Politik uang menjadi hal yang sangat sulit untuk menampakkan hasil ditengah masyarakat. Bahkan, misi ini bisa dikatakan sebagai misi yang hampir mustahil jika melihat realita politik yang ada saat ini. Hal ini disampaikan Sekretaris Demokrasi 14 (D14) selaku penggagas 'Gerakan Bunuh Politik Uang' dalam diskusi Social Infinity Meetups (SIMS) di Kantor Redaksi Kantor Berita Politik RMOLSumut, Komplek Taman Tempua Residence, Medan Sunggal, Jumat (7/2). "Kami sadar gerakan ini sulit, tapi kalau tidak dimulai kapan lagi?," katanya. Politisi Partai Nasdem ini menjelaskan, politik uang saat ini menjadi hal yang sudah dianggap lumrah ditengah masyarakat. Pada setiap kontestasi politik seperti pemilu legislatif maupun pemilikan kepala daerah (pilkada), uang selalu dianggap sebagai alat untuk meraih simpatik dan mengubah pilihan masyarakat. "Ironisnya hingga saat ini masyarakat tidak menyadari bahwa itu adalah hal yang sangat berbahaya bagi masyarakat itu sendiri. Gara-gara uang Rp 50 ribu misalnya yang diterima dari calon kepala daerah, maka ia akan menanggung akibatnya hingga 5 tahun kedepan," ujarnya. Politik uang menurut Nezar, membuat kaum borjuis akan selalu berjaya pada pesta demokrasi. Tanpa modal kemampuan dalam berpolitik, mereka hanya akan mengandalkan modal yang mereka miliki untuk meraup suara masyarakat. "Pada akhirnya, kaum borjuis saja yang menguasai demokrasi kita. Seluruh regulasi dan aturan juga akan didesain sesuai dengan kepentingan mereka saja," pungkasnya. Selain menghadirkan Nezar Djoeli, diskusi 'membunuh politik uang' yang digelar oleh redaksi RMOLSumut ini juga menghadirkan pembicara lain seperti Akademisi USU Sakhyan Asmara, Ketua Nasional Gerakan Bunuh Politik dan Ketua Gerakan Bunuh Politik Uang Kota Medan.[R]
Politik uang menjadi hal yang sangat sulit untuk menampakkan hasil ditengah masyarakat. Bahkan, misi ini bisa dikatakan sebagai misi yang hampir mustahil jika melihat realita politik yang ada saat ini. Hal ini disampaikan Sekretaris Demokrasi 14 (D14) selaku penggagas 'Gerakan Bunuh Politik Uang' dalam diskusi Social Infinity Meetups (SIMS) di Kantor Redaksi Kantor Berita Politik RMOLSumut, Komplek Taman Tempua Residence, Medan Sunggal, Jumat (7/2). "Kami sadar gerakan ini sulit, tapi kalau tidak dimulai kapan lagi?," katanya. Politisi Partai Nasdem ini menjelaskan, politik uang saat ini menjadi hal yang sudah dianggap lumrah ditengah masyarakat. Pada setiap kontestasi politik seperti pemilu legislatif maupun pemilikan kepala daerah (pilkada), uang selalu dianggap sebagai alat untuk meraih simpatik dan mengubah pilihan masyarakat. "Ironisnya hingga saat ini masyarakat tidak menyadari bahwa itu adalah hal yang sangat berbahaya bagi masyarakat itu sendiri. Gara-gara uang Rp 50 ribu misalnya yang diterima dari calon kepala daerah, maka ia akan menanggung akibatnya hingga 5 tahun kedepan," ujarnya. Politik uang menurut Nezar, membuat kaum borjuis akan selalu berjaya pada pesta demokrasi. Tanpa modal kemampuan dalam berpolitik, mereka hanya akan mengandalkan modal yang mereka miliki untuk meraup suara masyarakat. "Pada akhirnya, kaum borjuis saja yang menguasai demokrasi kita. Seluruh regulasi dan aturan juga akan didesain sesuai dengan kepentingan mereka saja," pungkasnya. Selain menghadirkan Nezar Djoeli, diskusi 'membunuh politik uang' yang digelar oleh redaksi RMOLSumut ini juga menghadirkan pembicara lain seperti Akademisi USU Sakhyan Asmara, Ketua Nasional Gerakan Bunuh Politik dan Ketua Gerakan Bunuh Politik Uang Kota Medan.© Copyright 2024, All Rights Reserved