DESA Pahlawan merupakan salah satu desa di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara dan merupakan Desa Binaan Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Panca Budi Medan. Melanjutkan Penelitian lingkup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas berjudul ‘Upaya Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Desa Pahlawan Tentang Konsep Dasar Inflasi’ yang telah selesai di Agustus 2019 lalu saya dan tim yang terdiri dari Bapak Rahmad Sembiring, S.E., M.S.P dan Bapak Akhyar Lubis, S.Kom. M.Kom beserta 2 orang Mahasiswa bernama Aldi Agustino dan Muhammad Fauzan Pratama, melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Binaan berbasis penelitian terkait judul tersebut di atas. Desa Pahlawan memiliki 12 Dusun yakni Dusun Sejarah, Bandar, Lobai Abbas, Wan Ahmad, Amanah, Sejahtera, Nelayan, Nilam, Pabrik, Bogak, Bunga Jumpa dan Dusun Adi Daya. Desa Pahlawan yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara merupakan sebuah Desa yang berada di daerah pinggir laut dengan 98% masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan sebagian besar nelayan tersebut hanya sebagai buruh laut. Desa Pahlawan memiliki luas 173,79 km2 dan jumlah penduduk 5.567 dengan rincian 1.452 kepala keluarga, 2.649 laki-laki dan 2.918 perempuan dimana lebih dari 50% tergolong keluarga miskin.
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Disebut dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), yang merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. IHK adalah indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa (Badan Pusat Statistik, 2019).
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota. Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose – COICOP), yaitu: (1) Kelompok Bahan Makanan, (2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau, (3) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar, (4) Kelompok Sandang, (5) Kelompok Kesehatan, (6) Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga, dan (7) Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.
Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah (Bank Indonesia, 2018).
Yang menjadi penting bahwa masyarakat kelompok nelayan Desa Pahlawan, melalui nelayan dan wanita nelayan harus dan sehingga menjadi tahu apa itu inflasi, mengapa dan apa sebab terjadi inflasi. Inflasi dapat berpengaruh pada pola konsumsi mereka. Jika harga barang dan jasa secara keseluruhan naik dan berlangsung secara terus menerus dari 7 kelompok pengeluaran yang telah disebutkan di atas, maka mereka telah ikut merasakan dampak daripada inflasi yang telah terjadi di pasar tersebut. Terlebih pada wanita kelompok nelayan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang langsung terjun ke pasar setempat untuk membelanjakan uang hasil pendapatan per harinya. Secara teori inflasi terjadi karena jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat. Uang yang berada di kantong/dompet masyarakat ataupun alat bayar yang berlikuiditas tinggi sehingga dengan mudah jatuh ke pasar atas transaksi jual-beli dan ataupun permintaan-penawaran terhadap suatu barang dan jasa di pasar riil. Ini terkait pada daya beli masyarakat. Apabila daya beli masyarakat semakin tinggi maka akan mempengaruhi pergerakan harga di pasar. Harga barang dan jasa secara keseluruhan cenderung berubah dari waktu ke waktu dan terus menerus, maka inilah yang disebut inflasi. Kelompok masyarakat nelayan akan menekan konsumsinya akibat kenaikan harga barang-barang dan jasa. Dimisalkan saja, untuk mengkonsumsi beras 1 kilogram pada 5 tahun yang lalu mengorbankan uang sebesar < Rp>
Edukasi ini tim kami lakukan sebagai bentuk pengabdian pada desa binaan Program Studi Universitas dengan harapan masyarakat kelompok nelayan Desa Pahlawan benar-benar memahami bahwa tingkat inflasi daerah dan nasional akan menekan konsumsi mereka dan berdampak pada daya beli dari nilai pendapatan yang mereka terima. Dengan meningkatkan pendapatan utama melalui jumlah produksi/hasil tangkap nelayan dan menambah sumber penghasilan lain (Industri Rumah Tangga Wanita Kelompok Nelayan) maka jumlah pengeluaran/konsumsi mereka tetap dan tidak mengurangi kebutuhan utama bahan pokok makanan pun pendidikan dan kesehatan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat kelompok nelayan. [R]
Penulis adalah Dosen Prodi EP UNPAB Medan
" itemprop="description"/> DESA Pahlawan merupakan salah satu desa di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara dan merupakan Desa Binaan Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Panca Budi Medan. Melanjutkan Penelitian lingkup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas berjudul ‘Upaya Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Desa Pahlawan Tentang Konsep Dasar Inflasi’ yang telah selesai di Agustus 2019 lalu saya dan tim yang terdiri dari Bapak Rahmad Sembiring, S.E., M.S.P dan Bapak Akhyar Lubis, S.Kom. M.Kom beserta 2 orang Mahasiswa bernama Aldi Agustino dan Muhammad Fauzan Pratama, melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Binaan berbasis penelitian terkait judul tersebut di atas. Desa Pahlawan memiliki 12 Dusun yakni Dusun Sejarah, Bandar, Lobai Abbas, Wan Ahmad, Amanah, Sejahtera, Nelayan, Nilam, Pabrik, Bogak, Bunga Jumpa dan Dusun Adi Daya. Desa Pahlawan yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara merupakan sebuah Desa yang berada di daerah pinggir laut dengan 98% masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan sebagian besar nelayan tersebut hanya sebagai buruh laut. Desa Pahlawan memiliki luas 173,79 km2 dan jumlah penduduk 5.567 dengan rincian 1.452 kepala keluarga, 2.649 laki-laki dan 2.918 perempuan dimana lebih dari 50% tergolong keluarga miskin.Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Disebut dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), yang merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. IHK adalah indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa (Badan Pusat Statistik, 2019).
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota. Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose – COICOP), yaitu: (1) Kelompok Bahan Makanan, (2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau, (3) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar, (4) Kelompok Sandang, (5) Kelompok Kesehatan, (6) Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga, dan (7) Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.
Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah (Bank Indonesia, 2018).
Yang menjadi penting bahwa masyarakat kelompok nelayan Desa Pahlawan, melalui nelayan dan wanita nelayan harus dan sehingga menjadi tahu apa itu inflasi, mengapa dan apa sebab terjadi inflasi. Inflasi dapat berpengaruh pada pola konsumsi mereka. Jika harga barang dan jasa secara keseluruhan naik dan berlangsung secara terus menerus dari 7 kelompok pengeluaran yang telah disebutkan di atas, maka mereka telah ikut merasakan dampak daripada inflasi yang telah terjadi di pasar tersebut. Terlebih pada wanita kelompok nelayan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang langsung terjun ke pasar setempat untuk membelanjakan uang hasil pendapatan per harinya. Secara teori inflasi terjadi karena jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat. Uang yang berada di kantong/dompet masyarakat ataupun alat bayar yang berlikuiditas tinggi sehingga dengan mudah jatuh ke pasar atas transaksi jual-beli dan ataupun permintaan-penawaran terhadap suatu barang dan jasa di pasar riil. Ini terkait pada daya beli masyarakat. Apabila daya beli masyarakat semakin tinggi maka akan mempengaruhi pergerakan harga di pasar. Harga barang dan jasa secara keseluruhan cenderung berubah dari waktu ke waktu dan terus menerus, maka inilah yang disebut inflasi. Kelompok masyarakat nelayan akan menekan konsumsinya akibat kenaikan harga barang-barang dan jasa. Dimisalkan saja, untuk mengkonsumsi beras 1 kilogram pada 5 tahun yang lalu mengorbankan uang sebesar < Rp>
Edukasi ini tim kami lakukan sebagai bentuk pengabdian pada desa binaan Program Studi Universitas dengan harapan masyarakat kelompok nelayan Desa Pahlawan benar-benar memahami bahwa tingkat inflasi daerah dan nasional akan menekan konsumsi mereka dan berdampak pada daya beli dari nilai pendapatan yang mereka terima. Dengan meningkatkan pendapatan utama melalui jumlah produksi/hasil tangkap nelayan dan menambah sumber penghasilan lain (Industri Rumah Tangga Wanita Kelompok Nelayan) maka jumlah pengeluaran/konsumsi mereka tetap dan tidak mengurangi kebutuhan utama bahan pokok makanan pun pendidikan dan kesehatan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat kelompok nelayan. [R]
Penulis adalah Dosen Prodi EP UNPAB Medan
"/> DESA Pahlawan merupakan salah satu desa di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara dan merupakan Desa Binaan Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Panca Budi Medan. Melanjutkan Penelitian lingkup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas berjudul ‘Upaya Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Desa Pahlawan Tentang Konsep Dasar Inflasi’ yang telah selesai di Agustus 2019 lalu saya dan tim yang terdiri dari Bapak Rahmad Sembiring, S.E., M.S.P dan Bapak Akhyar Lubis, S.Kom. M.Kom beserta 2 orang Mahasiswa bernama Aldi Agustino dan Muhammad Fauzan Pratama, melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Binaan berbasis penelitian terkait judul tersebut di atas. Desa Pahlawan memiliki 12 Dusun yakni Dusun Sejarah, Bandar, Lobai Abbas, Wan Ahmad, Amanah, Sejahtera, Nelayan, Nilam, Pabrik, Bogak, Bunga Jumpa dan Dusun Adi Daya. Desa Pahlawan yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara merupakan sebuah Desa yang berada di daerah pinggir laut dengan 98% masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan dan sebagian besar nelayan tersebut hanya sebagai buruh laut. Desa Pahlawan memiliki luas 173,79 km2 dan jumlah penduduk 5.567 dengan rincian 1.452 kepala keluarga, 2.649 laki-laki dan 2.918 perempuan dimana lebih dari 50% tergolong keluarga miskin.Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Disebut dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), yang merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi. IHK adalah indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa (Badan Pusat Statistik, 2019).
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota. Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose – COICOP), yaitu: (1) Kelompok Bahan Makanan, (2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau, (3) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar, (4) Kelompok Sandang, (5) Kelompok Kesehatan, (6) Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga, dan (7) Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.
Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah (Bank Indonesia, 2018).
Yang menjadi penting bahwa masyarakat kelompok nelayan Desa Pahlawan, melalui nelayan dan wanita nelayan harus dan sehingga menjadi tahu apa itu inflasi, mengapa dan apa sebab terjadi inflasi. Inflasi dapat berpengaruh pada pola konsumsi mereka. Jika harga barang dan jasa secara keseluruhan naik dan berlangsung secara terus menerus dari 7 kelompok pengeluaran yang telah disebutkan di atas, maka mereka telah ikut merasakan dampak daripada inflasi yang telah terjadi di pasar tersebut. Terlebih pada wanita kelompok nelayan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang langsung terjun ke pasar setempat untuk membelanjakan uang hasil pendapatan per harinya. Secara teori inflasi terjadi karena jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat. Uang yang berada di kantong/dompet masyarakat ataupun alat bayar yang berlikuiditas tinggi sehingga dengan mudah jatuh ke pasar atas transaksi jual-beli dan ataupun permintaan-penawaran terhadap suatu barang dan jasa di pasar riil. Ini terkait pada daya beli masyarakat. Apabila daya beli masyarakat semakin tinggi maka akan mempengaruhi pergerakan harga di pasar. Harga barang dan jasa secara keseluruhan cenderung berubah dari waktu ke waktu dan terus menerus, maka inilah yang disebut inflasi. Kelompok masyarakat nelayan akan menekan konsumsinya akibat kenaikan harga barang-barang dan jasa. Dimisalkan saja, untuk mengkonsumsi beras 1 kilogram pada 5 tahun yang lalu mengorbankan uang sebesar < Rp>
Edukasi ini tim kami lakukan sebagai bentuk pengabdian pada desa binaan Program Studi Universitas dengan harapan masyarakat kelompok nelayan Desa Pahlawan benar-benar memahami bahwa tingkat inflasi daerah dan nasional akan menekan konsumsi mereka dan berdampak pada daya beli dari nilai pendapatan yang mereka terima. Dengan meningkatkan pendapatan utama melalui jumlah produksi/hasil tangkap nelayan dan menambah sumber penghasilan lain (Industri Rumah Tangga Wanita Kelompok Nelayan) maka jumlah pengeluaran/konsumsi mereka tetap dan tidak mengurangi kebutuhan utama bahan pokok makanan pun pendidikan dan kesehatan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat kelompok nelayan. [R]
Penulis adalah Dosen Prodi EP UNPAB Medan
"/>