Belakangan kita sering dihadapkan dengan istilah ‘usaha tidak akan mengkhianati hasil’. Ini jelas menyiratkan bahwa nikmat yang kita rasakan harus didapatkan lewat usaha ataupun perjuangan untuk mendapatkannya.
Kita tinggalkan sejenak istilah itu. Dalam beberapa hari belakangan, salah satu sorotan yang banyak diulas oleh media adalah terkait pidato politik Megawati Soekarnoputri pada acara HUT PDI Perjuangan beberapa hari lalu. Ada yang mengulas fenomena gender. Bagi mereka pidato sang Ketua Umum PDI Perjuangan menegaskan bahwa posisi laki-laki dan perempuan adalah sama dalam hal kemampuan untuk memimpin. Isu gender ini tentu saja semakin menarik dan dikaitkan dengan keberadaan Puan Maharani yang ramai disebut akan menjadi sosok yang akan diusung oleh PDI Perjuangan menjadi calon presiden.
Selain menarik ke isu gender, ada juga yang menariknya ke isu demokrasi. Pidato Megawati disebut sebagai penegasan atas sikapnya untuk memastikan pesta periodisasi presiden hanya 10 tahun sesuai dengan konstitusi. Banyak predikat lain yang disematkan kepada Megawati atas pidatonya tersebut. Salah satu yang disematkan adalah beliau adalah pejuang demokrasi.
Kebetulan pagi tadi, saya ngobrol dengan salah seorang pengamat sosial dan politik Dr Bakhrul Khair Amal. Dalam obrolan singkat kami, tercetus istilah pejuang dan penikmat demokrasi.
Kembali berkaitan dengan istilah ‘usaha tidak akan mengkhianati hasil’ saya kira menjadi mudah untuk membedakan siapa pejuang dan siapa penikmat demokrasi itu.
Kira-kira menurut Bakhrul, pejuang demokrasi itu adalah sosok yang memang terlibat langsung sejak awal hingga akhir dalam memastikan alam demokrasi berjalan dengan baik. Artinya, yang bersangkutan ikut serta dalam perjalanan sejarah alam demokrasi. Sedangkan penikmat demokrasi menurutnya pihak-pihak yang merasakan benefit atau keuntungan yang muncul dari adanya demokrasi itu sendiri.
Penikmat demokrasi dengan mudah ditemukan dari konsorsium partai politik dalam wujud pemerintahan. Bahasa awamnya mungkin lebih mudah menyebutnya sebagai koalisi partai yang masuk dalam bagian pemerintahan. Ditandai dengan keikutsertaan individu-individu selaku elit partai politik dalam kabinet.
Berkaitan atau tidak, saya yakin Pemilu 2024 juga akan sangat bertalian erat dengan dua istilah yang kami bincangkan pejuang dan penikmat demokrasi.
Kekuasaan adalah ujung dari sebuah pesta demokrasi, terlepas dari metode merebutnya apakah berpura-pura menjadi pejuang demokrasi agar menjadi penikmat demokrasi. Atau berpura-pura tidak menjadi penikmat demokrasi agar dianggap sebagai sosok pejuang demokrasi.
Tapi yang pasti, di era keterbukaan seperti saat ini. Sesungguhnya penjaga demokrasi itu sesungguhnya adalah masyarakat secara individu. Ingat satu orang satu suara mengingat sistem pemilu kita adalah pemilihan langsung.
Siapa yang akan anda pilih di pemilu 2024, pejuang demokrasi atau akan memilih penikmat demokrasi?***
© Copyright 2024, All Rights Reserved