Menurut Adji, selama ini PLTA Batang Toru telah aktif bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah serta stakeholder untuk menjaga kelestarian flora dan fauna. PLTA Batang Toru juga turut aktif dan mengikuti arahan Kementerian LHK terutama melalui BBKSDA dalam memonitor satwa liar seperti orangutan yang masuk ke APL lokasi pembangunan Batang Toru. Diantaranya dengan membangun jembatan arboreal untuk orangutan menjelajah dari hutan ke APL dan sebaliknya, serta mendukung pembangunan demplot pengkayaan pakan orangutan.
\"Itu merupakan rekomendasi-rekomendasi yang sudah disampaikan untuk dilaksanakan dalam pembangunan proyek tersebut,\" ujarnya.
Sementara itu, Senio Advisor Lingkungan PT NSHE Agus Djoko Ismanto mengatakan kawasan pembangunan PLTA Batang Toru berstatus APL, bukan hutan primer. Hal ini dapat dilihat dari vegetasi yang tumbuh di lokasi didominasi pohon karet dan jenis-jenis pohon perkebunan lainnya.
\"Walaupun berada di APL, kami sangat menyadari kelestarian kawasan Batang Toru adalah elemen penting karena proyek ini memilki ketergantungan pada keteraturan suplay air dari alam,\" ungkapnya.
Senior Executive for External Relations PT NSHE Firman Taufick mengatakan mengatakan Indonesia memiliki sumber energi terbarukan berupa panas matahari, air, angin, bioenergi, dan panas bumi. Potenisi sumber energi dari air mencapai 75 ribu MW di seluruh Indonesia. Pemerintah menargetkan bauran dari energi terbarukan dapat mencapai 23�ri total sumber energi pada 2030.
Kehadiran PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) pada saat beban puncak di Sumatera Utara. Pilihan pada PLTA karena lebih bersih dan lebih berkesinambungan. Karena itu kehadiran PLTA Batang Toru akan mendukung pengurangan emisi karbon Sumut dan nasional sebagai langkah kongkrit implementasi Kesepakatan Paris.
\"PLTA Batang Toru wujud kongkrit untuk menghadirkan green energy di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Kehadiran PLTA Batang Toru memberikan manfaat sangat penting bagi Sumatera Utara, Indonesia, dan dunia. Dari sisi energi, PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang memakai energi fosill pada saat beban puncak di Sumut,\" jelasnya.
Dari sisi ekonomi, dengan memakai sumber energi air maka pemerintah bisa menghemat pengeluaran devisa hingga US$ 400 juta per tahun karena tidak menggunakan bahan bakar fosil. Dari sisi lingkungan, PLTA Batang Toru yang merupakan pembangkit energi terbarukan berkontribusi besar mengurangi emisi karbon nasional yang penting untuk mencegah dan memerangi dampak perubahan iklim yang sedang menjadi ancaman dunia.
\"Jadi kehadiran PLTA Batang Toru juga sebagai langkah kongkrit menerapkan Perjanjian Paris yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia melalui UU No.16 Tahun 2016,†kata Firman. Hasil Kajian Pustaka Alam menunjukkan PLTA Batang Toru dapat mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 1,6 - 2,2 juta metrik ton CO2 atau 4% target sektor energi Indonesia pada 2030,\" pungkasnya." itemprop="description"/>
Menurut Adji, selama ini PLTA Batang Toru telah aktif bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah serta stakeholder untuk menjaga kelestarian flora dan fauna. PLTA Batang Toru juga turut aktif dan mengikuti arahan Kementerian LHK terutama melalui BBKSDA dalam memonitor satwa liar seperti orangutan yang masuk ke APL lokasi pembangunan Batang Toru. Diantaranya dengan membangun jembatan arboreal untuk orangutan menjelajah dari hutan ke APL dan sebaliknya, serta mendukung pembangunan demplot pengkayaan pakan orangutan.
\"Itu merupakan rekomendasi-rekomendasi yang sudah disampaikan untuk dilaksanakan dalam pembangunan proyek tersebut,\" ujarnya.
Sementara itu, Senio Advisor Lingkungan PT NSHE Agus Djoko Ismanto mengatakan kawasan pembangunan PLTA Batang Toru berstatus APL, bukan hutan primer. Hal ini dapat dilihat dari vegetasi yang tumbuh di lokasi didominasi pohon karet dan jenis-jenis pohon perkebunan lainnya.
\"Walaupun berada di APL, kami sangat menyadari kelestarian kawasan Batang Toru adalah elemen penting karena proyek ini memilki ketergantungan pada keteraturan suplay air dari alam,\" ungkapnya.
Senior Executive for External Relations PT NSHE Firman Taufick mengatakan mengatakan Indonesia memiliki sumber energi terbarukan berupa panas matahari, air, angin, bioenergi, dan panas bumi. Potenisi sumber energi dari air mencapai 75 ribu MW di seluruh Indonesia. Pemerintah menargetkan bauran dari energi terbarukan dapat mencapai 23�ri total sumber energi pada 2030.
Kehadiran PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) pada saat beban puncak di Sumatera Utara. Pilihan pada PLTA karena lebih bersih dan lebih berkesinambungan. Karena itu kehadiran PLTA Batang Toru akan mendukung pengurangan emisi karbon Sumut dan nasional sebagai langkah kongkrit implementasi Kesepakatan Paris.
\"PLTA Batang Toru wujud kongkrit untuk menghadirkan green energy di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Kehadiran PLTA Batang Toru memberikan manfaat sangat penting bagi Sumatera Utara, Indonesia, dan dunia. Dari sisi energi, PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang memakai energi fosill pada saat beban puncak di Sumut,\" jelasnya.
Dari sisi ekonomi, dengan memakai sumber energi air maka pemerintah bisa menghemat pengeluaran devisa hingga US$ 400 juta per tahun karena tidak menggunakan bahan bakar fosil. Dari sisi lingkungan, PLTA Batang Toru yang merupakan pembangkit energi terbarukan berkontribusi besar mengurangi emisi karbon nasional yang penting untuk mencegah dan memerangi dampak perubahan iklim yang sedang menjadi ancaman dunia.
\"Jadi kehadiran PLTA Batang Toru juga sebagai langkah kongkrit menerapkan Perjanjian Paris yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia melalui UU No.16 Tahun 2016,†kata Firman. Hasil Kajian Pustaka Alam menunjukkan PLTA Batang Toru dapat mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 1,6 - 2,2 juta metrik ton CO2 atau 4% target sektor energi Indonesia pada 2030,\" pungkasnya."/>
Menurut Adji, selama ini PLTA Batang Toru telah aktif bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah serta stakeholder untuk menjaga kelestarian flora dan fauna. PLTA Batang Toru juga turut aktif dan mengikuti arahan Kementerian LHK terutama melalui BBKSDA dalam memonitor satwa liar seperti orangutan yang masuk ke APL lokasi pembangunan Batang Toru. Diantaranya dengan membangun jembatan arboreal untuk orangutan menjelajah dari hutan ke APL dan sebaliknya, serta mendukung pembangunan demplot pengkayaan pakan orangutan.
\"Itu merupakan rekomendasi-rekomendasi yang sudah disampaikan untuk dilaksanakan dalam pembangunan proyek tersebut,\" ujarnya.
Sementara itu, Senio Advisor Lingkungan PT NSHE Agus Djoko Ismanto mengatakan kawasan pembangunan PLTA Batang Toru berstatus APL, bukan hutan primer. Hal ini dapat dilihat dari vegetasi yang tumbuh di lokasi didominasi pohon karet dan jenis-jenis pohon perkebunan lainnya.
\"Walaupun berada di APL, kami sangat menyadari kelestarian kawasan Batang Toru adalah elemen penting karena proyek ini memilki ketergantungan pada keteraturan suplay air dari alam,\" ungkapnya.
Senior Executive for External Relations PT NSHE Firman Taufick mengatakan mengatakan Indonesia memiliki sumber energi terbarukan berupa panas matahari, air, angin, bioenergi, dan panas bumi. Potenisi sumber energi dari air mencapai 75 ribu MW di seluruh Indonesia. Pemerintah menargetkan bauran dari energi terbarukan dapat mencapai 23�ri total sumber energi pada 2030.
Kehadiran PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) pada saat beban puncak di Sumatera Utara. Pilihan pada PLTA karena lebih bersih dan lebih berkesinambungan. Karena itu kehadiran PLTA Batang Toru akan mendukung pengurangan emisi karbon Sumut dan nasional sebagai langkah kongkrit implementasi Kesepakatan Paris.
\"PLTA Batang Toru wujud kongkrit untuk menghadirkan green energy di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Kehadiran PLTA Batang Toru memberikan manfaat sangat penting bagi Sumatera Utara, Indonesia, dan dunia. Dari sisi energi, PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang memakai energi fosill pada saat beban puncak di Sumut,\" jelasnya.
Dari sisi ekonomi, dengan memakai sumber energi air maka pemerintah bisa menghemat pengeluaran devisa hingga US$ 400 juta per tahun karena tidak menggunakan bahan bakar fosil. Dari sisi lingkungan, PLTA Batang Toru yang merupakan pembangkit energi terbarukan berkontribusi besar mengurangi emisi karbon nasional yang penting untuk mencegah dan memerangi dampak perubahan iklim yang sedang menjadi ancaman dunia.
\"Jadi kehadiran PLTA Batang Toru juga sebagai langkah kongkrit menerapkan Perjanjian Paris yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia melalui UU No.16 Tahun 2016,†kata Firman. Hasil Kajian Pustaka Alam menunjukkan PLTA Batang Toru dapat mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 1,6 - 2,2 juta metrik ton CO2 atau 4% target sektor energi Indonesia pada 2030,\" pungkasnya."/>
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan yang ramah lingkungan memberikan tiga manfaat besar sekaligus dari sisi energi listrik, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat, Sumatera Utara, Indonesia, dan Dunia. Tak hanya itu, kelestarian flora dan satwa liar seperti orangutan akan tetap terjaga kelestariannya karena PLTA Batang Toru telah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA).
Peneliti Utama di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, Wanda Kuswanda mengatakan dalam penelitiannya di Batangtoru selama 15 tahun menunjukkan APL kawasan Batang Toru bukan merupakan habitat utama orangutan. Hal ini berdasarkan hasil analisis populasi penemuan sarang dan sebaran pakan yang lebih banyak pada hutan konservasi maupun hutan lindung. Rendahnya populasi Orangutan di APL karena kawasan ini telah banyak berubah menjadi lahan perkebunan, pertanian, dan pemukiman masyarakat Tapanuli sejak ratusan tahun yang lalu.
"Berdasarkan hasil pengamatan dan yang pernah saya lihat langsung, orangutan di sana sudah banyak yang hidup di ketinggian 600 - 900 meter," kata Wanda.
Menurut Adji, selama ini PLTA Batang Toru telah aktif bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah serta stakeholder untuk menjaga kelestarian flora dan fauna. PLTA Batang Toru juga turut aktif dan mengikuti arahan Kementerian LHK terutama melalui BBKSDA dalam memonitor satwa liar seperti orangutan yang masuk ke APL lokasi pembangunan Batang Toru. Diantaranya dengan membangun jembatan arboreal untuk orangutan menjelajah dari hutan ke APL dan sebaliknya, serta mendukung pembangunan demplot pengkayaan pakan orangutan.
"Itu merupakan rekomendasi-rekomendasi yang sudah disampaikan untuk dilaksanakan dalam pembangunan proyek tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Senio Advisor Lingkungan PT NSHE Agus Djoko Ismanto mengatakan kawasan pembangunan PLTA Batang Toru berstatus APL, bukan hutan primer. Hal ini dapat dilihat dari vegetasi yang tumbuh di lokasi didominasi pohon karet dan jenis-jenis pohon perkebunan lainnya.
"Walaupun berada di APL, kami sangat menyadari kelestarian kawasan Batang Toru adalah elemen penting karena proyek ini memilki ketergantungan pada keteraturan suplay air dari alam," ungkapnya.
Senior Executive for External Relations PT NSHE Firman Taufick mengatakan mengatakan Indonesia memiliki sumber energi terbarukan berupa panas matahari, air, angin, bioenergi, dan panas bumi. Potenisi sumber energi dari air mencapai 75 ribu MW di seluruh Indonesia. Pemerintah menargetkan bauran dari energi terbarukan dapat mencapai 23% dari total sumber energi pada 2030.
Kehadiran PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) pada saat beban puncak di Sumatera Utara. Pilihan pada PLTA karena lebih bersih dan lebih berkesinambungan. Karena itu kehadiran PLTA Batang Toru akan mendukung pengurangan emisi karbon Sumut dan nasional sebagai langkah kongkrit implementasi Kesepakatan Paris.
"PLTA Batang Toru wujud kongkrit untuk menghadirkan green energy di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Kehadiran PLTA Batang Toru memberikan manfaat sangat penting bagi Sumatera Utara, Indonesia, dan dunia. Dari sisi energi, PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang memakai energi fosill pada saat beban puncak di Sumut," jelasnya.
Dari sisi ekonomi, dengan memakai sumber energi air maka pemerintah bisa menghemat pengeluaran devisa hingga US$ 400 juta per tahun karena tidak menggunakan bahan bakar fosil. Dari sisi lingkungan, PLTA Batang Toru yang merupakan pembangkit energi terbarukan berkontribusi besar mengurangi emisi karbon nasional yang penting untuk mencegah dan memerangi dampak perubahan iklim yang sedang menjadi ancaman dunia.
"Jadi kehadiran PLTA Batang Toru juga sebagai langkah kongkrit menerapkan Perjanjian Paris yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia melalui UU No.16 Tahun 2016,†kata Firman. Hasil Kajian Pustaka Alam menunjukkan PLTA Batang Toru dapat mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 1,6 - 2,2 juta metrik ton CO2 atau 4% target sektor energi Indonesia pada 2030," pungkasnya.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru di Tapanuli Selatan yang ramah lingkungan memberikan tiga manfaat besar sekaligus dari sisi energi listrik, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat, Sumatera Utara, Indonesia, dan Dunia. Tak hanya itu, kelestarian flora dan satwa liar seperti orangutan akan tetap terjaga kelestariannya karena PLTA Batang Toru telah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA).
Peneliti Utama di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli, Wanda Kuswanda mengatakan dalam penelitiannya di Batangtoru selama 15 tahun menunjukkan APL kawasan Batang Toru bukan merupakan habitat utama orangutan. Hal ini berdasarkan hasil analisis populasi penemuan sarang dan sebaran pakan yang lebih banyak pada hutan konservasi maupun hutan lindung. Rendahnya populasi Orangutan di APL karena kawasan ini telah banyak berubah menjadi lahan perkebunan, pertanian, dan pemukiman masyarakat Tapanuli sejak ratusan tahun yang lalu.
"Berdasarkan hasil pengamatan dan yang pernah saya lihat langsung, orangutan di sana sudah banyak yang hidup di ketinggian 600 - 900 meter," kata Wanda.
Menurut Adji, selama ini PLTA Batang Toru telah aktif bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah serta stakeholder untuk menjaga kelestarian flora dan fauna. PLTA Batang Toru juga turut aktif dan mengikuti arahan Kementerian LHK terutama melalui BBKSDA dalam memonitor satwa liar seperti orangutan yang masuk ke APL lokasi pembangunan Batang Toru. Diantaranya dengan membangun jembatan arboreal untuk orangutan menjelajah dari hutan ke APL dan sebaliknya, serta mendukung pembangunan demplot pengkayaan pakan orangutan.
"Itu merupakan rekomendasi-rekomendasi yang sudah disampaikan untuk dilaksanakan dalam pembangunan proyek tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Senio Advisor Lingkungan PT NSHE Agus Djoko Ismanto mengatakan kawasan pembangunan PLTA Batang Toru berstatus APL, bukan hutan primer. Hal ini dapat dilihat dari vegetasi yang tumbuh di lokasi didominasi pohon karet dan jenis-jenis pohon perkebunan lainnya.
"Walaupun berada di APL, kami sangat menyadari kelestarian kawasan Batang Toru adalah elemen penting karena proyek ini memilki ketergantungan pada keteraturan suplay air dari alam," ungkapnya.
Senior Executive for External Relations PT NSHE Firman Taufick mengatakan mengatakan Indonesia memiliki sumber energi terbarukan berupa panas matahari, air, angin, bioenergi, dan panas bumi. Potenisi sumber energi dari air mencapai 75 ribu MW di seluruh Indonesia. Pemerintah menargetkan bauran dari energi terbarukan dapat mencapai 23% dari total sumber energi pada 2030.
Kehadiran PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) pada saat beban puncak di Sumatera Utara. Pilihan pada PLTA karena lebih bersih dan lebih berkesinambungan. Karena itu kehadiran PLTA Batang Toru akan mendukung pengurangan emisi karbon Sumut dan nasional sebagai langkah kongkrit implementasi Kesepakatan Paris.
"PLTA Batang Toru wujud kongkrit untuk menghadirkan green energy di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Kehadiran PLTA Batang Toru memberikan manfaat sangat penting bagi Sumatera Utara, Indonesia, dan dunia. Dari sisi energi, PLTA Batang Toru untuk mengurangi peran pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang memakai energi fosill pada saat beban puncak di Sumut," jelasnya.
Dari sisi ekonomi, dengan memakai sumber energi air maka pemerintah bisa menghemat pengeluaran devisa hingga US$ 400 juta per tahun karena tidak menggunakan bahan bakar fosil. Dari sisi lingkungan, PLTA Batang Toru yang merupakan pembangkit energi terbarukan berkontribusi besar mengurangi emisi karbon nasional yang penting untuk mencegah dan memerangi dampak perubahan iklim yang sedang menjadi ancaman dunia.
"Jadi kehadiran PLTA Batang Toru juga sebagai langkah kongkrit menerapkan Perjanjian Paris yang telah diratifikasi Pemerintah Indonesia melalui UU No.16 Tahun 2016,†kata Firman. Hasil Kajian Pustaka Alam menunjukkan PLTA Batang Toru dapat mengurangi emisi gas rumah kaca mencapai 1,6 - 2,2 juta metrik ton CO2 atau 4% target sektor energi Indonesia pada 2030," pungkasnya.