Labelisasi radikal dalam pengertian sempit sebagai orang yang tidak toleran yang dialamatkan kepada tokoh bangsa Din Syamsuddin sangat patut diduga sebagai bagian dari upaya membungkam segala bentuk kritik terhadap pemerintah.
Hal ini sangat disayangkan mengingat baru-baru ini, Presiden Joko Widodo sendiri meminta agar masyarakat lebih aktif untuk memberikan kritik kepada pemerintah.
"Jangan-jangan tujuan menarget Din Syamsuddin dengan labelisasi orang yang radikal dalam pengertian yang sempit untuk membungkam suara-suara kritis," kata Imam Besar Masjid Islamic Center New York, Imam Shamsi Ali dalam diskusi virtual dengan tema "Beda Kritis dan Radikalis" yang digelar oleh Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (16/2).
Ditegaskannya, pemaknaan radikal terhadap Din Syamsuddin tidak dapat diartikan dengan pemahaman yang sempit. Sebab, sepak terjang mantan Ketua Umum PB Muhammadiyah tersebut merupakan sosok yang memiliki daya pikir yang sangat mendalam tentang persoalan kebangsaan.
"Bukan hanya di Indonesia, tapi dalam berbagai forum dunia buah pikiran dan kajian-kajian beliau terutama kajian Islami kerap menjadi salah satu rujukan," ungkapnya.
Sebenarnya kata Shamsi, radikal sendiri jika dipahami secara luas maka akan jauh dari hal yang negatif. Sebab, radikal sendiri terutama dalam kaitannya dengan cara berfikir dapat diartikan sebagai kedalaman berfikir seseorang untuk memberikan kritik dan saran konstruktif yang oleh orang lain tidak terpikirkan sebelumnya.
"Makanya Soekarno itu adalah orang yang radikal dalam cara berfikir, karena ia mampu memikirkan hal yang jauh lebih dalam untuk bangsanya," demikian Imam Shamsi Ali.
© Copyright 2024, All Rights Reserved