JAS MERAH, itulah kata dan nasehat dari sang proklamator Ir. Soekarno. Di setiap perjalanan kehidupan manusia pada umumnya akan selalu ada bukti-bukti yang mereka lakukan dan mereka pijakkan untuk bahan pembelajaran kepada para penerus peradaban di hari esoknya. Mengutip tentang pandangan seorang tokoh bangsa yaitu Moh. Yamin Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan. Rangkaian pengertian ini kiranya bisa menjadi pembuka untuk tulisan yang akan di tuangkan hingga sampai akhir tentang mandailing natal saat ini. Sebelum Kabupaten Mandailing Natal menjadi sebuah kesatuan Induk tersendiri , kabupaten ini dahulunya dibawah wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. Setelah Pasca Kemerdekaan pada tahun 1998 adanya pemekaran maka dibentuklah Mandailing natal sebagai salah satu kabupaten yang ikut di mekarkan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 keputusan Mendagri saat itu. Menjadi sah sebagai Kabupaten Mandailing Natal pada tanggal 9 Maret 1999 diresmikan oleh Meteri Dalam Negeri. Sebelum Kemerdekaan Beberapa dari literatur banyak mengulas tenyang daerah mandailing ini. Sebut saja sejarawan majapahit yaitu Mpu Pranca menulis satu karya sejarah yang cukup menarik pikiran untuk mengetahuinya secara lengakap tentang keberadaan mandailing yang masuk di nusantara. Karya itu adalah Negarakertagama. Di buku Negarakertagama terdapat nama Mandailing dan Pane dan kedua terdapat nama Padang Lawas. Berdasarkan hal tersebut, Mandailing sudah dikenal di nusantara berabad-abad sebelum kurun Negarakertagama karena hanya daerah lama yang sudah mapan dan memiliki posisi pentinglah yang dicatat oleh Mpu Prapanca. Kabupaten Mandailing Natal merupakan Daerah antara dua komunitas yang berbeda sistem kekerabatannya, yaitu Batak Toba di Tapanuli Utara yang menganut sistem Patrilineal dan Minangkabau yang menganut sistem Matrilineal di Sumatera Barat. Sebagai komunitas penyangga dua kebudayaan, masyarakat mandailing mengalami proses akulturasi nilai nilai budaya dari kedua komunitas tersebut melalui kontak budaya yang intensif. Mereka dapat memperkaya budi pekertinya antara lain berupa kepribadian yang menonjolkan kelugasan dan ketegaran dari utara dan kecerdikan dari selatan. Hal ini berarti sejak penggalan akhir abad ke-14 suku bangsa dan wilayah bernama Mandailing sudah diakui. Sayangnya, selama lebih lima abad, Mandailing seakan-akan raib ditelan sejarah. Baru pada abad ke-19, ketika Belanda menguasai tanah berpotensi sumber daya alam ini, Mandailing mencatat sejarah baru. Periode Tapanuli Pembuktian sejarah yang di tuliskan beberapa penulis buku sejarah dan peneliti tentang mandailing dulunya masih tetap ada di rawat dan menjadi pusat wisata para penduduk daerah Mandailing Natal yang saat ini namanya. Sebut saja seperti terminal panyabungan . Terminal ini dulunya pernah di datangi oleh orang eropa pada tahun 1926. Pemerintah Hindia Belanda mulai memasuki wilayah Mandailing Natal tahun 1824 dan membentuk pemerintahan dibawah Karesidenan Air Bangis bagian dari Gouvernment Sumatra's Westkust. Tahun 1834 ibu kota pemerintahan Mandailing pindah dan berada di bawah Karesidenan Tapanuli. 21 Tahun Mandailing Natal Tepat pada hari ini Mandailing Natal nerulang tahun ke 21 Tahun , kalau di anlogikan sudah akan melewati masa remajanya. Pada kepemimpinan terbentuknya kabupaten Mandailing Natal ini di Jabat oleh H. Amru Daulay selama dua periode yang cukup membawa perubahan bagi masyarakat Mandailing Natal. Dedikasi beliau sebagai bupati mandailing natal bisa menjaga starata sosial dan adat istiadat yang sudah dititipkan para leluhur Suku mandailing. Kempemimpinan di lanjutkan oleh Bupati Hidayat Batubara , perjalanannya menyelesaikan pekerjaan rumah Sebagai Bupati Mandailing Natal tidak sampai akhir 1 periode kandas di tengah jalan karena tersadung kasus Hukum. Maka dilanjutkan lah oleh H. Dahlan Hasan Nasution dan ditetapkan sebagai Pelaksana Tugas Bupati Mandailing natal hingga hari ini. Sebagai daerah yang cukup kental adat istiadatnya taat beragama dan menjaga nilai-nilai keagaaman tentu dibuktikan dengan adanya salah satu pesantren tertua Di Indonesia yang berlokasi di wilayah dekat dengan perkantoran Bupati Mandailing Natal yaitu Pesantren Mustafawiyah Purba. Sebagai Ikon salah satu daerah, maka nilai-nilai religius itu akan tetap terus terjaga. Hari ini kabupaten mandailing natal sudah harus melihat perjalanan selama 21 tahun lebih ini apa-apa yang sudah tercapai tanpa menghilangkan segala sesuatu yang sudah menjadi konsensus dengan Ulama, Tokoh Adat dan masyarakat mandailing natal. Keharmonisan bermasyarakat menjadi tugas bersama membangun 'Madina Yang Madani Negeri Yang Beradat Taat Beribadat'. Untuk mencapai itu semua diperlukan kesepahaman pembangunan kedepannyanya bukan hanya secara fisik tetapi pembangunan ini adalag pembangunan gagasan yang menyentuh ruang-ruang terkecil di daerah Mandailing Natal yaitu pembangunan tatanan sosial masyarakat, adat, budaya, politik tekhnologi dan lainnya mengingat perkembangan zaman yang semakin modren, maka pondasi awal masyarakat itu sendiri harua dibentuk supaya tidak terkesan dipaksa mengikuti perkembangan zaman. Mandailing natal sebagai wilayah yang selalu di kunjungi orang-orang penting di Republik ini juga tidak karena kebetulan, tetapi karena perjalanan sejarah yang diukir oleh para tokoh besar yang lahir dari tanah mandailing. Sebut saja seperti Jendral Besar Abdul Haris Nasution berasal dari Hutapungkut Kecamatan Kotanopan yang saat ini sedang di proses kembali pembangunan monumen Jendral Besar Abdul Haris Nasution yang berlokasi tidak jauh dari Pesantren Mustafawiyah kemudian Willem Iskandar tokoh Pendidikan dan pujangga bahasa syair-syair kampung halaman, Sutan Soripada Lubis anggota konstituante/Politikus Indonesia. Begitu juga dengan agamawan ada Ulama Syeikh Musthafa Husein Nasution Al- Mandili Ulama dan Pendiri Nadhlatul Ulama di Sumatera Utara, Syeikh Abdul Kadir Bin Abdul Mutalib serta banyak tokoh lainnya lagi hingga hari ini yang terlibat dan juga tidak di Pusat Pemerintahan Republik Indonesia. Tentu ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagai para masyarakat terutama anak muda yang ingin membangun kampung halamannya sebagai suatu upaya ikut berkontribusi melanjutkan cita-cita para pendahulu. Untuk itu Selamat Hari Ulang Tahun Kabupaten Mandailing Natal Yang Ke 21 semoga menjadi daerah yang ramah sesuai dengan Mottonya "Madina Yang Madani Negeri Beradat Taat Beribadat.*** Imam Rinaldi Nasution, Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Nasional yang juga Wakil Sekretaris Jendral Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam
JAS MERAH, itulah kata dan nasehat dari sang proklamator Ir. Soekarno. Di setiap perjalanan kehidupan manusia pada umumnya akan selalu ada bukti-bukti yang mereka lakukan dan mereka pijakkan untuk bahan pembelajaran kepada para penerus peradaban di hari esoknya. Mengutip tentang pandangan seorang tokoh bangsa yaitu Moh. Yamin Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan. Rangkaian pengertian ini kiranya bisa menjadi pembuka untuk tulisan yang akan di tuangkan hingga sampai akhir tentang mandailing natal saat ini. Sebelum Kabupaten Mandailing Natal menjadi sebuah kesatuan Induk tersendiri , kabupaten ini dahulunya dibawah wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. Setelah Pasca Kemerdekaan pada tahun 1998 adanya pemekaran maka dibentuklah Mandailing natal sebagai salah satu kabupaten yang ikut di mekarkan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 keputusan Mendagri saat itu. Menjadi sah sebagai Kabupaten Mandailing Natal pada tanggal 9 Maret 1999 diresmikan oleh Meteri Dalam Negeri. Sebelum Kemerdekaan Beberapa dari literatur banyak mengulas tenyang daerah mandailing ini. Sebut saja sejarawan majapahit yaitu Mpu Pranca menulis satu karya sejarah yang cukup menarik pikiran untuk mengetahuinya secara lengakap tentang keberadaan mandailing yang masuk di nusantara. Karya itu adalah Negarakertagama. Di buku Negarakertagama terdapat nama Mandailing dan Pane dan kedua terdapat nama Padang Lawas. Berdasarkan hal tersebut, Mandailing sudah dikenal di nusantara berabad-abad sebelum kurun Negarakertagama karena hanya daerah lama yang sudah mapan dan memiliki posisi pentinglah yang dicatat oleh Mpu Prapanca. Kabupaten Mandailing Natal merupakan Daerah antara dua komunitas yang berbeda sistem kekerabatannya, yaitu Batak Toba di Tapanuli Utara yang menganut sistem Patrilineal dan Minangkabau yang menganut sistem Matrilineal di Sumatera Barat. Sebagai komunitas penyangga dua kebudayaan, masyarakat mandailing mengalami proses akulturasi nilai nilai budaya dari kedua komunitas tersebut melalui kontak budaya yang intensif. Mereka dapat memperkaya budi pekertinya antara lain berupa kepribadian yang menonjolkan kelugasan dan ketegaran dari utara dan kecerdikan dari selatan. Hal ini berarti sejak penggalan akhir abad ke-14 suku bangsa dan wilayah bernama Mandailing sudah diakui. Sayangnya, selama lebih lima abad, Mandailing seakan-akan raib ditelan sejarah. Baru pada abad ke-19, ketika Belanda menguasai tanah berpotensi sumber daya alam ini, Mandailing mencatat sejarah baru. Periode Tapanuli Pembuktian sejarah yang di tuliskan beberapa penulis buku sejarah dan peneliti tentang mandailing dulunya masih tetap ada di rawat dan menjadi pusat wisata para penduduk daerah Mandailing Natal yang saat ini namanya. Sebut saja seperti terminal panyabungan . Terminal ini dulunya pernah di datangi oleh orang eropa pada tahun 1926. Pemerintah Hindia Belanda mulai memasuki wilayah Mandailing Natal tahun 1824 dan membentuk pemerintahan dibawah Karesidenan Air Bangis bagian dari Gouvernment Sumatra's Westkust. Tahun 1834 ibu kota pemerintahan Mandailing pindah dan berada di bawah Karesidenan Tapanuli. 21 Tahun Mandailing Natal Tepat pada hari ini Mandailing Natal nerulang tahun ke 21 Tahun , kalau di anlogikan sudah akan melewati masa remajanya. Pada kepemimpinan terbentuknya kabupaten Mandailing Natal ini di Jabat oleh H. Amru Daulay selama dua periode yang cukup membawa perubahan bagi masyarakat Mandailing Natal. Dedikasi beliau sebagai bupati mandailing natal bisa menjaga starata sosial dan adat istiadat yang sudah dititipkan para leluhur Suku mandailing. Kempemimpinan di lanjutkan oleh Bupati Hidayat Batubara , perjalanannya menyelesaikan pekerjaan rumah Sebagai Bupati Mandailing Natal tidak sampai akhir 1 periode kandas di tengah jalan karena tersadung kasus Hukum. Maka dilanjutkan lah oleh H. Dahlan Hasan Nasution dan ditetapkan sebagai Pelaksana Tugas Bupati Mandailing natal hingga hari ini. Sebagai daerah yang cukup kental adat istiadatnya taat beragama dan menjaga nilai-nilai keagaaman tentu dibuktikan dengan adanya salah satu pesantren tertua Di Indonesia yang berlokasi di wilayah dekat dengan perkantoran Bupati Mandailing Natal yaitu Pesantren Mustafawiyah Purba. Sebagai Ikon salah satu daerah, maka nilai-nilai religius itu akan tetap terus terjaga. Hari ini kabupaten mandailing natal sudah harus melihat perjalanan selama 21 tahun lebih ini apa-apa yang sudah tercapai tanpa menghilangkan segala sesuatu yang sudah menjadi konsensus dengan Ulama, Tokoh Adat dan masyarakat mandailing natal. Keharmonisan bermasyarakat menjadi tugas bersama membangun 'Madina Yang Madani Negeri Yang Beradat Taat Beribadat'. Untuk mencapai itu semua diperlukan kesepahaman pembangunan kedepannyanya bukan hanya secara fisik tetapi pembangunan ini adalag pembangunan gagasan yang menyentuh ruang-ruang terkecil di daerah Mandailing Natal yaitu pembangunan tatanan sosial masyarakat, adat, budaya, politik tekhnologi dan lainnya mengingat perkembangan zaman yang semakin modren, maka pondasi awal masyarakat itu sendiri harua dibentuk supaya tidak terkesan dipaksa mengikuti perkembangan zaman. Mandailing natal sebagai wilayah yang selalu di kunjungi orang-orang penting di Republik ini juga tidak karena kebetulan, tetapi karena perjalanan sejarah yang diukir oleh para tokoh besar yang lahir dari tanah mandailing. Sebut saja seperti Jendral Besar Abdul Haris Nasution berasal dari Hutapungkut Kecamatan Kotanopan yang saat ini sedang di proses kembali pembangunan monumen Jendral Besar Abdul Haris Nasution yang berlokasi tidak jauh dari Pesantren Mustafawiyah kemudian Willem Iskandar tokoh Pendidikan dan pujangga bahasa syair-syair kampung halaman, Sutan Soripada Lubis anggota konstituante/Politikus Indonesia. Begitu juga dengan agamawan ada Ulama Syeikh Musthafa Husein Nasution Al- Mandili Ulama dan Pendiri Nadhlatul Ulama di Sumatera Utara, Syeikh Abdul Kadir Bin Abdul Mutalib serta banyak tokoh lainnya lagi hingga hari ini yang terlibat dan juga tidak di Pusat Pemerintahan Republik Indonesia. Tentu ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagai para masyarakat terutama anak muda yang ingin membangun kampung halamannya sebagai suatu upaya ikut berkontribusi melanjutkan cita-cita para pendahulu. Untuk itu Selamat Hari Ulang Tahun Kabupaten Mandailing Natal Yang Ke 21 semoga menjadi daerah yang ramah sesuai dengan Mottonya "Madina Yang Madani Negeri Beradat Taat Beribadat.*** Imam Rinaldi Nasution, Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Nasional yang juga Wakil Sekretaris Jendral Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam© Copyright 2024, All Rights Reserved