Pesepakbola Medan kelahiran Tanjung Morawa 2 Februari 1956 ini adalah kiper legendaris PSMS Medan dan Timnas Indonesia.
Pemain yang pernah memperkuat PS Medan Utara dan pengidola Ronny Pasla ini dikenal dengan kegesitan dan kecermatannya dalam menjaga gawang tim yang dibelanya.
Ponirin mulai tertarik bermain sepakbola sejak masih anak - anak di tanah kelahirannya Sei Merah, Tanjung Morawa.
Sejak kecil dirinya hobi bermain bola dengan mengumpulkan bungkus daun pisang yang digulung untuk menjadi bola. Ponirin muda kemudian bergabung dengan klub amatir binaan Lonsum yaitu PSSD yang merupakan klub anggota PSDS Deli Serdang pada 1976. Setahun kemudian dirinya dipanggil untuk memperkuat PSDS sebagai kiper utama dalam kompetisi Divisi I Perserikatan PSSI.
Kemampuannya yang gemilang kemudian membawanya ke Medan untuk bergabung dengan klub anggota PSMS yaitu PS Kinantan bersama rekan seangkatannya Suimin Diharja dan Nazaruddin yang diasuh oleh pelatih Tengku Azwani. Setahun kemudian Ponirin Meka pindah ke Medan Putra. Dan di klub ini kemampuannya sebagai kiper makin mengkilap.
Bakatnya yang besar kemudian tercium oleh pengelola klub Medan Utara yaitu M.Zein yang kemudian mengajaknya untuk bergabung dengan klub Medan Utara pada 1979. Di klub Medan Utara inilah bakatnya sebagai kiper yang handal mulai terasah dengan semakin matang hingga akhirnya sukses mengangkat prestasi klub Medan Utara dalam kompetisi antar klub anggota PSMS Medan.
Kemampuan Ponirin Meka yang handal inilah yang kemudian menghantarkan Ponirin Meka mulai dipanggil memperkuat PSMS Medan dalam berbagi event dan turnamen untuk melapis kiper utama Taufik Lubis. Pada turnamen Fatahillah Cup 1982 nama Ponirin Meka mulai merekah sebagai calon kiper handal PSMS Medan. Di Semifinal menghadapi Persija pelatih PSMS Herman Tamaela mempercayakan Ponirin Meka untuk tampil sebagai kiper inti menggantikan Taufik Lubis yang tidak fit kondisinya,
Ternyata Ponirin Meka tidak kagok bermain sebagai kiper inti di Semifinal menghadapi Persija yang waktu itu diperkuat bintang – bintang Timnas seperti Ristomoyo dan Budi Tanoto. Kegemilangannya di bawah mistar membawa PSMS Medan sukses lolos ke final setelah mengalahkan Persija 2-1. Di final melawan PSIS Semarang Ponirin Meka kembali dipercaya mengawal gawang PSMS dan kegemilangannya di bawah mistar membawa PSMS Medan sukses menjadi Juara setelah di Final mengalahkan PSIS 2-1.
Usai membawa PSMS Medan menjuarai Fatahillah Cup 1982 ini, Ponirin Meka dipercaya untuk menjadi penjaga gawang utama PSMS Medan menggantikan Taufik Lubis yang mundur sebagai kiper PSMS.
Pada Divisi Utama Perserikatan PSSI 1982/1983 trio pelatih PSMS Medan Wibisono, Zulkarnaen Pasaribu dan Parlin Siagian mempercayakan posisi kiper PSMS kepada Ponirin Meka. Kepercayaan ini dibalas dengan penampilan apik dan menawan dari Ponirin Meka hingga akhirnya membawa PSMS lolos ke Final mengahadapi Persib Bandung.
Pada final melawan Persib ini Ponirin Meka menjadi pahlawan PSMS karena sukses membawa PSMS Medan menjadi Juara setelah mengalahkan Persib 3-2 dalam drama adu penalti. Adu penalti ini berlangsung karena dalam babak normal dan perpanjangan waktu kedua tim bermain imbang 0-0. Dalam drama adu penalti ini hanya dua eksekutor Persib yang mampu menjebol gawang PSMS yang dikawal Ponirin Meka, yaitu Bambang Sukowiyono dan Wawan Karnawan. Tiga penendang lainnya yaitu Giantoro, Wolter Sulu dan Adjat Sudrajat, berhasil ditepis dengan gemilang oleh Ponirin Meka.
Dari PSMS 3 eksekutornya yaitu Sunardi B, Sunardi A dan Suherman. Gelar ini sendiri adalah gelar Juara Kejurnas/Divisi Utama Perserikatan PSSI yang ke-5 untuk PSMS setelah sebelumnya sukses menjadi Juara pada 1967,1969.1971 dan 1975 (Juara Bersama dengan Persija)
Keberhasilan ini membuat Ponirin Meka mulai dilirik oleh Timnas. Pada turnamen Merdeka Games 1984 Timnas Perserikatan yang waktu dilatih oleh Legenda PSMS dan Timnas Yuswardi memanggil Ponirin Meka bersama 3 rekannya di PSMS yaitu Sakum Nugroho, Yusnik Adiputra dan Reno Latuperissa. Walau dalam turnamen ini Timnas gagal menjadi Juara namun penampilan Ponirin Meka menuai pujian.
Pada Divisi Utama Perserikatan PSSI 1984/1985 pelatih PSMS Medan Parlin Siagian kembali mempercayakan Ponirin Meka untuk menjadi Kiper Utama PSMS. Ponirin Meka bersama rekan – rekannya tampil apik hingga akhirnya sukses membawa PSMS Medan lolos ke Final. Pada Final 1984/1985 ini PSMS kembali menghadapi Persib Bandung.
Dalam babak normal dan perpanjangan waktu kedua tim bermain imbang 2-2 dan akhirnya final harus diselesaikan lewat drama adu penalty. Di babak adu penalti, Ponirin kembali menjadi pahlawan PSMS Medan. Eksekusi Iwan Sunarya, Adeng Hudaya, Dede Iskandar, dan Robby Darwis sukses dibendung Ponirin Meka.Hanya Adjat Sudrajat yang sukses mencetak gol. Kemenangan PSMS ditentukan oleh eksekusi penendang ketiga PSMS Musimin dan penendang kelima PSMS Mameh Sudiono yang tak mampu dicegah kiper Persib Bandung Sobur.
Inilah gelar Juara ke-6 bagi PSMS Medan di Divisi Utama Perserikatan PSSI yang disambut meriah oleh para pendukung PSMS Medan baik ketika di Jakarta maupun ketika kembali ke Medan
Penampilan memukau bersama PSMS kemudian kembali membawanya masuk tim Garuda. Ponirin menjadi kiper utama ketika Indonesia tampil menawan di Asian Games 1986 di Seoul. Indonesia melaju ke Semifinal setelah di perdelapan final mengalahkan Malaysia 1-0 dan di perempatfinal mengalahkan Uni Emirat Arab dengan adu penalti, 6-5 (2-2 di waktu normal). Ponirin menggagalkan penalti UEA di babak kedua sekali dan sekali lagi pada adu penalti.
Sayang kemudian Timnas kalah 0-4 dari tuan rumah Korea Selatan dan kalah 0-5 saat perebutan tempat ketiga melawan Kuwait.
Pemain yang dijuluki "Si Tangan Emas" ini juga ikut membawa Indonesia meraih Medali Emas untuk pertama kalinya di SEA Games 1987 yang berlangsung di Jakarta. Selama turnamen, Ponirin hanya kebobolan satu gol. Di babak grup Indonesia menang 2-0 atas Brunei Darussalam dan imbang tanpa gol melawan Thailand. Lantas menang 4-1 atas Myanmar di semifinal, dan menang 1-0 atas Malaysia di final melalui gol Ribut Waidi.
Selain bermain bersama PSMS Medan, Ponirin Meka juga sempat bermain bersama Persijatim dalam nanungan klub Bina Taruna. Ponirin Meka pindah ke klub Bina Taruna tidak lama setelah membawa PSMS Medan Juara Divisi Utama Perserikatan PSSI 1985 akibat mutasi tugas dari instansi tempatnya bekerja di Bea Cukai. Ponirin Meka berkarir di Persijatim hingga mundur sebagai pemain dan kemudian beralih menekuni bidang kepelatihan.
Selain tangkas dan cekatan di bawah mistar gawang Ponirin Meka juga dipuja kaum hawa waktu itu karena wajahnya yang ganteng dan mirip dengan bintang idola remaja tahun 80-an Herman Felani.
Seusai pensiun dari Bea Cukai Ponirin Meka bermukim di Sei Merah Deli Serdang dan menekuni profesi sebagai peternak sapi dan memelihara ikan nila dan lele. Beliau benar - benar sudah tidak tertarik lagi untuk berkecimpung dalam dunia sepakbola yang telah membesarkan namanya dan lebih memilih untuk berkumpul bersama keluarga disamping berkecimpung pada bidang pertanian yang ditekuninya.
Dan 10 April 2022 bertepatan dengan 8 Ramadhan 1443 H pukul 16.30 WIB Bang Ponirin Meka dipanggil ALLAH SWT.
Selamat jalan duhai Pahlawan Olahraga Medan, Sumut dan Indonesia. Kenangan kejayaanmu bersama PSMS dan Timnas Indonesia akan tetap hidup di hati kami semua.
Kepada Bang Ponirin Meka terimakasih atas komunikasi kita yang intens selama beberapa tahun terakhir. Bangga rasanya Bang Ponirin mau menjadikan saya sebagai tempat untuk mencurahkan isi hati Bang Ponirin tentang sepakbola kepada saya.***
Penulis adalah pemerhati sepak bola dan Pecinta PSMS Medan
© Copyright 2024, All Rights Reserved