Sebuah video mengenai tindakan penolakan yang dilakukan warga terhadap Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) di Kabupaten Nias beredar di media sosial. Dalam video tersebut, petugas yang mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap tersebut terlihat diusir oleh seorang pemuda. Bukan hanya itu, terlihat juga petugas ditempeleng warga tersebut hingga masker yang dikenakannya terlepas. Ketua KPU Nias, Firman Mendrofa saat dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut. Ia mengatakan peristiwa tersebut terjadi di Desa Hilihawae, Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias. "Itu kesalahpahaman saja, dan saat ini sudah didamaikan oleh kepala desa," katanya kepada RMOLSumut, Selasa (21/7). Terkait adanya tudingan dari warga tersebut menyebut petugas memaksanya memilih salah satu pasangan calon, Firman mengatakan hal itu tidak benar. Menurutnya yang terjadi adalah hanya perbincangan seputar konfirmasi data warga yang akan dilakukan pencocokan dan penelitian (coklit) dengan data yang dibawa oleh petugas PPDP. "Dan itupun sebenarnya yang di coklit bukan rumah warga yang marah itu, tapi rumah keluarga lain. Tapi masih kerabatnyalah. Pas dilihat petugas, ternyata KTP warga yang dicoklit juga ada dalam data pendukung calon dari kalangan perseorangan, karena kita kan ada 2 calon perseorangan. Nah ditanya petugas ini dukungannya kemana kok dua-duanya ktpnya ada, nah disitu yang mereka salah paham, dipikir petugas kita bagian dari tim sukses, padahal tidak," ujarnya. Kendati demikian, menurut Firman seluruh masalah ini sudah selesai. Pelaku yang mengusir dan sempat menempeleng petugas juga menurutnya sudah meminta maaf. "Intinya sekarang kegiatan coklit masih terus berjalan dan terlaksana dengan baik. Kami melakukan coklit sampai 13 Agustus 2020 nanti sesuai jadwal tahapan pilkada secara nasional," pungkasnya.[R]
Sebuah video mengenai tindakan penolakan yang dilakukan warga terhadap Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) di Kabupaten Nias beredar di media sosial. Dalam video tersebut, petugas yang mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap tersebut terlihat diusir oleh seorang pemuda. Bukan hanya itu, terlihat juga petugas ditempeleng warga tersebut hingga masker yang dikenakannya terlepas. Ketua KPU Nias, Firman Mendrofa saat dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut. Ia mengatakan peristiwa tersebut terjadi di Desa Hilihawae, Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias. "Itu kesalahpahaman saja, dan saat ini sudah didamaikan oleh kepala desa," katanya kepada RMOLSumut, Selasa (21/7). Terkait adanya tudingan dari warga tersebut menyebut petugas memaksanya memilih salah satu pasangan calon, Firman mengatakan hal itu tidak benar. Menurutnya yang terjadi adalah hanya perbincangan seputar konfirmasi data warga yang akan dilakukan pencocokan dan penelitian (coklit) dengan data yang dibawa oleh petugas PPDP. "Dan itupun sebenarnya yang di coklit bukan rumah warga yang marah itu, tapi rumah keluarga lain. Tapi masih kerabatnyalah. Pas dilihat petugas, ternyata KTP warga yang dicoklit juga ada dalam data pendukung calon dari kalangan perseorangan, karena kita kan ada 2 calon perseorangan. Nah ditanya petugas ini dukungannya kemana kok dua-duanya ktpnya ada, nah disitu yang mereka salah paham, dipikir petugas kita bagian dari tim sukses, padahal tidak," ujarnya. Kendati demikian, menurut Firman seluruh masalah ini sudah selesai. Pelaku yang mengusir dan sempat menempeleng petugas juga menurutnya sudah meminta maaf. "Intinya sekarang kegiatan coklit masih terus berjalan dan terlaksana dengan baik. Kami melakukan coklit sampai 13 Agustus 2020 nanti sesuai jadwal tahapan pilkada secara nasional," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved