Sementara pada proses Pemilu kali ini, betul-betul menguras tenaga, lantaran anggota mengawal penghitungan hingga delapan jam lamanya, bahkan rata-rata baru selesai esok harinya.
\"Lalu cek lagi kelengkapan seluruh surat suara siap baru dikawal lagi ke PPK. Sebagian besar (meninggal) karena kelelahan,\" jelas Dedi.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini mengakui, jumlah personel Kepolisian yang meninggal dunia presentasenya naik hingga 100 persen dibanding 2014.
\"Tahun 2014 ada delapan orang anggota Polri yang gugur. Dan tahun 2019 ini ada 16 anggota gugur,\" ujarnya.
Untuk mencegah banyaknya petugas Kepolisian yang mengawal proses Pemilu ini, lanjut Dedi, Mabes Polri melalui AsSDM telah mengeluarkan surat Telegram berupa arahan kepada anggota yang bertugas mengawal rekapitulasi suara.
\"Shift-nya diatur, kemudian waktu istirahatnya diperhatikan dan seluruh Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polri disiagakan untuk memberikan tambahan asupan vitamin,\" pungkasnya. [krm/rmol]
" itemprop="description"/>
Sementara pada proses Pemilu kali ini, betul-betul menguras tenaga, lantaran anggota mengawal penghitungan hingga delapan jam lamanya, bahkan rata-rata baru selesai esok harinya.
\"Lalu cek lagi kelengkapan seluruh surat suara siap baru dikawal lagi ke PPK. Sebagian besar (meninggal) karena kelelahan,\" jelas Dedi.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini mengakui, jumlah personel Kepolisian yang meninggal dunia presentasenya naik hingga 100 persen dibanding 2014.
\"Tahun 2014 ada delapan orang anggota Polri yang gugur. Dan tahun 2019 ini ada 16 anggota gugur,\" ujarnya.
Untuk mencegah banyaknya petugas Kepolisian yang mengawal proses Pemilu ini, lanjut Dedi, Mabes Polri melalui AsSDM telah mengeluarkan surat Telegram berupa arahan kepada anggota yang bertugas mengawal rekapitulasi suara.
\"Shift-nya diatur, kemudian waktu istirahatnya diperhatikan dan seluruh Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polri disiagakan untuk memberikan tambahan asupan vitamin,\" pungkasnya. [krm/rmol]
"/>
Sementara pada proses Pemilu kali ini, betul-betul menguras tenaga, lantaran anggota mengawal penghitungan hingga delapan jam lamanya, bahkan rata-rata baru selesai esok harinya.
\"Lalu cek lagi kelengkapan seluruh surat suara siap baru dikawal lagi ke PPK. Sebagian besar (meninggal) karena kelelahan,\" jelas Dedi.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini mengakui, jumlah personel Kepolisian yang meninggal dunia presentasenya naik hingga 100 persen dibanding 2014.
\"Tahun 2014 ada delapan orang anggota Polri yang gugur. Dan tahun 2019 ini ada 16 anggota gugur,\" ujarnya.
Untuk mencegah banyaknya petugas Kepolisian yang mengawal proses Pemilu ini, lanjut Dedi, Mabes Polri melalui AsSDM telah mengeluarkan surat Telegram berupa arahan kepada anggota yang bertugas mengawal rekapitulasi suara.
\"Shift-nya diatur, kemudian waktu istirahatnya diperhatikan dan seluruh Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polri disiagakan untuk memberikan tambahan asupan vitamin,\" pungkasnya. [krm/rmol]
"/>
RMOLSumut. Mabes Polri mengakui faktor utama yang menyebabkan 16 anggotanya meninggal dunia dalam pengamanan Pemilu 2019 lantaran durasi yang sangat lama dari mulai persiapan hingga penghitungan dan mengawal suara suara.
"Kalau 2014 sebagian besar sore hari sudah selesai artinya malam hari tidak ada lagi penghitungan lagi. Malam hari tinggal mengamankan surat suara dikirim ke PPK," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (25/4).
Sementara pada proses Pemilu kali ini, betul-betul menguras tenaga, lantaran anggota mengawal penghitungan hingga delapan jam lamanya, bahkan rata-rata baru selesai esok harinya.
"Lalu cek lagi kelengkapan seluruh surat suara siap baru dikawal lagi ke PPK. Sebagian besar (meninggal) karena kelelahan," jelas Dedi.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini mengakui, jumlah personel Kepolisian yang meninggal dunia presentasenya naik hingga 100 persen dibanding 2014.
"Tahun 2014 ada delapan orang anggota Polri yang gugur. Dan tahun 2019 ini ada 16 anggota gugur," ujarnya.
Untuk mencegah banyaknya petugas Kepolisian yang mengawal proses Pemilu ini, lanjut Dedi, Mabes Polri melalui AsSDM telah mengeluarkan surat Telegram berupa arahan kepada anggota yang bertugas mengawal rekapitulasi suara.
"Shift-nya diatur, kemudian waktu istirahatnya diperhatikan dan seluruh Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polri disiagakan untuk memberikan tambahan asupan vitamin," pungkasnya. [krm/rmol]
RMOLSumut. Mabes Polri mengakui faktor utama yang menyebabkan 16 anggotanya meninggal dunia dalam pengamanan Pemilu 2019 lantaran durasi yang sangat lama dari mulai persiapan hingga penghitungan dan mengawal suara suara.
"Kalau 2014 sebagian besar sore hari sudah selesai artinya malam hari tidak ada lagi penghitungan lagi. Malam hari tinggal mengamankan surat suara dikirim ke PPK," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (25/4).
Sementara pada proses Pemilu kali ini, betul-betul menguras tenaga, lantaran anggota mengawal penghitungan hingga delapan jam lamanya, bahkan rata-rata baru selesai esok harinya.
"Lalu cek lagi kelengkapan seluruh surat suara siap baru dikawal lagi ke PPK. Sebagian besar (meninggal) karena kelelahan," jelas Dedi.
Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini mengakui, jumlah personel Kepolisian yang meninggal dunia presentasenya naik hingga 100 persen dibanding 2014.
"Tahun 2014 ada delapan orang anggota Polri yang gugur. Dan tahun 2019 ini ada 16 anggota gugur," ujarnya.
Untuk mencegah banyaknya petugas Kepolisian yang mengawal proses Pemilu ini, lanjut Dedi, Mabes Polri melalui AsSDM telah mengeluarkan surat Telegram berupa arahan kepada anggota yang bertugas mengawal rekapitulasi suara.
"Shift-nya diatur, kemudian waktu istirahatnya diperhatikan dan seluruh Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polri disiagakan untuk memberikan tambahan asupan vitamin," pungkasnya. [krm/rmol]