Hubungan diplomatik dan kerjasama bilateral di antara Indonesia dan Korea Selatan merupakan satu rangkaian cerita panjang yang sudah dimulai tahun 1973.
Begitu kata Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid saat mengawali kata sambutannya dalam internasional webinar bertema "Indonesia-Korea: Enhancing Special Strategic Partnership and Co-prosperity".
Webinar yang digelar The Korean Center of RMOL secara hybrid dari Roemah Djan, Jalan Talang, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/11).
"Pada tahun ini, menandai sudah 48 tahun hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Indonesia berjalan baik," ujar Meutya Hafid.
Dikatakan Meutya, DPR RI sangat mengapresiasi hubungan erat antara Indonesia dan Korea Selatan di berbagai bidang, mulai dari politik, ekonomi, perdagangan dan investasi, pertahanan hingga sosial budaya.
Di era kekinian, lanjutnya, hubungan baik kedua negara kian berkembang. Utamanya, sejak era pandemi Covid-19 menjadi permasalahan global.
"Pandemi Covid-19 dan meningkatnya persaingan antara Amerika Serikat dan China telah mendapat perhatian khusus dari kedua pemerintah. Selain gangguan tersebut, implikasi ekonomi dari Covid-19 juga perlu konsentrasi penuh," terangnya.
Sejak awal pandemi, lanjut legislator Partai Golkar ini, Korea Selatan telah menjadi mitra penting bagi Indonesia. Terutama, dalam menyediakan pasokan alat-alat medis yang dibutuhkan untuk penanganan Covid-19.
"Antara lain alat pelindung diri, semprotan disinfektan, serta alat tes polymerase chain reaction (PCR). Di masa pandemi yang sedang berlangsung ini, Korea memang sahabat sejati Indonesia," pungkasnya.
Hadir pembicara lainnya Duta Besar Korea Selatan Untuk Indonesia Park TaeSung, Ketua GKSB DPR RI-Korea Selatan Edward Tannur serta pembicara kunci Menteri BUMN Erick Thohir.
Turut hadir mantan Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadir, Shin Yoonsung dari Korea Institute for Industrial Economics & Trade dan CEO RMOL Network yang juga Wakil Sekretaris Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Teguh Santosa.
© Copyright 2024, All Rights Reserved