\"Sekarang kualitasnya itu, berubah variasi tindakannya. Kalau dulu tindakan teror itu dilakukan oleh orang yang sudah tua, laki-laki
dewasa biasanya. Tetapi yang sekarang perempuan ikut,\" katanya kepada wartawan di Medan, Selasa (26/11).
Dicontohkan Mahfud kasus bom di Sibolga, yakni ada perempuan yang meledakkan diri. Kemudian dalam kasus penusukan Wiranto juga ada
perempuan juga terlibat.
\"Yang di Jawa Timur perempuan, anak-anak juga terlibat,\" sambung Mahfud.
Secara kuantitas, jumlah aksi-aksi radikalisme menurutnya juga berkurang. Ia berkeyakinan hal ini karena pemerintah selalu melakukan counter terhadap isu-isu yang muncul.
\"Radikalisme itu mulai berkurang, karena wacananya langsung kita counter. Begitu pemerintah baru terbentuk, wacana kita counter,
kemudian tindakan-tindakan yang sifatnya jihadis, yang bom dan sebagainya, sekarang kan sudah berkurang,\" kata Mahfud di Medan,
Selasa (26/11/2019).
Data yang disampaikannya jika dibandingkan tahun 2017 dan tahun 2018, maka kasus radikalisme yang terjadi pada 2019 sudah menurun banyak. Paling yang menonjol kasus penusukan Wiranto, kemudian ledakan bom di Kota Sibolga, serta yang terakhir ledakan bom bunuh diri di Polrestabes
Medan.
Untuk mengatasi bibit-bibit radikalisme itu, makanya dipandang perlu menerbitkan Surat Keputusan Bersama ( SKB) 11 menteri tentang
penanganan radikalisme pada Aparatur Sipil Negara (ASN).
\"Agar semua lini yang bisa menimbulkan radikalisme, bisa diatasi,\" pungkasnya.[R]
" itemprop="description"/>\"Sekarang kualitasnya itu, berubah variasi tindakannya. Kalau dulu tindakan teror itu dilakukan oleh orang yang sudah tua, laki-laki
dewasa biasanya. Tetapi yang sekarang perempuan ikut,\" katanya kepada wartawan di Medan, Selasa (26/11).
Dicontohkan Mahfud kasus bom di Sibolga, yakni ada perempuan yang meledakkan diri. Kemudian dalam kasus penusukan Wiranto juga ada
perempuan juga terlibat.
\"Yang di Jawa Timur perempuan, anak-anak juga terlibat,\" sambung Mahfud.
Secara kuantitas, jumlah aksi-aksi radikalisme menurutnya juga berkurang. Ia berkeyakinan hal ini karena pemerintah selalu melakukan counter terhadap isu-isu yang muncul.
\"Radikalisme itu mulai berkurang, karena wacananya langsung kita counter. Begitu pemerintah baru terbentuk, wacana kita counter,
kemudian tindakan-tindakan yang sifatnya jihadis, yang bom dan sebagainya, sekarang kan sudah berkurang,\" kata Mahfud di Medan,
Selasa (26/11/2019).
Data yang disampaikannya jika dibandingkan tahun 2017 dan tahun 2018, maka kasus radikalisme yang terjadi pada 2019 sudah menurun banyak. Paling yang menonjol kasus penusukan Wiranto, kemudian ledakan bom di Kota Sibolga, serta yang terakhir ledakan bom bunuh diri di Polrestabes
Medan.
Untuk mengatasi bibit-bibit radikalisme itu, makanya dipandang perlu menerbitkan Surat Keputusan Bersama ( SKB) 11 menteri tentang
penanganan radikalisme pada Aparatur Sipil Negara (ASN).
\"Agar semua lini yang bisa menimbulkan radikalisme, bisa diatasi,\" pungkasnya.[R]
"/>\"Sekarang kualitasnya itu, berubah variasi tindakannya. Kalau dulu tindakan teror itu dilakukan oleh orang yang sudah tua, laki-laki
dewasa biasanya. Tetapi yang sekarang perempuan ikut,\" katanya kepada wartawan di Medan, Selasa (26/11).
Dicontohkan Mahfud kasus bom di Sibolga, yakni ada perempuan yang meledakkan diri. Kemudian dalam kasus penusukan Wiranto juga ada
perempuan juga terlibat.
\"Yang di Jawa Timur perempuan, anak-anak juga terlibat,\" sambung Mahfud.
Secara kuantitas, jumlah aksi-aksi radikalisme menurutnya juga berkurang. Ia berkeyakinan hal ini karena pemerintah selalu melakukan counter terhadap isu-isu yang muncul.
\"Radikalisme itu mulai berkurang, karena wacananya langsung kita counter. Begitu pemerintah baru terbentuk, wacana kita counter,
kemudian tindakan-tindakan yang sifatnya jihadis, yang bom dan sebagainya, sekarang kan sudah berkurang,\" kata Mahfud di Medan,
Selasa (26/11/2019).
Data yang disampaikannya jika dibandingkan tahun 2017 dan tahun 2018, maka kasus radikalisme yang terjadi pada 2019 sudah menurun banyak. Paling yang menonjol kasus penusukan Wiranto, kemudian ledakan bom di Kota Sibolga, serta yang terakhir ledakan bom bunuh diri di Polrestabes
Medan.
Untuk mengatasi bibit-bibit radikalisme itu, makanya dipandang perlu menerbitkan Surat Keputusan Bersama ( SKB) 11 menteri tentang
penanganan radikalisme pada Aparatur Sipil Negara (ASN).
\"Agar semua lini yang bisa menimbulkan radikalisme, bisa diatasi,\" pungkasnya.[R]
"/>