bersama dengan rekan kerja, pejabat, mitra bisnis, komunitas dan teman-teman sepergaulan lainnya, di kafe-kafe, restaurant-restauran, di hotel-hotel dan di tempat-tem-pat bergengsi lainnya. Bukan dengan anak panti asuhan, fakir miskin dan kaum duafa lain-nya.
3. Hampir selamanya jamuan buka bersama dan makan malam tersebut mencerminkan hura-hura, foya-foya, pemborosan, menyisakan banyak minuman, makanan dan penganan lain-nya. Mubazir dan pemborosan yang ditentang keras oleh Allah sebagai perbuatan setan.
4. Menghambur-hamburkan uang untuk membeli pakaian, perabot, kendaraan, alat elektro-nik, handphone, memperbaiki rumah, mengganti gordiyn, membeli tiket, biaya pulang ke kampung, rekreasi dan wisata yang sama sekali tidak ada nilai ibadahnya, seperti bershada-qah, berinfaq, memberi makan anak yatim dan fakir miskin, orang-orang yang berbuka di masjid dan mushalla sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah dan RasulNya.
5. Menghabiskan waktu untuk berbelanja, memperbaiki rumah, kendaraan yang akan diguna-kan untuk berhari raya, membuat kue dan penganan lainnya, pulang kampung dan wisata yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan ibadah puasa Ramadhan seperti memba-ca al-Qur’an, iktiqaf di masjid, mengunjungi ulama, diskusi ke Islaman, membaca buku, ma-jalah, bulletin, tabloid dan bacaan-bacaan yang berisi ilmu pengetahuan lainnya.
6. Membuang-buang makanan dan minuman (di hari raya), di mana sisa dari yang makanan dan minuman yang dimakan dan diminum oleh tamu yang datang berkunjung ke rumah ke tempat sampah dan saluran pembuangan. Sungguh sangat tidak sebanding antara manfaat yang didapat dari ibadah puasa dengan mu-dharat yang ditimbulkan dari efek pemahaman yang keliru terhadap maksud dan tujuan dari ibadah puasa bagi pembinaan diri manusia.
Oleh karena itu, ayo saudara-saudaraku. Mari kita evaluasi praktek ibadah puasa Ramadhan yang kita kerjakan selama ini, apakah sudah sesuai dengan ibadah puasa yang dituntun dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW atau belum***