Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan, Universitas Padjajaran, Prof Muradi mengatakan Indonesia perlu mempertimbangkan untuk pembatalan kerjasama pembuatan jet tempur dengan Korea Selatan yang dikenal dengan proyek Jet Tempur KFX/IFX. Sebab, kerjasama ini dari berbagai sisi sangat merugikan Indonesia baik dari sisi anggaran hingga dari sisi menjaga kepercayaan dalam urusan bisnis setelah Jet Tempur tersebut nantinya selesai diproduksi.
Hal ini disampaikannya dalam diskusi virtual RMOL World View "Persimpangan Jalan Proyek Persahabatan Jet Tempur KFX/IFX" yang digelar kantor berita politik RMOL, Senin (12/10).
"Jika hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita, maka anggaran yang dikeluarkan itu terlalu mahal. Mending kita beli saja," katanya.
Dijelaskan Prof Muradi, dalam kerjasama ini Indonesia juga akan menjadi terbeban karena diwajibkan untuk mampu memasarkan produk tersebut. Padahal, semua sudah mengetahui bahwa teknologi pada jet tempur ini sudah tertinggal yakni menerapkan teknologi 4.5 jauh dengan teknologi pada jet tempur yang kini dikembangkan beberapa negara lain yang sudah menerapkan diatas 5.
"Nah itu yang akan jadi beban Indonesia, karena produknya saya kira tidak lagi Marketabel nantinya. Korea Selatan itu dalam kerjasama ini saya bisa sebut rewel. Apalagi juga ternyata diketahui bahwa, Korea Selatan punya masalah teknologi didalamnya dimana teknologi yang mereka terapkan ternyata mereka serap dari Amerika juga. Jadi tidak ada transfer teknologi disitu," ujarnya.
Memang kata Muradi, jika dibatalkan maka ini akan berdampak pada banyak hal termasuk hubungan Indonesia dan Korea Selatan yang selama ini terjaga dengan baik. Namun, menurutnya hal ini tidak bisa semata menjadi alasan untuk tetap mempertahankan kerjasama karena Indonesia tidak akan diuntungkan.
"Banyak tawaran ToT dari negara-negara lain sebut saja dari Brasil, Swedia bahkan Rusia sendiri," sebutnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved